Mohon tunggu...
Mas Pink
Mas Pink Mohon Tunggu... -

Berangan-angan jadi Jurnalis, namun garis hidup menentukan lain. Disela aktifitas yang lumayan padat, kadang ingin menulis. Bagiku, menulis adalah membagi pengetahuan dan pengalaman. Pernah dipercaya segelintir orang untuk menjadi Pimpinan Redaksi ataupun Pimpinan Umum pada majalah sekolahan, bulletin, tabloid dan majalah mahasiswa. Semoga mendapatkan manfaat dari apa yang saya ungkapkan... Terbuka terhadap pertemanan tanpa memandang SARAP (Suku, Antar Suku, Ras, Agama dan Penghasilan) :p

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Membangun Komunitas Jurnalis yang Egaliter dan Rendah Hati

21 November 2010   10:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:25 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290335933896796876

Siapa orang-orang yang paling ditakuti di Negeri ini? Apakah Pak Beye, Pak Marzuki Ali (MA), anggota KPK ataukah para aparat berseragam? Nah ternyata bukan mereka yang ditakuti oleh pejabat-pejabat. Bahkan polisi lalu lintas-pun akan merasa keder jika menindak kesalahan lalu lintas disaat orang-orang ini mengeluarkan ID cardnya. Yah, orang-orang ini adalah jurnalis media. Mereka sangat ditakuti oleh para pejabat, aparat, pengusaha apalagi yang sedang bermasalah. Ingatkah ketika bapak MA sampai membuat surat terbuka kepada ibu Linda Djalil di kompasiana. Begitu hebatkah peran jurnalis, sehingga bapak petinggi itu sampai harus meluangkan waktunya untuk membuat hak jawab sedemikian panjang? Disisi lain tak jarang karena sangat ditakuti, seringkali mereka bertindak arogan. Salah satunya terlihat dalam peristiwa IPO PT. Krakatau Steel dimana mereka meminta jatah saham. Walaupun memang ini dilakukan oleh 'oknum' wartawan, namun sungguh tingkah laku mereka merugikan citra jurnalis. Tak jarang pula kita dengar, banyak oknum jurnalis 'Bodrex' istilah untuk jurnalis yang suka memeras pejabat dan pengusaha yang sedang bermasalah melakukan tindak pemerasan kepada para pejabat dan pengusaha tersebut. Di kompasiana ini, sepertinya tidak memungkinkan bagi para jurnalis untuk berbuat arogan seperti ilustrasi diatas. Tidak ada obyek yang bisa 'diperas' dan semua jurnalis yang tergabung di kompasiana ini sama derajatnya baik yang sudah senior maupun yang junior. Sehingga terciptalah suasana yang egaliter antar jurnalis. Anti Wartawan BodrexTidak dipungkiri ada oknum kompasianer ini bertindak arogan dengan caci maki dalam tulisannya, menjawab komentar seenaknya dan tak jarang menyinggung perasaan orang lain. Namun, jika diamati lebih lanjut, hal ini hanya terkait dengan 'style' dan kedewasaan berfikir juga perspektif dalam melihat sebuah permasalahan. Sebenarnya mereka punya maksud yang baik. Ini juga dipengaruhi oleh background kompasianer yang sangat heterogen, baik dari segi pendidikan, usia dan keyakinan. Dilain pihak, berkomunikasi langsung dengan para jurnalis media konvensional terasa sangat sulit. Ketika kita membaca berita dan ingin berkomunikasi untuk mendapatkan feedback dengan para jurnalis tersebut alangkah sulitnya. Di kompasiana malah sebaliknya, kita dengan mudahnya memberikan komentar dan mendapat feedback langsung. Coba bayangkan, apakah diluar kompasiana saya yang notabene rakyat jelata bisa berkomunikasi langsung dengan bapak Chappy Hakim? Apakah tulisan saya bisa dibaca dan dikomentari oleh seorang jurnalis senior seperti mbak Linda Djalil. Alih-alih bukan dibaca oleh mereka. Tulisan-tulisan saya yang sederhana sudah mandeg duluan di meja editor sebelum dibaca mbak Linda dan bernasib seperti sampah. Langsung dibuang di Tong-Sampah. Inilah kehebatan kompasiana dibanding dengan media konvensional. Tulisan ini menandai satu bulan pas (tidak lebih dan tidak kurang) bergabungnya saya dengan komunitas egaliter dan rendah hati ini. Dalam sebulan ini tepatnya 51 tulisan telah saya publish dan tidak ada satupun yang ditolak oleh kompasiana. Hal ini sangat berbeda 180 derajat dengan yang ada di media konvensional dimana untuk mempublikasikan satu tulisan saja sulitnya minta ampun dan juga membutuhkan waktu yang sangat lama. Saya bangga menjadi salah satu anggota komunitas ini. Adalah suatu kebanggan ketika ide-ide sederhana saya mendapat komentar dan feedback dari kompasianers senior. Disisi lain, walaupun dalam perjalanan saya selama sebulan ini hanya satu artikel yang masuk HL tentunya ini tidak menyurutkan niat saya untuk terus berkarya. Tidak dipungkiri, siapa sih yang tidak bangga untuk masuk HL (prestasi tertinggi bagi kompasianers he he). Namun 'klik' para kompasianers tak kalah seksinya. Beberapa postingan mendapat klik lebih dari 500 dan ada pula postingan yang mendapat klik lebih dari 1000 merupakan kebanggaan tersendiri.  Perlu disadari juga, motivasi saya untuk tetap eksis disini karena semangat "sharing. connecting". Apapun ide yang bisa bermanfaat akan saya tulis walau mungkin itu hanya terasa biasa biasa saja. Selamat ulang tahun kedua kompasiana-ku. Semoga dalam tahun tahun kedepan semakin banyak masyarakat Indonesia mendapatkan manfaat "sharing. connecting" darimu. Semoga situs ini menjadi situs yang membangun komunitas jurnalis yang egaliter dan rendah hati ditengah asumsi yang berkembang di masyarakat tentang kearogansian jurnalis. Kedepannya, saya berharap pengelola situs ini tidak berpuas diri pada prestasinya ini. Perbaikan interface dan tampilan kompasiana masih menjadi "PR". Lebih lanjut optimalisasi dan penambahan fasilitas bagi anggotanya juga tak kalah penting untuk menjadi social media terkemuka di tanah air. Bravo Kompasiana! Nijmegen, November 2010 Mas PINK Gambar: www.kompasiana.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun