Lalu sang Dokter menjawab "Maaf Ibu, saya hanya menjalankan tugas saja disini dan saya pekerja di sini" Bu. Akupun menjawab lagi "Tolong Bapak sampaikan saja pesan dari saya sebagai keluarga pasien, karena Bapak punya wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis." Pasien bisa-bisa sakitnya tambah parah akibat kecapean menunggu antrian, dari jam 7 hingga jam 10 malam.(Sang Dokter hanya mangut saja).
Berlanjut ke pengambilan obat dan antri juga. Bapakku mulai bertingkah dan sedikit mengoceh, dibilangnya duit dia hilang 100.000. Bapakku mondar-mandir kesana-kemari cari duit yang hilang.
Mungkin pengaruh tensi yang tambah tinggi akibat rasa jenuh, capek berbaur menjadi sedikit stres. Padahal Bapak tidak membawa uang sepeserpun, karena uang dipegang olehku.
Lanjut ke tahap akhir setelah ambil obat yaitu bayar biaya administrasi. Aku merasa sedikit kaget melihat pembayarannya, hampir mencapai satu juta yaitu 800.000.
Iya kalau ampuh obatnya, belum lagi pelayanannya yang leler banget. Sampai bagian "Pendaftaran" Â juga aku tegur. Masa di zaman serba canggih, pendaftaran menggunakan data manual untuk mencari daftar riwayat penyakit pasien.
Keesokan harinya  bapakku malah tambah parah  sakitnya. Dia mau minum obat secara teratur karena aku sendiri yang mengatur jadwal minum obatnya. Namun, Bapak gak mau berhenti merokok dan makanan yang asin seperti ikan asin.
Sepertinya bapakku mengalami komplikasi Hipertensi dengan gejala baru yaitu stroke dengan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Ngomongnya tidak jelas/pelo
2. Bibirnya agak bengkok ke samping.
3. Anggota gerak tubuhnya menjadi lemah
4. Mati rasa pada sebagian tubuh
5. Tidak bisa jalan
Ternyata alasan hingga tidak bisa jalan, bapakku terjatuh sekali dikamar mandi tapi masih bisa tertolong dan jalan pelan-pelan sambil dibopong ke kamar oleh kakakku.
Setelah di tempat tidur baru tidak bisa bangun dan tidak bisa jalan.
Melihat kondisi Bapakku seperti itu, aku segera memberitahu suamiku di Batam agar segeraÂ