Mohon tunggu...
Maryam Dzikrul Muwahidah
Maryam Dzikrul Muwahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyukai sastra dan bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Budaya Patriarki dalam Film Yuni (2021)

5 Juni 2022   15:13 Diperbarui: 5 Juni 2022   15:19 1047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stigma masyarakat menempatkan perempuan sebagai seseorang yang tidak boleh menempuh pendidikan tinggi dan hanya akan menjadi seorang ibu rumah tangga dan pernikahan usia muda dianggap sebagai suatu yang wajar. 

Hal tersebut semakin memuncak pada scene ketika Bu Lilis gurunya yang membantu ia untuk meneruskan pendidikannya tidak bisa lagi mengajar di sekolah Yuni. 

Nilai-nilai patriarki juga terlihat pada scene dimana Pa Dodi seorang lelaki yang sudah berumur datang dengan istrinya ingin menjadikan Yuni sebagai istri muda dengan memberikan sebuah uang untuk keluarga Yuni.

Hal tersebut memperlihatkan bagaimana perempuan cenderung tidak diberikan hak untuk memiliki kebebasan akan pilihannya. Pa Dodi seolah menganggap Yuni sebagai barang yang dapat diperjualbelikan dan menempatkan posisi Yuni sebagai perempuan menjadi tidak berharga. 

Begitu pula istri pertama Pak Dodi yang tidak bisa melawan kehendak suaminya yang ingin melamar Yuni. Perempuan dalam hal ini seolah tidak berdaya dalam memutuskan kehendak yang dia inginkan atau tidak.

Film ini merepresentasikan budaya patriarki dilihat dari tiga level yang dikemukakan oleh John Fiske. Pada level ideologi disimpulkan bahwa budaya patriarki sangat melekat dalam film ini. 

Film Yuni (2021) membentuk sebuah stereotip gender bahwa perempuan hanya menjadi Ibu rumah tangga dan tidak perlu untuk menempuh pendidikan yang tinggi. Film ini memperlihatkan diskriminasi-diskriminasi yang dilakukan masyarakat terhadap perempuan. 

Kamila Adini sebagai sutradara memperlihatkan bagaimana masih melekatnya budaya patriarki di masyarakat. Melalui film ini masyarakat diharapkan dapat menghilangkan budaya-budaya tersebut yang tentunya sangat merugikan perempuan.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun