Mohon tunggu...
Maryam Farah NF
Maryam Farah NF Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenapa Sih Penggunaan Hewan dalam Penelitian Psikologi Harus sesuai dengan Kode Etik Psikologi?

9 November 2023   20:59 Diperbarui: 9 November 2023   21:05 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hewan merupakan subjek penelitian yang seringkali dipakai oleh para peneliti untuk menguji coba hasil penelitian mereka.Ilmuwan menggunakan hewan dalam penelitiannya apabila tidak ada lagi alternatif lain atau tidak etis jika menggunakan manusia dalam penelitian. Maka dari itu, penelitian dengan menggunakan hewan sangat berharga dan sangat berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuian kita saat ini. Namun, muncul pernyataan “Sejauh man penelitian dengan hewan dianggap berharga?” Ada berbagai macam cara yang dapat digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan menejawa pertanyaan tersebut: 1. Hal yang perlu kita pertimbangakan adalah bahwa perilaku yang dimiliki oleh hewan disusun  dengan prinsip-prinsip yang serupa dengan struktur perilaku manusia, maka dari itu kita dapat tahu mengenai perilaku manusia menggunakan hewan. Pertimbangan kedua ialah nilai penelitian fisiologis dengan menggunkn hewan. Sebagian besar hewan memiliki sisten fisologi  yang mirip dengan manusia, maka dari itu kita mampu mengetahui tentang fisiologi manusia dengan memepelajari fisiologi hewan. Lalu, pertimbangan ketiga merupakan pentingnya mempelajari hewan untuk mencari tahu mengenai hewan (Sylvia Yonita, 2020).

Penelitian psikologi terdahulu telah banyak yang dilakukan dengan menggunakan hewan non-manusia, diantaranya: Harlow's Monkey mengenai belajar dengan monyet rhesus untu membiakkan monyet sendiri, Operant Training untuk meneliti tentang penerapan pengkondisian operan, Sensory Deprivation yang menyelidiki efek relatif genetika dan belajar dalam perilaku apa pun, Field Studies yang meneliti penggunaan bahasa isyarat pada seekor simpanse, serta Naturalistic Observation yang mengamati tentang hubungan sosial gorila di habitat alami mereka. Banyaknya penelitian psikologi yang dilakukan menggunakan hewan bukan berarti para peneliti dapat menggunakan hewan dalam penelitiannya secara semena-mena. Sebelum melakukan penelitian menggunakan hewan para peneliti juga harus memahami kode etiknya terlebih dahulu.

Kode etik penggunaan hewan dalam penelitian berdasarkan kode etik psikologi dan ilmuwan psikologi yang ditetapkan oleh kongres VIII Himpunan Psikologi Indonesia menurut Sungguh (dalam Banyard & Flanagan, 2005) menyatakan bahwa apabila dalam penelitian yang dilakukan menggunakan hewan sebagai objek riset, imuwan psikologi dan psikolog diharapkan dapat memperlakukan hewan tersebut dengan baik. Adapun bunyi kode etik penggunaan hewan dalam penelitian menurut Kode Etik HIMPSI, yaitu pada pasal 52 yang berbunyi : I. Hewan yang digunakan dalam penelitian harus terlatih dan diperlakukan dengan baik, serta dipastikan semua orang yang terlibat dalam penelitaian memahami pasal ini, II. Peneliti diperbolehkan menyakiti atau membuat streess seekor hewan penelitrian, hanya jika tidak terdapat alternatif lain, dan ada tujuannya yang diperbolehan secara ilmiah, III. Jika terdapat pembedahan, maka diwajibkan ada pembiusan yang memadai, dan tidak menyebabkan infeksi atau rasa sakit elama dan setelah pembedahan, IV. Apabila subjek harus dibunuh maka harus dilakukan dengan cepat dan meminimalisisr rasa sakit.

Penggunaan hewan dalam riset yang dilakukan harus disertai dengan upaya untuk meminimalkan rasa tidak enak, sakit, infeksi, atau penyiksaan yang menimpa hewan yang digunakan dalam penelitian. Diperlukan prosedur yang jelas untuk menangani seberapa jauh hewan itu “boleh” di sakiti, atau merasakan tekanan, atau privasi untuk menghindarkan perlakkuan semena-mena. Apabila dalam prosedur penelitian diperlukan pembedahan yang diperlukan sesuai prosedur dilakukan dibawah pembiusan, imuwan psikologi dan psikolog melakukan dengan menggunakan metode untuk menghilangkan rasa sakit atau minimal dapat mengurangi rasa sakitnya selama ataupun sesudahnya. Psikolog yang akan melakukan penelitian dengan menggunakan hewan harus sudah terlatih dan mendapat sertifikat khusus. Seandainya harus mengakhiri hidup hewan tersebut maka harus dilakukan dalam waktu yang sangat cepat dalam upaya untuk meminimalkan rasa sakit, dan sejalan dengan prosedur yang bisa diterima menurut aturan dan hukum. Jadi, penggunaan hewan dalam penelitian ini tidak serta-merta dapat dilakukan, semua itu ada prosedurnya.

DAFTAR PUSTAKA
Banyard, P., & Flanagan, C. (2005). Ethical Issues and Guidelines in Psychology. New York: Routledge
Sylvia Yonita. (2020). Psychology Research with Non-Human Animals ( B ). Kode Etik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun