Saat pagi menjelang semua masih terlihat lengang, tiada bentuk perjalanan yang bisa menjadikan kita semakin dewasa. Tiada bentuk halangan yang menjadikan kita semakin menjadi berani untuk merubah kemajuan. Kejadian demi kejadian menjadi pelajaran tanpa batas yang bisa menjadikan gema dalam jiwa pelintas yang merdeka dengan penuh harap dan tanpa aral terlepas.
Suasana perkotaan yang semakin sepi dan jauh dari asa angan insan juga menambah teriakan semut semut dalam lubang yang dalam dan tiada tenggelam. Daun bertasbih sendirian, tiang tiang bergelantungan menjadi tanpa tuan yang semakin merindukan jalan pulang.
Ibarat jalan langkah pagi menjadikan seribu janji bagi pemimpi dan juga pencari berkah Ilahi. Jalan kanan kau tempuh, jalan kiri janganlah rapuh. Semua harus bisa menyentuh dan saling terketuk untuk bisa bersimpuh dan mengadu tanpa peluh.
Jalan ibarat sarana terbentang tiada akhir yang semakin banyak cabang. Manusia, hanya bisa memilih cabang mana yang akan dipilih, cabang mana yang membawa belas kasih, cabang mana yang membawa semakin tersisih dan semakin tetindih. Hanya manusia sendiri yang bisa melakukan itu, hanya kita sendiri yang mampu merubah ke arah mana jalan yang hendak kita tumbuhkan.
Namun, "Jangan pernah merasa sepi atau bahkan sendiri, karena sejatinya kita tidak benar-benar sendiri. Masih ada Tuhan yang menemani kita." Maka, baikkanlah, tumbuhkanlah sifat pejuang, tumbuhkanlah sifat menjadi pemenang, karena sejatinya kita adalah yang terpilih untuk bisa menjadi pinilih. Karena sesungguhnya kita sudah diberi anugerah yang nyata dan bekal lengkap. Maka, janganlah takut melangkah, janganlah menjadi lemah, karena jelan yang kita pilih pasti sudah memiliki arah.
Pasadena, 4/12/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H