Di balik dinding-dinding ruang kelas, di antara tumpukan buku, satu set meja kursi dan papan tulis, mereka berdiri dengan kesabaran yang luar biasa. Para guru bukan sekadar pengajar, melainkan pahlawan yang setiap hari melawan kerasnya dunia. Mereka adalah sosok yang seharusnya dihargai oleh setiap bangsa dengan memberikan mereka penghormatan setinggi-tingginya. Mereka seperti api yang membakar dalam diam, memberi cahaya tanpa pernah meminta balasan.
Setiap pagi, mereka bangkit dengan penuh kedisiplinan, meskipun ada saja rintangan tak kunjung reda. Mereka tetap mengajar, meski gaji yang diterima adakalanya sebanding, adakalanya tak sebanding dengan banyaknya energi fisik maupun emosional yang keluar dari mereka. Namun, seperti kata pepatah, "Jangan mengukur sebuah pohon dari ukuran buahnya," begitu pula mereka, tak memandang besar kecilnya hasil, tapi tetap menanam benih kebaikan untuk masa depan. Tak peduli seberapa keras hidup mereka, mereka terus memberi, terus mengajarkan, dengan penuh pengabdian dan tantangan jaman.
Kita tengok ruang sebelah yang sibuk membicarakan nasib mereka. Namun, sayangnya di balik rapat-rapat besar, tak ada yang sungguh-sungguh peduli akan perubahan yang dijanjikan. Janji-janji itu bagaikan angin yang berlalu, sementara mereka tetap terperangkap dalam waktu yang tak berubah. Sebagaimana pepatah mengatakan, "Janji tinggal janji, tapi tindakan adalah kenyataan," janji kesejahteraan yang sering kali terucap, selalu terbukti hanya sebatas kata-kata tanpa bukti nyata. Kalaupun ada, hanya bonus kecil, sementara mereka tetap menebar ilmu di jalan yang penuh kerikil.
Seperti yang telah diungkapkan oleh seorang bijak, "Bukan besar gaji yang mereka terima, tapi besar dampak yang mereka tinggalkan." Guru tidak meminta lebih selain dihargai. Mereka tidak menginginkan gelar atau status sosial tinggi, mereka hanya ingin mengabdi, karena mereka tahu, bahwa tanpa mereka, tidak akan ada masa depan yang cerah bagi bangsa ini.
Jika kita terus mengabaikan mereka, kita akan kehilangan generasi yang penuh kegemilangan. "Guru adalah lentera, dan siswa adalah cahaya yang akan menyinari dunia," kata sebuah pepatah. Jika lentera itu padam, bagaimana mungkin cahaya bisa bersinar? Jika bangsa ini terus melupakan, mengabaikan guru, maka kita akan kehilangan arah, karena mereka adalah fondasi yang menopang segala harapan.
Mari kita ingat, setiap langkah yang kita ambil menuju masa depan, adalah berkat dari tangan-tangan mereka yang telah membimbing kita tanpa pamrih. “Tidak ada yang lebih berharga selain ilmu yang diajarkan dengan otak dan hati,” begitu kata pepatah. Semoga suatu saat kita dapat melihat mereka, dengan dedikasi penuh, jiwa raga utuh dan penghormatan setinggi-tingginya bagi mereka, karena mereka adalah api yang memberi kita cahaya dalam menapaki dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H