Terdapat ajaran bijak dari Amsal 14:34 "Kebenaran meninggikan derajat bangsa, tetapi dosa adalah noda bangsa" dan 15:33 "takut akan Tuhan adalah didikan yang mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendahului kehormatan". Ketika kita berbuat tidak sejalan dengan cita-cita pendiri bangsa dan Pancasila sebagai landasan hidup berbangsa dan bernegara maka kita telah berdosa terhadap bangsa ini, maka kita perlu hikmat agar kehormatan bangsa tetap terjaga sesuai UUD 1945 dan dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika sehingga siapapun yang memimpin bangsa ini kedaulatan negara harus tetap terjaga.
Melalui kepemimpinan presiden Joko Widodo yang saat ini memimpin negara besar seperti Indonesia melakukan semua dengan segala daya upaya sesuai dengan Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan mampu memahami kepentingan negara serta dicintai oleh rakyatnya bahkan duniapun mengakui idea-idea yang muncul dalam diri seorang presiden Indonesia melalui diri pak Joko Widodo.Â
Tindakan ini tentu membutuhkan kebijaksanaan yang disebut pronesis, artinya kebijaksanaan manusia dalam bertindak. Karena kebijaksanaan dalam hal ini adalah bertindak menurut pertimbangannya bukan menurut hukum alam dan bahkan tidak membutuhkan rumus atau tidak dapat dipastikan dan diukur secara science.
Namun, ternyata masih terdapat tokoh nasional dan juga pemimpin yang arogan, mengedepankan emosi bahkan menghabiskan energi pada hal-hal negative. Misalnya ketika seorang pemimpin diwawancarai oleh seorang presenter dengan maksud untuk mendapatkan jawaban bijaksananya dalam menyikapi persoalan bangsa ini. Ternyata yang muncul adalah ketidak-berdayaan ketika memberi argumen "tidak ada urusan anda menanyakan hal itu."
Hukum fisika perlu adanya keseimbangan antara kutub positif dan negatif. Hal-hal negatif inipun dibutuhkan dalam proses hidup tentu dalam tatanan hidup bermasyarakat sebagai penyeimbang dalam kehidupan umat manusia.Â
Sikap atau sifat negatif ini menurut saya adalah sebagai kekuatan untuk mempertajam hal-hal positive yang diakibatkan kemudian (fanataro dodo, Nias) artinya ketika cobaan datang; masalah datang; tantangan datang, berguna untuk mempertajam kemampuan berpikir manusia dalam mengatasi permasalahan itu sendiri, bukan lari dari masalah.Â
Karena hal-hal positif mendorong manusia untuk terus berbuat dan mampu memberi perubahan dalam diri manusia itu sendiri terlebih untuk kemaslahatan hidup orang banyak.
Indonesia harus kuat dan mampu membawa lebih tinggi ke level yang lebih baik. Mampu mengelola pemerintah dengan baik, mampu mengelola hirukpikuk politik yang lebih baik lagi, mampu mengelola ketidakpastian perekonomian global dan mengambil kebijakan yang tepat, serta mampu menumbuhkan investasi melalui kepercayaan dunia pada kepemimpinan saat ini.
Mari kita kawal demokrasi, pembangunan, kepemimpinan yang sophia dan berada dalam koridor NKRI, Pancasila, UUD 1945 serta dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika. Karena kita adalah satu, yaitu Indonesai Satu sebagai Indonesia yang beradab. MSS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H