menghadap ke wali kelasnya anakku. Supaya wali kelas mengetahui perihal izin anak muridnya yang agak lama.
Namun pihak sekolah hanya memberikan izin hanya seminggu saja. Setelah itu tidak boleh lagi sekolah dan harus ke luar sekolahnya (Tutur suamiku).
Setelah mendengar penjelasan dari suami, aku tidak peduli yang penting bagiku saat itu adalah kesehatan bapakku.
Bapak kini tidak bisa ngomong dan tidak bisa jalan, tapi dia tidak mau juga di bawa ke klinik lagi. Dia hanya ingin berobat jalan saja. Tepat seminggu aku berada di kampung, bapakku masih belum bisa jalan.
Berbagai cara telah aku kerahkan supaya beliau cepat sembuh dan aku segera kembali ke Batam lagi bersama anakku yang mau ujian mid semester.
Aku merasa yakin bahwa Allah SWT pasti akan menyembuhkan Bapakku. Atas keyakinan itu, Â Aku semakin ketat menjaga bapak dengan cara sebagai berikut:
a. Â Aku berusaha meyakinkannya untuk selalu optimis, Bapak pasti sembuh.
b. Aku gak akan berangkat dulu ke Batam kalau Bapakku belum bisa jalan dan ngomong.
c. Setiap Bapak ada perlu apa-apa, harus memukul kaleng hoong guan pake sendok sebagai isyarat butuh pertolongan biar terdengar saat tidur.
d. Bapak harus makan dan minum sesuai menu yang aku berikan dan jadwalkan.
e. Selama stroke, harus menggunakan pispot pengganti toilet.
f. Minum jus buah mengkudu yang sudah matang.
g. Memberi obat penghangat pada setiap anggota gerak tubuh.
h. Kasih sayang dan sufort yang tulus.
Ada satu malam yang aku merasa penasaran ingin mengunjungi bapak ke kamarnya. Tiba-tiba braakk... ada suara terjatuh, untung saja aku spontan mengangkat sebagian tubuh bapak bagian pinggul hingga kepala. Alhamdulillah masih bisa terselamatkan. Ternyata bapak mau ambil air minum yang tidak kesampaian.
Yang aku jaga dari Bapakku supaya beliau jangan sampai terjatuh terutama jatuh di kamar mandi. Karena banyak sekali berita yang aku dengar, penderita stroke banyak mengakibatkan kematian karena jatuh dikamar mandi.
Akhirnya usahaku membuahkan hasil, ngomong bapak mulai jelas lagi, kaki sudah bisa digerakkan selangkah dua langkah. Hari kesembilan aku masih bisa mengajak bapak untuk jalan pagi sambil di bopong walau hanya beberapa langkah. Lalu istirahat di kursi yang sudah aku sediakan untuk berjemur di pagi hari. Sengaja tidak diberi kursi roda biar si sakit tidak malas dan biar cepat sembuh.
Setiap mau ke kamar mandi, aku sendiri yang menemani. Mandi aku mandi in pakai air hangat, mau BAB pun aku yang memegang tangan bapak hingga selesai agar tidak terjatuh saat berdiri dari jongkok. Maklum saja hanya menggunakan WC jongkok.