Mohon tunggu...
Mary Thalia
Mary Thalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memandang Monas, Berbeda Mata tetapi Satu Hati

22 Maret 2018   23:54 Diperbarui: 23 Maret 2018   16:36 772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
shineofstar.wordpress.com

"I've got a hundred million reasons to walk away
But baby, I just need one good one to stay"

Tulisan ini dibuka dengan sepenggal lagu dari Lady Gaga yang berjudul Million Reasons, yang tentunya terasa aneh. Apa hubungannya Lady Gaga sama Monas? Sebenarnya tidak ada hubungannya. Namun, lagu ini sedikit banyak mencerminkan kehidupan bangsa Indonesia yang rasa-rasanya sedang rawan perpecahan. Dan dari lagu ini saya mencoba melihat kembali, kira-kira kalau kita berpura-pura menjadi Lady Gaga yang sedang mencari one good reason to stay, kira-kira apakah itu?

Bisa jadi itu adalah sebuah memori tentang perjuangan bangsa untuk bisa berdiri menjadi apa yang sekarang kita sebut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebuah tugu peringatan yang dinamakan Monumen Nasional, disingkat sebagai Monas, merupakan monumen yang terletak di pusat Ibu Kota Indonesia. Proyek tugu peringatan nasional ini dimulai pada peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke-16 tahun 1961 oleh presiden menjabat sekaligus Proklamator Kemerdekaan Indonesia, Ir. Soekarno.

gegen23.deviantart.com
gegen23.deviantart.com
Monas menjadi suatu tugu sejarah yang sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Salah satu alasan mengapa Monas begitu familiar bagi masyarakat Indonesia, bisa jadi disebabkan oleh segala sesuatu tentang letak, bentuk, dan posisi Monas terhadap hal-hal lain di sekitarnya. Monas merupakan sebuah tugu yang sudah berdiri lebih dari lima puluh tahun ditengah-tengah taman Monas. 

Dahulu, area taman Monas sudah terlebih dahulu dikenal dengan beberapa nama seperti Lapangan Ikada ataupun Lapangan Merdeka. Namun, hari ini sulit rasanya bagi kita untuk membayangkan Taman Monas seperti sebelum tahun 1961, tanpa Monas berdiri dengan gagahnya di tengah taman. Justru sebaliknya, yang terjadi adalah kehadiran Monas terasa permanen.

Dari jarak yang tidak terlalu dekat, Monas yang berdiri di antara air mancur yang menari anggun di taman Monas yang lapang sangat mudah untuk dilihat dari berbagai sisi. Bangunan yang lebih tinggi dari Monas pun seolah tidak menutupi karena posisi yang berjauhan antar satu sama lain. Karena begitu familiar, terkadang tanpa harus melihat, kita sendiri sadar ketika kita berada di sebuah tempat yang dekat dengan Monas.

Setiap memori saat menaiki Kereta Rel Listrik (KRL) melewati stasiun gambir membuat saya sadar, bahwa di salah satu jendela gerbong KRL akan ada pemandangan Monas yang begitu dekat dan megah. 

Dan berapapun kali saya melewati stasiun gambir, walau Monas sudah menjadi pemandangan sehari-hari rasanya tidak rugi jika memandang kepadanya sepintas, hingga ternyata saya sadar bahwa dari pandangan sekilas pun Monas mampu menyentuh para pencuri lirik untuk memandang jauh lebih lama dari yang direncanakan dan memberi ruang untuk berimajinasi.

Imajinasi yang dibentuk oleh Monas tentunya beragam dan tidak terikat, namun kodrat Monas sebagai suatu tugu peringatan membawa suatu aura yang memancarkan cerita perjuangan bangsa yang menjadi dasar ide berdirinya tugu peringatan nasional ini. Pada bagian puncak Monas, terdapat lidah api yang dengan apik memantulkan sinar matahari pada lapisan emas dengan total sampai 35 Kg, yang merupakan simbolisasi dari kobaran semangat perjuangan bangas yang tidak pernah padam.

Cerita perjuangan bisa menjadi suatu mutual story bagi setiap lapisan masyarakat dan beranekaragam masyarakat adat di Indonesia yang menyatukan pemahaman dari aura dan bahasa yang dibawa oleh tugu yang berdiri kokoh ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun