Mohon tunggu...
Mas Pink
Mas Pink Mohon Tunggu... -

Berangan-angan jadi Jurnalis, namun garis hidup menentukan lain. Disela aktifitas yang lumayan padat, kadang ingin menulis. Bagiku, menulis adalah membagi pengetahuan dan pengalaman. Pernah dipercaya segelintir orang untuk menjadi Pimpinan Redaksi ataupun Pimpinan Umum pada majalah sekolahan, bulletin, tabloid dan majalah mahasiswa. Semoga mendapatkan manfaat dari apa yang saya ungkapkan... Terbuka terhadap pertemanan tanpa memandang SARAP (Suku, Antar Suku, Ras, Agama dan Penghasilan) :p

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Tempe ber "kutu-air" perlukah dipatenkan?

30 Oktober 2010   02:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:59 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

 

Setiap pulang ke tanah air tercinta, yang saya idamkan pertama kali adalah tempe. Entah kenapa tempe bagi saya adalah makanan menggiurkan. Apalagi jika dimakan dengan sayur lodeh, nasi yang hangat dan sambel terasi… Mantap Rasanya.

 

Selain karena tempe adalah barang ‘mewah’ (karena mahal tentunya), tempe yang diproduksi di Negara kincir angin ini beda rasanya dengan tempe yang dijual di pasar pasar tradisional di Indonesia. Padahal disini konon katanya pembuatan tempe jauh lebih higienis, namun kenapa justru rasanya kurang mantap dan sedap?

 

Waktu kumpul dengan teman-teman, hal ini pernah kita bahas mengenai.Setelah melalui perdebatan yang panjang (bukan debat kusir ternyata) disimpulkan bahwa keenakan tempe yang dijual di Indonesia adalah karena cara pembuatannya. Dari penuturan teman-teman didapatkan informasi bahwa di negara tercinta tempe dibuat dengan cara manual (diinjak injak dengan kaki), sementara disini tempe dibuat menggunakan mesin.

 

Lebih lanjut dari penuturan teman teman, justru sedapnya tempe di Indonesia adalah karena bercampurnya adonan tempe dengan kaki manusia (yang konon katanya terdapat kandungan “kutu air” he he he). Apakah begitu? Saya sendiri belum pernah melihat bagaimana cara produksi tempe. Bagaimana menurut anda? Nah jika memang begitu, kiranya patut dipatenkan cara produksi ber”kutu-air” biar tidak ditiru negara tetangga yang sering mengklaim produksi Indonesia. Bravo!

 

Nijmegen, Oktober 2008

Mas Pink

 

Gambar: www.bisnisukm.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun