Mohon tunggu...
Mas Pink
Mas Pink Mohon Tunggu... -

Berangan-angan jadi Jurnalis, namun garis hidup menentukan lain. Disela aktifitas yang lumayan padat, kadang ingin menulis. Bagiku, menulis adalah membagi pengetahuan dan pengalaman. Pernah dipercaya segelintir orang untuk menjadi Pimpinan Redaksi ataupun Pimpinan Umum pada majalah sekolahan, bulletin, tabloid dan majalah mahasiswa. Semoga mendapatkan manfaat dari apa yang saya ungkapkan... Terbuka terhadap pertemanan tanpa memandang SARAP (Suku, Antar Suku, Ras, Agama dan Penghasilan) :p

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ciuman Maut Gadis Belanda Itu...

26 Oktober 2010   16:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:04 3357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gemeletuk gigi Ray terdengar keras, nafasnya memburu dan akhirnya "whoooeeeeekkk..." Ia pun mengeluarkan isi perutnya sambil sesekali meludah tak dapat menahan rasa mualnya. Kekecewaan, amarah yang meledak ledak dan rasa jijik yang menggebu sesaat setelah membaca email dari Shasha, seseorang yang akhir akhir ini selalu menghiasi mimpi indahnya. *** Christopher Raymond Nataatmadja nama lengkapnya. Entah kapan dia mulai dipanggil dengan sebutan "Ray" dia sendiripun lupa. Ray, seorang sarjana hukum yang melanjutkan study master di Leiden University Belanda. Dalam usia yang cukup muda, Ia sudah menyelesaikan studi S1-nya. Otaknya encer, tak heran bila beasiswa untuk ke luar negeri-pun disabetnya.  Teman temannya sering  menggodanya "Ray, lo ikutan ajaaa acara the Promotor, kamu pasti juaranya" Memang jika diperhatikan wajah Ray ini sekilas mirip Baim Wong. Ray juga bukan berasal dari keluarga biasa-biasa, Bapaknya adalah salah satu pemegang saham terbesar pabrik rokok "Jarum Pentul". Kesempurnaan itu bukan berarti membuat segalanya mudah bagi Ray. Sampai usaianya yang mendekati seperempat abad, Ray belum juga menemukan belahan hatinya, sampai suatu waktu...... "Ray, ikutan acara halal bihalal di KBRI yuuk, banyak makanan trus disana nanti banyak ketemu orang-orang Indonesia yang mukim disini lho..." Kata Ilham sambil berpromosi. "Hmmm let me think" Kata Ray... sambil memasang wajah serius "Benernya gue masih banyak kerjaan kampus Ham, udah mau deadline juga nih.... lagian kan aku gak enak kalau Ikut aku kan bukan Muslim" kilah Ray kepada Ilham teman satu apartemennya itu. "Tapi kan acara ini bukan buat kaum muslim aja" potong Ilham masih dalam rangka membujuk si Ray supaya ikut. "Ya udah deh terserah lo, mau ikut mau kagak yang jelas besok aku gak masak dan temen-temen satu apartemen ini pada ikut semua ke Wisma Duta" Lanjut Ilham. Dan akhirnya Ray-pun memutuskan bergabung dengan Ilham untuk mengikuti acara Halal bi Halal yang diselenggarakan oleh KBRI di Wisma Duta tempat kediaman Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Pagi itu, suara keramaian sudah terdengar dari Apartemen mahasiswa Indonesia yang Berada di sudut kota Den Haag. Walaupun kuliah di Leiden, Ray tinggal di Den Haag bersama teman teman dari Indonesia. Sabtu bukanlah hari yang biasanya sibuk. Para penghuni biasanya mulai beraktifitas setalah jam 10 pagi. Namun karena hari itu adalah hari Idul Fitri dan kebetulan semua penghuni apartemen itu Muslim kecuali si Ray, keramaian sudah dapat dirasakan saat mentari mulai malu malu menampakkan sinarnya. "Ray... bangun Ray..." Teriak Ilham menggedor pintu kamar Ray. Ray pun langsung beranjak dari tempat tidurnya, membersihkan diri dan bergabung bersama teman teman muslim untuk berangkat ke tempat shalat Ied. Tak lupa Ray membawa Novel Agatha Christie. Novel yang ingin dibacanya ketika Ia menunggu teman-temannya shalat Ied. Acara halal bihalal dilaksanakan setelah shalat Ied, karena itu Ray memutuskan untuk berangkat bersama dengan teman-teman dengan konsekwensi dia harus menunggu diluar tempat shalat Ied. Terminal Bus yang berada diatas stasiun Den Haag (Den Haag CS) dipenuhi oleh para pelajar, pekerja dan keluarganya baik orang Indonesia asli yang sedang bermukim sementara di Belanda maupun yang sudah menjadi penduduk tetap. Tak lagi tampak suasana Belanda, yah Terminal bus ini sudah nampak seperti Terminal Kampung Rambutan karena banyaknya orang Indonesia yang ingin mengikuti acara halal bihalal di Wisma Duta. Antrian panjang pun tak terelakkan. Ketika sedang asyik membuka halaman demi halaman novel Agatha Christie sembari menunggu antrian, tiba tiba Ray dikejutkan oleh suara Ilham. "Ray, lihat tu... ada Indo cakep" Kata Ilham... ‘Indo' adalah sebutan bagi peranakan campuran Belanda dan Indonesia. Ray-pun masih tak menggubrisnya. "Ray... katanya kamu pengen cari cewek yang tinggi semampai... itu lhoh..." Lanjut Ilham. Namun Ray masih saja melanjutkan membaca Novelnya. "Ah kamu itu ganggu orang lagi baca aja Ham" kata Ray sambil sama sekali tidak menggubris Ilham. Perjalanan dari Terminal Den Haag ke Wisma Duta di Wasennar memakan waktu setengah Jam. Akhirnya tiba saatnya Ray dan rombongan temannya tiba. Tempat ini cukuplah luas, namun sepertinya hampir tidak cukup menampung 1500 orang yang datang. Makanan Indonesia khas lebaran smua tersedia dari ketupat, opor, sambal goreng sampai es cendol ada semua. Mereka disambut oleh para pejabat KBRI dan Bapak Dubes sendiri dan selanjutnya mereka bisa menikmati hidangan yang disediakan.  Momen ini juga digunakan untuk silaturahmi dan saling berkenalan karena belum tentu mereka bisa mendapatkan momen bagus seperti ini. Ray dan Ilham pun mengantri untuk mengambil makanan ketika tiba tiba mata Ray melihat seorang gadis Indo yang mempesona Ray. Pandangan Ray-pun tak lepas memandangnya dan tiba tiba Ilham yang ada dibelakang Ray menepuk punggung Ray... " "Lo ngliatin apa Ray, kok sampai bengong seperti itu" Kata Ilham. "Eh Engga... Aku gak liat apa apa kok" kata Ray berkelit. "Ah aku tau... km pasti lagi pandangin gadis itu kan... dasar lo sok nolak... itu kan gadis yang di Terminal yang aku bilang... Oon..." Lanjut Ilham sambil memandang sahabatnya dengan geram. "Eh sorry... habisnya aku tadi gak liat... kamu kenal dia Ham?" Tanya Ray. "Hmm, aku si belum kenal dia Ray... tapi wanita yang disebelahnya sepertinya aku kenal. Sepertinya itu kan Tante Nanda... yang dulu pernah ngajakin Dinner kita di Rumahnya itu loh... ntar kita samperin" Kata Ilham. Singkat cerita, Ilham dan Ray akhirnya menemui Tante Nanda. Resha de Vries, nama lengkapnya. Gadis Indo itu adalah mahasiswa Desain Grafis di Technische University Eindhoven. Panggilan gadis itu adalah Shasha. Ia adalah anak Tante Nanda. Tante Nanda bersuamikan orang Belanda Asli. Dari pernikahan mereka lahirlah 3 orang anak. Shasa adalah anak terakhir dari tante Nanda. Jarak tempuh Den Haag ke Eindhoven kurang lebih 1,5 Jam dengan kereta. Shasha menempati boarding house di Eindhoven. Sebulan sekali Ia menengok orang tuanya. Gadis itu cantik, kulitnya bersih, tinggi semampai dan yang menjadi ciri khas shasa adalah kumis tipis dan mata biru-nya membuat Ray bergetar tiap kali memandangnya. Walaupun lahir dan dibesarkan di Belanda, Shasa lumayan fasih berbicara dalam Bahasa Indonesia, walau kadang logatnya agak aneh. Singkat cerita, Ray-pun mendapatkan nomer Mobile (sebutan HP) Shasha. Komunikasipun berlanjut. Dari momen itu, Ray menjadi berubah. Ia sering tersenyum sendiri jika membaca SMS dari Shasa.   Perlahan dan pasti Ray-pun merasa ada yang aneh dengan dirinya. Hari itu Jumat malam... Ray melamun sembari sekali sekali ia menengok HPnya... "Ehm kenapa malam ini Shasaha gak balas SMSku ya" Hati Ray mulai risau... sayup sayup terdengar musik dari White Snake "Is this love that I'm feeling, Is this the love that I've been looking for" Hati Ray-pun gundah gulana. Ada apa dengan hatinya? apakah ini cinta? Apakah ini cinta pada pandangan pertama? Ray berusaha mencari jawabannya. Seumur hidupnya Ray belum pernah merasakan hal yang seperti ini. Dan itu membuat malam ini serasa waktu bergerak sangat lambat. Keesokan harinya, Ray membulatkan tekat untuk pergi ke Eindhoven menemui Shasa. Dia ingin memberikan surprise kepada gadis itu. Ray sudah bulat akan tekatnya. Tak lupa Ray membelikan Bouquet mawar merah di stasiun yang akan diberikan kepada Shasa. "Sha.. aku udah di depan komplek apartemenmu" Suara telepon Ray membangunkan tidur Shasa "What??? Pagi pagi jij udah disini, ngapain?" Selidik Shasha. " "Engg... engga... aku cm pengen ketemu shasha aja"  kata Ray dengan sedikit gemetar, tekatnya yang bulat untuk memberikan surprise sedikit menciut ketika mendengar suara Shasa seperti itu. "Ok, jij tunggu di sana ya, ik mau mandi dulu" jawaban dalam bahasa campuran itu sedikit melegakan Ray. Dalam penantiannya Ray mulai membulatkan tekatnya. Hari ini adalah pertemuan pertama kalinya sejak pertemuan di Wisma Duta, walaupun mereka intens berkomunikasi lewat HP dan Facebook Ray masih merasa berdebar-debar. Ray bingung dengan perasaannya sendiri. Namun Ray bertekad ingin mengungkapkan perasaanya hari itu. Waktu bergerak sangat lambat... tangan Ray pun mulai basah dengan keringat dingin. Setelah satu Jam menunggu, Shasaha pun menemui Ray. Penampilannya yang anggun membuat Jantung Ray berdebar sangat kencang. Shasha lalu mengajak Ray berjalan-jalan  di area taman boarding house yang ada di kompleks kampus TU/e itu. Di kesempatan itupulalah Ray membulatkan tekatnya untuk mengutarakan isi hatinya. Sambil mengeluarkan Bouquet Mawar yang disembunyikan di tas ranselnya, Ray pun mengutarakan isi hatinya kepada Shasha. Raypun ingin supaya Shasha menerima cintanya dan menjadi Pacarnya. Namun Shasha meminta waktu kepada Ray untuk menjawab pertanyaan itu. Shasha minta waktu seminggu untuk menjawabnya. Kebetulan minggu depan jadwal Shasha untuk mengunjungi orang tuanya di Den Haag. Seminggu berjalan sangat lambat bagi Ray. Selain menunggu jawaban Shasha. Gadis itu tidak mau diganggu dalam kurun waktu itu. Ray gelisah... tidak bisa tidur... yang diinginkan Ray adalah semoga hari Sabtu cepat datang. Dan tak sia sia penantian Ray. Hari Sabtu sudah tiba. Siang itu, Ray sudah bersiap siap untuk menjemput Shasha di Stasiun. Tiba di stasiun, Ray segera mencari Platform 3, tempat dimana kereta dari Eindhoven akan datang. Ray serasa tidak sabar menunggu kedatangan gadis itu. Akhirnya gadis cantik itupun datang. Ray menyambut gadis itu dengan hangat. Lalu kedua insan itu keluar dari stasiun untuk mencari kafe di sekitar stasiun. ‘Cafe de Brug' sebuah cafe di seberang sungai menjadi tempat pilihan mereka. Setelah sedikit basa basi, akhirnya Ray menanyakan ke Shasha mengenai pertanyaan yang diajukan Ray seminggu yang lalu. "Sha... udah kamu pikirkan pertanyaanku" ucap Ray. "Sudah Ray... hmmm sebenarnya aku juga punya perasaan yang sama... tapi Ray..." Perkataan gadis itu terputus. "Tapi Apa? Masalah keyakinan? Sudahlah Sha, jangan kamu khawatirkan mengenai keyakinan. Perbedaan itu bisa kita pikirkan kemudian" potong Ray. Mereka memang berbeda prinsip. Shasha menganut ajaran Islam. Agama Ibunya. Gadis itupun menunduk "Tapi Ray.... " perkataan gadis itu kembali terputus air mata itupun jatuh meleleh membasahi kumis tipisnya. "Sudahlah Sha... kalau kamu punya perasaan yang sama, artinya kita bisa saling menyayangi" kata Ray sambil merangkul gadis itu. Air mata gadis itupun tumpah di dada Ray. Singkat cerita, Shasha akhirnya menerima cinta Ray. Weekend merupakan hari hari indah mereka untuk memadu kasih. Tiap Weekend entah Ray yang ke Eindhoven atau Shasha yang ke DenHaag, yang jelas waktu weekend dimanfaatkan sepenuhnya untuk memadu kasih. Walau mereka ada di negara yang sangat liberal dalam hal hal seperti itu. Mereka berpacaran dengan sehat. Shasha selalu menolak jika Ray sudah mengarah kepada sentuhan sentuhan fisik diluar batas. Itu yang membuat Ray tambah kagum dengan gadis ini. Walaupun dibesarkan ditengah lingkungan yang bebas seperti ini, namun Shasha bisa menjaga diri dengan baik, pikir Ray. Hampir setahun hubungan mereka berjalan. Seminggu lagi Ray akan pulang ke Indonesia karena Studinya sudah selesai. Weekend ini, seperti biasa Ray mengunjungi Shasa di Eindhoven seperti lazimnya weekend yang lalu. Namun, ada yang berbeda dalam pikiran Ray. Ray bermaksud melanjutkan hubungannya ke jenjang ke lebih serius. Ray ingin meminang Shasha.  Sore itu Ray mengajak Shasha ke Maastricht. Maastricht merupakan kota di ujung selatan Belanda yang berbatasan dengan dua negara. Hawa dingin mulai merasuk raga ketika itu mentari mulai berada di ufuk barat. Di Jembatan Sint Servassbrug, Ray mengungkapkan niatnya untuk meminang Shasha. "Sha... aku ingin kita melanjutkan ke hubungan yang lebih jauh... aku ingin meminangmu... will you marry me?" Kata Ray dengan penuh harap... Suasana sore yang ramai itu, seolah tiba tiba hening. Shasha terkejut akan pertanyaan yang tak pernah Shasha bayangkan sebelumnya.Shasha masih belum menjawab pertanyaan Ray lalu Shasha memalingkan wajahnya dari Ray dan mulai memandang sungai Maas yang membelah kota itu dengan tatapan kosong. Ray masih menunggu dengan penuh harap. Ray sadar, pertanyaan itu butuh pemikirian. Ray menunggu dengan sabar. Tiba tiba Shasha berbalik, memeluk Ray mendekapnya dengan Erat. Ray-pun  membalasnya. Entah siapa yang memulai dua bibir insan itu tiba tiba sudah saling memagut. Entah apa yang dirasakan oleh mereka berdua. Yang jelas ciuman ini adalah ciuman pertama bagi Ray. Shasha adalah ‘First love' bagi Ray. Dan di atas sungai Maas itulah pertama kali mereka berciuman. Sangat indah, sangat romantis dan tidak terlupakan. Sejenak kemudian, Shasha membisikkan kata-kata "Ik hou van jou" (I love you) namun kembali, shasha terdiam dan tak terasa air mata membasahi pipi Shasha. Shasha masih terdiam, dua jam berlalupun Ia tak mengucap sepatah katapun. Hawa bertambah dingin. Ray sendiri bergulat dengan pemikirannya. Kedua insan itu saling terdiam, disaksikan oleh lalu lalang manusia yang lewat di jembatan Sint Servaasbrug, malam yang cerah dan sungai Maas yang membelah kota itu. Malam sudah tiba, akhirnya Ray mengajak Shasha pulang ke Eindhoven. Didalam kereta, mereka hanya saling diam. Shasha tertunduk lesu dan terkadang sisa sisa air mata masih meleleh dipipinya. Jarak dari Eindhoven Centraal Station ke  apartemen Shasha yang ada Kompleks TU/e tidaklah jauh. Merekapun berjalan menembus kesepian kampus TU/e di malam hari . Dua insan ini sibuk dengan pemikiran masing-masing. Terdiam dalam sepi. Kampus yang biasanya Ramai di siang hari itu tampak sepi. Keheningan menyelimuti perjalanan mereka ke apartemen. Sesampai di Taman Kampus yang jaraknya tak jauh lagi dari apartemen Shasha, Ray memberanikan diri untuk berbicara. "Sha.. apa aku tak pantas jika memintamu untuk menjadi istriku?" Kata Ray. Sha sha masih terdiam namun langkahnya terhenti. Ditatapnya wajah Ray dalam, Saat ray masih bingung dengan sikap Shasha, tiba tiba Shasha kembali memeluk Ray. Bibir kedua insan ini saling berpagutan lagi. Dan tiba tiba Shasha melepas pelukan dan ciumannya. "Ray, Maaf aku gak bisa" kata Shasha sambil berlari menuju apartemennya. Ray yang masih kaget dengan kejadian itu berusaha mengejar Shasha. Shasha tidak mengindahkan Ray yang mengejarnya. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi. Ray merasakan hawa semakin menusuk tulang karena dia tidak bisa memasuki apartemen Shasha. Ray mencoba memencet bel nomer kamar yang ada di pintu utama apartemen namun tak ada jawaban. Ray mencoba  menelpon HP Shasha namun tidak diangkat. Lalu ia pun mencoba berpositif thinking dengan yang baru saja terjadi. Mungkin Shasha butuh waktu, pikir Ray. Lalu ia putuskan kembali ke Eindhoven Central Station untuk mengejar kereta menuju Den Haag. Hari itu, hari Senin. Ray masih bingung dengan kejadian yang menimpanya. Ia coba hubungi Shasha dengan HP, namun HP Shasha tidak aktif. Mencoba menghubungi telepon apartemennya namun tidak diangkat. Sampai akhirnya Ray menulis Email, namun tidak ada balasan. Shasha menghindar dan menghilang bak ditelan bumi. Ray masih memendam rasa cintanya yang dalam kepada Shasha. Ia masih tak mengerti dengan apa yang terjadi. Pekan itu merupakan pekan kelabu bagi Ray. Ray benar benar bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Sementara dia harus mengemasi  barang-barangnya karena akhir pekan ini Ray harus meninggalkan Belanda. Negeri penuh kenangan baginya dan kesedihan. **** Kedatangan Ray di tanah air disambut gembira oleh kedua orang tuanya. Dalam perjalanan dari Cengkareng menuju rumahnya di kawasan elit  Pantai Indah Kapuk, Mama Ray bertanya "Nak, gimana, udah dapat calon dari sana belum?" Kata Mama Ray setengah bergurau Ray hanya tertunduk diam seribu kata. Kata kata ibunya mengingatkannya tentang Shasha, Rindunya yang dalam ke Gadis itu... Gadis yang membuat Ray jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dua minggu sudah Ray berada di Indonesia, namun Ray masih mengurung diri dalam kamarnya. Papa dan Mama Ray bingung melihat perubahan anak terkasihnya. Melamun dan kadang menangis, itulah keadaan Ray saat ini. Bahkan untuk makan-pun Ray harus dipaksa. Ray masih penasaran dengan apa yang menimpa dirinya. Ray tak henti mencoba menghubungi Shasha, baik lewat sms, telepon maupun email. Namun tetap saja tidak ada tanggapan. Otak Ray berfikir, mengembara jauh memikirkan apa yang terjadi. Ray bertanya tanya dalam hati, apakah perbedaan agama atau perbedaan suku bangsa sehingga shasha tidak mau menerima pinangannnya. Dan tak kadang curahan hatinya itu dikirimkan Ray ke email Shasha Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Mama Ray menyiapkan Sup Pindang Serani, masakan kesukaan anak tercintanya. Setelah masakan siap, Mamanyapun mebangunkannya. Dengan malas Ray menuju kamar mandi dan langsung menuju ruang makan. Hari ini tidak seperti biasanya Ray makan begitu lahap setelah dua minggu Ray makan seperlunya. Sepertinya Ray sudah mulai bisa melupakan Shasha sampai suatu ketika.... "Ding dong" Laptop Ray berbunyi, tanda ada e-mail yang masuk. Ray tidak terlalu mengacuhkannya, karena dua minggu ini inboxnya hanya terisi oleh notifikasi dari facebook yang berisi ucapan ucapan selamat berpisah dan selamat kembali ke tanah air dari teman-temannya disana. Setelah makan dengan lahap Ray menuju ke komputernya tanpa bersemangat. Namun tiba tiba ada 1 email yang membuat tangannya bergetar. Email tersebut dari Shasha. Jantung Ray berdetak kencang ketika mengarahkan kursor mousenya untuk membuka email tersebut. Dan selanjutnya Ray membaca bait demi bait email yang dikirimkan Shasha dengan hati-hati "Ray... Shasha minta maaf atas kejadian ini. Maafin Shasha yang udah nyakitin hati kamu. Shasha gak bermaksud menyakiti hati kamu. Bukan perbedaan yang membuat Shasha  tidak menerima lamaran Ray, justru karena kita sama. Ray, Shasha ingin ceritakan yang sebenarnya ke Ray, namun tolong Ray janji ya tidak akan menyebarkan cerita ini kesiapapun, karena jika tersebar akan membuat Shasha, Mom and Pap sedih" Ray mencoba menghela nafas dan mencoba mencermati bait pertama. Raypun bertanya didalam hati, apa kesamaan dia dengan Shasha. Raypun melanjutkan membaca email itu. "Ada hal yang Ray belum tau tentang Shasha. Sejak kecil, Shasha merasa diri sebagai perempuan. Shasha tidak pernah mau pakai celana pendek yang dibelikan Mom, sebaliknya Shasha selalu pakai rok kepunyaan Miranda (Kakak Shasha). Shasha sering kali dimarahin Mom karena itu, namun setelah Mom periksakan Shasha ke psikiater, Mom tak lagi memarahi Shasha namun malah dukung Shasha dengan membelikan pakaian wanita dan asesoris wanita yang lain." Ray sedikit menghela nafas. Setengah tak percaya, namun Ray ingin membaca kelanjutan email Shasha. "Rahasia keluarga ini sangat dipegang baik baik keluarga Shasha demi untuk jaga hati Shasha. Bahkan teman-teman Shasha tidak ada yang tahu kalau Shasha ini bukan wanita sejati. Maafin shasha yang sembunyiin ini ke Ray. Jujur shasha tidak tau gimana caranya untuk bisa jujur ke Ray. Walaupun secara fisik Shasha bukan wanita yang sempurna, namun perasaan Shasha adalah seperti wanita sejati. Shasha suka dengan lelaki. Jujur, Ray adalah cinta pertama dan yang bisa membuka hati Shasha. Waktu Ray ungkapkan cinta ke Shasha,  jujur Shasha ingin menolak Ray. Bukan karena Shasha tidak cinta sama Ray, namun karena Shasha takut menyakiti Ray dikemudian hari. Ingat kan waktu Ray teteap memaksa Shasha terima cinta Ray." Kepala Ray sudah mulai berat ketika membaca kalimat demi kalimat ini. "Saat yang Shasha takutkan akhirnya terjadi yaitu saat Ray ingin mempersunting Shasha. Jujur dalam hati Shasha ingin terima pinanganmu dan jadi pendampingmu selamanya. Namun itu tidak mungkin Ray. Kali ini Shasha gak ingin mengecewakan Ray dan orang tua Ray. Shasha dan mom sudah pernah ke dokter mengenai kemungkinan Shasha operasi ganti kelamin, namun tetap saja Shasha tidak bisa memberikan keturunan bagimu Ray." Dunia seakan berputar dengan kencang. Ray tak lagi sanggup membaca terusan email dari Shasha. Yang Ray rasakan adalah amarahnya yang meledak ledak karena selama ini Shasha, cinta pertamanya, seseorang yang sangat dicintainya ternyata menyembunyikan sesuatu. Tiba tiba perut Ray terasa mual karena teringat ciuman mesranya dengan Shasha. Raypun tak sanggup menahan rasa mualnya..... Ray Muntah dan terduduk lemas... Seakan masih tak percaya dengan apa yang terjadi, Sambil menghela nafas Ray teringat tentang gurauan temannya "Cinta itu kan tidak mengenal jenis kelamin".  Lalu sayup sayup terdengar lagu "First Love dari Utada Hikaru" yang menjadi Ring tone HP Ray.... Nijmegen, Oktober 2010 Mas PINK Tulisan ini merupakan Cerpen pertama saya. Mohon maaf jika masih banyak kekurangan disana sini. Cerita ini murni Fiksi Belaka. Jika mungkin ada kesamaan Nama ataupun Tempat hanya merupakan sebuah kebetulan. Semoga menghibur. Gambar: Jembatan Sint Servaass Maastricht (www.wordpress.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun