Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya hidup bahagia dan tidak kekurangan suatu apapun. Meskipun mereka hidup di pondok, kita pasti ingin memberikan yang terbaik untuk mereka. Perasaan dilema bagi orang tua kerap kali muncul, ketika kenyataan pahit harus dihadapi oleh setiap santri. Apalagi, begitu banyak polemik yang menyebabkan perubahan pada diri santri misalnya saja anak yang punya penyakit magh, alergi makanan dan berpostur tubuh kurus.
Pasti orang tua akan miris menitipkan anak di pesantren dengan kondisi hidup yang cukup sederhana. Bagaimana menyikapi hal tersebut? Nah, kita sebagai orang tua seharusnya sejak awal sudah ikhlas dengan kehidupan dan nasib mereka. Jadi, jika kita harus percaya dengan didikan yang telah diatur pondok pesantren.
 Kita sebagai orang tua juga dituntut untuk tega dengan apapun yang terjadi pada anak. Dengan begitu, kita bisa mengajarkan arti hidup yang sederhana. Namun, semua itu tentu tidak mudah dilalui. Apalagi, jika banyak diantara kita yang menaruh harapan besar pada mereka, sehingga kita terkadang khawatir dengan kesehatan dan kebutuhan sandang dan pangan mereka.
Lebih parahnya lagi, mereka mudah terpengaruh dengan teman sebayanya. Terkadang merasa iri, overthinking, ikut-ikutan dan ingin mencari perhatian (manja). Sehingga kebutuhan yang sifatnya tidak penting pun, seringkali kita penuhi karena merasa tidak tega. Padahal, semua itu jauh dari prinsip pondok yang mengajarkan kehidupan sederhana bagi santri. Bagaimana anak bisa hidup sederhana jika semua keinginan mereka kita turuti?
Jadi, berhentilah memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak terlalu penting dan bukan termasuk kebutuhan utama atau pokok. Sebab, semakin kita menuruti apa saja yang mereka inginkan, dengan harapan mereka bisa semakin nyaman tinggal di pondok, sama saja kita memanjakan mereka. Sedangkan tujuan utama kita adalah mengajarkan anak hidup sederhana. Apapun alasan yang mereka buat, kita harus tega dan mengajarkan mereka untuk memilih kebutuhan yang sifatnya penting.
Cara menolak permintaan anak dengan halus salah satunya dengan memberi pengertian sejak dini bahwa mereka harus bisa memilih dan membeli secukupnya kebutuhan yang mendesak, penting dan pokok saja. Bukan kebutuhan yang sifatnya sekunder. Jika anda ikhlas melepas anak belajar di pondok, maka sudah saatnya Anda bersikap tega.Â
Dengan begitu, sikap kesederhanaan dan kemandirian akan dimaknai menjadi keberhasilan sebagai wujud dari pendidikan karakter di dalam diri seorang santri. Mereka harus belajar artinya kepahitan, agar mereka bisa berubah menjadi manusia yang sederhana. Semoga tulisan ini bisa mencerahkan kita semua dan bermanfaat. Amiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H