Panggung politik Indonesia kian lucu aja untuk ditonton. Bagaimana partai-partai politik jualan ke sana ke mari. Ada juga yang sodok sana sodok sini. Namanya juga tontonan, kadang langgamnya berubah di tengah jalan. Meminjam istilah Amin Rais dulu, isuk dhele sore tempe (pagi kedelai, sore tempe), tidak ada yang pasti.
Entah itu mainan para elite politik, transaksi politik tampaknya tak bisa dihindarkan. Dulu ada yang ngomong kenceng-kenceng katanya mau koalisi tanpa meminta jatah menteri dan apapun. Eh nyatanya, sekaarang saling berebut. Ada yang menolak jika partai lain mengajukan cawapres. Atau ada yang maunya jadi presiden saja.
Semua tarik menarik, kayak tarik tambang saja. Saking alotnya, sampai-sampai ada yang mengundurkan diri jadi pejabat, eh tidak jadi dideklarasikan jadi cawapres. Bahkan ada yang yakin ikut konvensi dan menang sehingga jabatan menterinya ditanggalkan. Tidak tahunya kalah.
Yah, semua sekarang memang lagi kebelet. Kebelet jadi pejabat, jadi penguasa. Saking kebeletnya, mereka lupa sama rakyat yang telah memilih partai tersebut. Ini sama dengan fenomena orang kebelet pipis atau BAB, lupa segalanya. Yang diingat cuma satu melepaskan kebeletnya itu.
Implikasinya, begitu nanti terpilih, para calon kebelet itu akan melepaskan kepuasannya. Entahlah apa yang akan mereka lakukan untuk itu. Sebaliknya, mereka yang kebelet tapi gagal duduk di panggung kekuasaan, mereka akan sakit karena gagal melepaskan kebeletnya itu. Mereka bisa bersikap marah, teriak-teriak dan lainnya guna melampiaskan sakitnya karena gagal berkuasa.
Maka, jika pemimpin yang terpilih adalah mereka yang terkategori pemimpin kebelet, mereka tak akan banyak berguna bagi rakyat. Mereka adalah mereka. Mereka hanya ingin menghilangkan syahwat kebelet kekuasaan saja. Rakyat? Emangnya gue pikirin.....? []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H