Berkaca pada sepak terjang PKS di pilkada Jakarta, yang “menghasilkan” kekalahan Foke, PKS di Jawa Barat dengan Ahmad Heryawannya nampak seperti mengalami kegamangan. Apalagi, sebagai petahana ia mengklaim dukungan sampai 30%, sebagaimana hasil survey yang dilakukan oleh Jaringan Suara Indonesia (JSI).
Saya teringat, lembaga survey Jaringan Suara Indonesia (JSI) adalah lembaga yang bekerja khusus untuk pemenangan Foke-Nara waktu pilkada Jakarta. Hal itu jelas-jelas memang diakui oleh Direkturnya sendiri, Widdi Aswindi. Hasil survey JSI waktu sebelum pilkada Jakarta berlangsung “jauh panggang dari api”. Prediksi survey yang aneh, sangat meleset jauh dari kenyataan.
Coba tengok hasil survey, sebagaimana pernah dinyatakan di depan insan pers di Hotel Mulia, dengan percaya diri ia mengatakan bahwa pilkada Jakarta hanya satu putaran dan akan dimenangkan oleh kubu Foke-Nara. Hasil perhitungannya;
- Foke-Nara sebanyak 49,6%.
- Jokowi-Ahok 15,8%.
- Hidayat -Didik 6,4%.
- Alex -Nono 4,3%.
Ketika pilkada dilaksanakan, hasilnya sangat mencengangkan. Praktis saja, banyak lembaga survei yang “tumbang”, tak terkecuali JSI. Hasil perhitungan lembaga survey tak ubahnya seperti dukun tukang ramal. Kalau mungkin masih agak meleset sedikit, barangkali masih bisa dimaklumi. Namun apa yang terjadi? Ternyata ramalan JSI meleset. Hasil perhitungan terakhir pilkada putaran pertama :
- Jokowi-Ahok sebanyak 1.847.157 (42,60%).
- Foke-Nara sebanyak 1.476.648 (34,05%).
- Hidayat-Didik sebanyak 508.113 (11,72%).
- Faisal-Biem sebanyak 215.935 (4,98%).
- Alex-Nono, 202.643 (4,67%) dan Hendardji-Riza, 85.990 (1,98%).
Klaim Ahmad Heryawan yang diusung oleh PKS dengan 30% dukungan rakyat Jabar adalah “mengingau” di siang bolong. Peta politik di Jawa Barat tidak sesederhana Jakarta. Bentangan wilayah yang jauh lebih luas dan jumlah penduduk yang jauh lebih banyak dari Jakarta membuat para lembaga survey pusing tujuh keliling. Jika Ahmad Heryawan mengandalkan hasil survey JSI, itu berarti PKS dan Ahmad Heryawan tengah pusing tujuh keliling.
Sosok Jokowi di Jakarta tidaklah mudah diterapkan di Jawa Barat. Prediksi media yang merekonstruksi sosok Jokowi di Jawa Barat adalah hayalan dan propaganda menyesatkan. Di Jakarta, satu hari berkeliling selesai, tapi di Jawa Barat seminggu keliling tidak akan selesai.
Karena itu, Kesalahan langkah PKS di pilkada Jakarta adalah kebingungan Ahmad Heryawan di pilkada Jawa Barat. Ditambah lagi, hampir semua parpol asyik sibuk terlibat pertikaian di internalnya. Masih belum sinkron antara keputusan internal partai di DPD dengan kemauan DPP tentang penentuan calon yang akan di usung. Walhasil, dunia parpol telah “kiamat” di pilkada Jabar.
MR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H