Mohon tunggu...
Mas Pink
Mas Pink Mohon Tunggu... -

Berangan-angan jadi Jurnalis, namun garis hidup menentukan lain. Disela aktifitas yang lumayan padat, kadang ingin menulis. Bagiku, menulis adalah membagi pengetahuan dan pengalaman. Pernah dipercaya segelintir orang untuk menjadi Pimpinan Redaksi ataupun Pimpinan Umum pada majalah sekolahan, bulletin, tabloid dan majalah mahasiswa. Semoga mendapatkan manfaat dari apa yang saya ungkapkan... Terbuka terhadap pertemanan tanpa memandang SARAP (Suku, Antar Suku, Ras, Agama dan Penghasilan) :p

Selanjutnya

Tutup

Humor

Humor, Ajang cari Sensasi?

17 November 2010   21:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1290028205204274724

Humor, bagi seorang yang yang tidak dapat menangkap esensinya, kadang hanya dianggap sebagai lucu-lucuan dan kadang hanya dianggap bahan untuk mencari sensasi. Disisi lain, humor kadang bisa dijadikan renungan, alat untuk menyentil penguasa dan juga sindiran ‘satire’ bagi penyadaran jiwa-jiwa yang bebal.

 

Dengan berbagai latar belakang pembaca yang heterogen, kadang terasa sulit untuk menyuapi dengan tulisan yang serius. Selain menghibur, ranah humor cenderung lebih ringan untuk dibaca dan juga merangsang pembaca untuk mengklik tulisan berbau humor.

 

Ketika esensi tulisan adalah ‘sharing and connecting’, artinya semakin banyak orang yang mendapat manfaat dari ide-ide kita bukankah itu lebih baik? Disisi lain kita juga perlu bijak mengemas tulisan berisi humor agar pesan yang kita inginkan mengena. Nah itulah hal yang tidak mudah. Diperlukan kecerdasan mengemas hal ini dan juga memberiken efek ‘moral story’ pada tulisan dalam ranah ini.

 

Kalau dilihat dari prinsip ekonomi, bukankah lebih baik mengeluarkan tenaga sekecil-kecilnya untuk mendapat efek yang sebesar-besarnya? Artinya, ketika kita menulis sepenuh hati, menguras tenaga, namun ternyata tulisan hanya dibaca sedikit orang, dan tentunya pesan yang ingin kita sampaikan hanya mengena pada sedikit komunitas, bukankah hal ini kurang efektif? Dilain pihak ketika memang artikel harus ditulis dengan argumentasi yang serius, menyisipi satu dua kalimat dengan humor bukankah itu akan memberikan warna yang lebih pada tulisan itu?

 

Nah dari paparan diatas, dapat kita ambil sebuah benang merah bahwa konsistensi untuk menulis bukan hanya dimanifestasikan dalam ranah-ranah yang serius, namun adakalanya ranah humor-pun tidak ada salahnya untuk digunakan. Dalam hal ini, saya pribadi salut dengan para penulis yang tergabung dalam forum PPKI, bukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia tentunya, namun singkatannya adalah Persatuan Penulis Kenthir Indonesia J. Beliau beliau ini cukup cerdas untuk mengemas humor yang beresensi. Kadang ada nilai nilai pendidikan, nilai nilai renungan, kata kata yang menyentil penguasa, dan juga sindiran bagi jiwa jiwa ‘bebal’ yang susah untuk disadarkan. Salam Humor!

 

Nijmegen, November 2010

Mas PINK

 

Gambar: www.google.co.id

 

Ingin menikmati humor ala Mas PINK:

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2010/11/17/keong-racun-berbahaya-bagi-anak/

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2010/11/16/babi-yang-sombong-renungan-idul-adha/

http://hiburan.kompasiana.com/humor/2010/11/16/dan-kambingpun-menyamar-renungan-idul-adha-ii/

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun