Mohon tunggu...
Maryam Mayram
Maryam Mayram Mohon Tunggu... -

just an ordinary girl in extraordinary world\r\n\r\nhttp://littleocean-maryam.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Aku

2 Desember 2011   13:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk sebagian orang, aku dikatakan beruntung, bertemu dan menikah dengannya. sebagian lagi mencibir dan mengerlingkan mata seolah mereka ingin bilang, aku ini sungguh menyedihkan. Aku, yah gadis desa, yang hidup, besar dan sekolah disini. Aku gadis biasa, bisa dibilang aku bukan tipe gadis impian setiap laki-laki. Aku pendiam, kutu buku dan menyebalkan sesekali. Musik dan buku jadi temanku sejak kecil. Aku masih punya beberapa buku yang aku pinjam dari perpustakaan yang lupa aku kembalikan, setiap aku menemukan mereka berdebu di rak buku miliku, aku bisa melihat bayangan kegembiraan saat aku membacanya, yahh..aku menemukan duniaku disana. Di buku-buku itu terbesit ingatan masa lalu....

sekitar 25 tahun yang lalu, aku ingat masa pertama sekolah yang sungguh tidak menyenangkan hatiku. Ayah ku yang keras dan tidak pernah ingin melihatku gagal, seolah mengancam agar aku tidak boleh memalingkan wajah saat guruku menjelaskan, "awas kamu, dengarkan gurumu baik-baik, biar nanti ulangan kamu dapat bagus, jangan sampai kamu dapat nilai jelek, kalau nilaimu jelek, kamu berarti bodoh!" aku tertunduk, kenapa? kenapa dengan cara seperti itu? aku masuk kelas, tertunduk lesu, sambil memandang teman sekitarku yang melihatku dengan pandangan aneh..., berbisik-bisik, tapi aku berusaha untuk tidak memperdulikan mereka.

Aku ingat saat aku harus meneruskan sekolah, ayah terang sedikit kecewa dengan nilai yang aku dapat, menurutku kurang sedikit saja, teman-teman malah iri pada nilai-nilai ku, tapi ayah? entahlah apa yang bisa membuatnya puas. Walau akhirnya aku bisa masuk ke sekolah favorit. Disini aku habiskan 3 tahun berhargaku dengan sedikit kesia-siaan. Ayah tak pernah bangga padaku, padahal aku merasa telah berusaha semampu otakku. Ingin rasanya aku berteriak dan memohon pengertiannya, percuma saja, saat aku menangis pun, dia malah akan bertambah marah. dan lagipula, aku masih sadar dia hanya mau yang terbaik untukku, dia orang tua ku, aku tak bisa berteriak padanya. aku sayang dia. Apapun yang dia lakukan padaku, dia ayah ku, tanpanya aku tak bisa seperti sekarang ini. Tapi caranya itu, bagiku salah..sangat salah.

Saat aku pulang, aku melangkah ke gerbang dan mendapati teman-temanku disana. Diantara mereka ada beberapa anak laki-laki yang aku kenal dari kelas sebelah, ya mereka pacar teman-temanku, "Mer, kita duluan ya..mo jalan nih" Ira mencolek tanganku sambil mengerutkan keningnya, "kamu mau ikut?" "ga ah, aku mau pulang aja" jawabku pendek. Yang lain menoleh dan berkomentar "waalllah, kamu belajar mulu, gaul dikit dong kaya kita nih, sekali-kali hang out, katro banget, buku mulu yang diurusin!" aku menghela nafas " bukan urusan kalian" jawabku sambil pergi meninggalkan mereka yang tertawa terpingkal. Yah, saat itu aku merasa tidak ada teman yang benar-benar teman, mereka hanya datang saat perlu untuk mengerjakan PR dan tugas-tugas lainnya. Aku hampir tidak percaya ada yang bisa jadi temanku berbagi. "Sudahlah" pikirku memutuskan, ga ada gunanya mendengarkan mereka"

Aku tidak pernah mengenal pacaran. Rasa suka sama cowok pasti pernah, bahkan aku masih ingat beberapa nama cowok baik, yang pintar pula. Mereka selain baik, juga terlalu "tinggi" buat aku. Mereka gak akan pernah suka sama aku, aku sadar, dan aku pun hanya bisa melirik mereka dengan ujung mataku, yang nantinya akan kutuliskan di diary hidupku. Aku bisa dibilang "ga gaul" aku terlalu serius sma nilai-nilai ku saja. Aku mau ayah menerima ku! aku hanya mau belajar.

Cerita di atas adalah sebagian kisah rumit yang membekas di ingatanku. Mungkin hampir tidak ada yang menyenangkan. Bukannya aku jadi orang pesimis, yang hanya bisa mengeluh, hanya sekadar memendar cerita sakit yang akhirnya mengajari aku untuk menjadi kuat seperti sekarang. Aku telan ucapan, hinaan, hempasan caci maki orang. Membiarkan mereka berlalu dan aku pun hanya bisa menghela napas, menahan dan terus bertahan. Sampai sekarang.

Sekarang aku sudah menikah, akhirnya setelah sekian lama menunggu, aku pun menemukannya. Cinta sejati itu datang dari dunia yang tak kuduga. Aku bertemu dengannya dari ribuan kilo mil jaraknya. Aku menemukan teman terbaikku yang telah mau menjadi pendengar setia selama 7 tahun. tapi kini kami berjauhan, karena ada hal-hal yang harus kami selesaikan sampai akhirnya kami bisa bersama. Dan tentu saja, orang-orang itu masih terlalu rajin untuk menyimak kisah hidupku. Mungkin hidupku ini terlalu menarik buat mereka. Mungkin.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun