Mohon tunggu...
marzani anwar
marzani anwar Mohon Tunggu... -

Peneliti Utama at Balai Litbang Agama Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pembohongan Publik Cara Eden (Bagian 2)

27 Agustus 2015   13:34 Diperbarui: 27 Agustus 2015   13:39 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

Marzani Anwar

Dalam komunitas eden, teryakini bahwa hanya kelompoknyalah pembawa kebenaran, dan berhak masuk surga. Sementara kelompok di luar eden adalah tidak dalam kebenaran, dan menjadi umat terkutuk. Eden meyakini, bahwa saat ini telah datang rasul tuhan. Bertugas membawa risalah untuk umat manusia. Rasul itu adalah malaikat Jibril, yang kini mengejawantah pada diri Lia. Jibril menjadi rasul tuhan, karena rasul itu menurut mereka, berarti "pembawa amanat tuhan".

Dalam maklumatnya tertanggal 16 Juni tahun 2000 dinyatakan: ”telah tiba waktunya Malaikat Jibril turun kembali untuk menyapa dan menuntun umat manusia agar kembali mengesakan Allah, mengkuduskan kembali seluruh ajaran-Nya, serta menghentikan segala bentuk kekerasan dan peperangan. Dia (Jibril) menyapa seluruh kaum yang beriman dari agama dan kepercayaan apapun karena pada hakikatnya dia adalah cahaya dan sinar yang menerangi alam semesta. Dia membagikan cahayanya secara adil dan merata kepada siapa saja dari hamba-hamba Tuhan yang senantiasa mensucikan diri dan membuka hatinya terhadap kebenaran”. Sampai di sini mungkin tidak terlalu mengundang kontroversi. Namun perhatikan apa kata Lia eden berikutnya.

Salah satu ungkapan sebuah surat yang ditulis Lia eden tertanggal 10 Februari 2004, memberikan penjelasan, sekitar kerasulannnuya. Bahwa ”perilaku terorisme dan kekerasan umat Islam mestinya mampu dibayangkan telah mengakibatkan kerusakan bumi dan umat manusia di dunia. Kebiadaban terorisme mempertontonkan kekeliruan cara beragama umat Islam”. Eden tidak melihat fakta yang sebenarnya, bahwa tindakan para teroris adalah suatu kebiadaban yang tidak mencerminkan keislaman. Para ulama dan sebagian besar umat Islam mengutuk, karena perbuatan itu sebuah penyimpangan dari ajaran Islam. Namun eden tidak mau tahu, ia tetap melihat tindakan para teroris itu sebagai tindakan yang merepresentasikan umat Islam di seluruh dunia. Dengan memandang seperti itu, eden hendak memojokkan Islam, dan mencari-cari celah untuk memperoleh pembenaran atas tuduhannya.

Eden bahkan menggunakan ayat al Qur\an sebagai pembenar atas risalahnya. Berarti menempaatkan dirinya selevel dengan para nabiyullah, seperti nabi Nuh As., Isa As., Ibrahim As dan Muhammad Saw. Dan semua orang di luar dirinya, yakni yang tidak percaya pada risalah eden, dipandang sebagai orang kafir atau kaum penentang Tuhan. Eden mengutip kisah Nabi Nuh saat memperkenalkan ajaran Tuhan, yang mendapat tentangan dari umatnya. Sehingga terjadilah banjir besar yang menenggelamkan para penentangnya. Kisah penentangan itu diabadikan oleh Al Qur’an sebagaimana tertera di S. Al Qamar ayat 9 : Sebelum mereka telah mendustakan kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami seraya berkata, “Dia gila, dan dia (pernah) diancam.” Dengan menggunakan ayat itu, Lia eden hendak menuduhkan kekufuran kepada orang lain, hanya karena tidak percaya pada “kerasulan Lia Eden”. Para penentang eden dipandangnya sebagai orang-orang yang layak mendapat hukuman setara dengan hukuman Allah kepada umatnya nabi Nuh.

Itulah pembohongan publik oleh Eden, yang kini masih terus dilakukan. Sasarannya adalah umat Islam. Umat yang jelas keberimanannya ini, hendak disudutkan secara sistematis dengan dalih menyelamatkan dunia. Kitab suci Al Qur’an dijadikan pijakan referensi, untuk mengelabuhi umat Islam bahwa risalah-risalah eden itu seakan benar adanya. Ada pemutarbalikan fakta keberimanan: bahwa yang beriman dimasukkan dalam golongan kafir dan yang kafir dimasukkan sebagai kaum beriman”. Ukurannya hanya “percaya atau tidak percaya kepada risalah eden”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun