Mohon tunggu...
Mas Pink
Mas Pink Mohon Tunggu... -

Berangan-angan jadi Jurnalis, namun garis hidup menentukan lain. Disela aktifitas yang lumayan padat, kadang ingin menulis. Bagiku, menulis adalah membagi pengetahuan dan pengalaman. Pernah dipercaya segelintir orang untuk menjadi Pimpinan Redaksi ataupun Pimpinan Umum pada majalah sekolahan, bulletin, tabloid dan majalah mahasiswa. Semoga mendapatkan manfaat dari apa yang saya ungkapkan... Terbuka terhadap pertemanan tanpa memandang SARAP (Suku, Antar Suku, Ras, Agama dan Penghasilan) :p

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Gayus; A Biography!

18 November 2010   12:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:30 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12900846651576678352

Siapa sih sosok Gayus yang akhir akhir ini menghebohkan media? Gayus itu bukan orang dari planet lain yang jauh dan tak dikenal.  Gayus bukan dongeng dari negeri antah-berantah. Gayus itu tetangga kita, Gayus itu saudara kita, Gayus itu anak kita, Gayus itu orang tua kita dan bukan tidak mungkin Gayus itu diri kita sendiri. Ketika masyarakat beramai-ramai menghujat Gayus, bukan tidak mungkin mereka sebenarnya adalah Gayus-Gayus baik yang kecil maupun besar. Kasus Gayus yang mencuat ini hanya sebuah fenomena Gunung Es. Masih banyak jutaan Gayus ada disekeliling kita, ratusan pejabat dan penegak hukum bermental seperti itu. Bahkan banyak lho yang hasil korupsinya melebihi Gayus, Tidak sedikit juga yang menerima upeti lebih besar dari yang diterima Kombes Iwan. Inilah saatnya kita berintrospeksi dengan kasus Gayus ini. Selama mental masyarakat seperti ini, saya yakin 100% akan masih banyak Gayus Gayus pembobol pajak, pembobol brankas besi pemerintah dan Gayus yang menilep uang rakyat  yang tak terjamah hukum. Jika kita hubungkan dengan kondisi masyarakat yang (masih) seperti ini, tidak mustahil akan muncul Gayus Gayus baru dari generasi kita dan generasi penerus kita. Bagaimana tidak? jika kita dibiasakan untuk melanggar hukum, taat hukum hanya ketika ada yang mengawasi dan ketika dengan mudah mempermainkan hukum, munculnya Gayus Gayus baru adalah sebuah keniscayaan. Ketika kita masih seperti ini : melanggar hukum di jalan dan polisi menindak kita lalu kepadanya sodorkan uang damai berarti kita menciptakan Gayus baru yaitu diri kita sendiri. Ketika kita mencoba me-nihil-kan pajak yang harus kita bayar, dengan cara mengutak atik laporan tahunan untuk PPh, kita tak ubahnya menciptakan Gayus baru dalam diri kita. Memang, uang damai yang kita berikan hanya satu lembar uang 'biru'untuk terhindar dari persidangan dan denda yang lebih besar. Memang, manipulasi yang kita lakukan dalam membayar PPh tidak sebanyak yang ditilep oleh Gayus. Namun, ketika mental-mental bangsa ini masih seperti itu, niscaya Gayus Gayus lain akan bermunculan disekitar kita dan bukan tidak mungkin kita adalah Gayus berikutnya? Semoga Tidak! Nijmegen, November 2010 Mas PINK Gambar: www.google.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun