Kata ini sering kita gaungkan. Entah untuk memotivasi diri sendiri atau orang lain. Keinginan untuk bangkit dari keterpurukan, kemalasan dan kenyamanan semu membuat kita suka dengan kata 'semangat'. Apalagi jika diucapkan dengan ekspresif dan tangan mengepal di udara layaknya sedang menyanyikan lagu 'yahlal wathon', pastinya mengembalikan semangat diri yang sempat hilang.
Kesibukan bejibun membuat pencapaian beberapa target yang berjejer untuk dicapai menjadi tertunda. Kedatangan covid-19 sebagai tamu tak diundang dan enggan segera pamitan membuat berantakan semua hal yang tertata rapi dalam angan.Â
Angan untuk segera menuntaskan studi, angan untuk segera menyelesaikan berbagai hutang akademis, dan angan untuk fokus pada pendidikan si kecil yang memasuki usia sekolah, kini harus ditata ulang. Jangan sampai semua angan dan rencana baik itu 'protol' satu persatu di tengah jalan. Dan itu butuh semangat.
Oke.. Mari kita tata ulang semua angan dan rencana dengan perlahan, ambil nafas dengan tenang, fokus satu demi satu terselesaikan, dan lakukan dengan bahagia tanpa beban. Praktekkan pengetahuan kita tentang manajemen waktu, manajemen gadget dan manajemen hati...
Semangat!!!
Oh ya... Bukan berarti pandemi ini menjadi biang kerok permasalahan, namun kita saja yang emang suka menyalahkan keadaan dan karena kita tak bijak menghadapinya... Mari berdamai dengan keadaan, ambil hikmah dan tetap berjuang semangat melawan kemalasan. Ojo kalah Karo wegah.
Mary QA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H