Hahahahaaa…..jadi tertawa geli melihat tingkah pasangan Rieke-Teten yang memakai “merk” kotak-kotak. Alih-alih meniru jejak Jokowi-Ahok yang sukses di pilkada Jakarta. Sebuah ketidakmampuan membuat “trademark” baru, akhirnya membeo kepada jalan orang lain.
Sekali lagi saya katakan bahwa Jokowi itu bukan sekedar “kotak-kotak”, tapi ia punya performance yang memang berbeda dari sosok politikus pada umumnya. Memiliki kepribadian yang akrab dengan wong cilik telah menjadi ideologinya sejak ia sebagai walikota Solo. Bahkan Prabowo dan Megawati sebagai pimpinan partai pengusung sungguh terkesima melihat cara Jokowi yang “nekat” dengan “trackrecord” nya sendiri dalam pemenangan. Didukung kondisi demogafis Jakarta yang memang “match” dengan pola pemenangan ala Jokowi.
Ciri khas kotak-kotak itu bukanlah ideology yang menentukan kemenangan Jokowi. Ia hanyalah salah satu cara untuk menarik perhatian publik pemilih, semacam tagline begitu. Ketika cara itu diplagiasi oleh orang lain, maka plagiator itu akan nampak seperti kehabisan gaya atau tidak kreatif. Dari sisi itu saja kita bisa melihat sebuah cara berpikir yang absurd, gak keren dan cendrung norak. Bagaimana bisa pasangan seperti ini diusung menjadi pemimpin yang nota bene harus mampu menciptakan segudang kreatifitas.
Saya melihat bahwa kecenderungan menjiplak hasil karya dan kreatifitas orang lain merupakan fenomena kelemahan, kebodohan dan kurang percaya diri. Apalagi jika dicitrakan pada sebuah bangsa. Jangan-jangan bangsa Indonesia ini memang benar punya mental penjiplak? Apa mau kita disebut sebagai bangsa yang kurang percaya diri, tidak inovatif dan tukang jiplak?
Di tengah menggeliatnya kretifitas anak bangsa di dunia teknologi sekarang ini, fenomena jiplak menjiplak sungguh bukanlah hal yang bijak. Dari cara Rieke-Teten yang kurang kreatif itu mencerminkan suramnya daya dorong inovasi bagi anak-anak bangsa. Calon pemimpin seharusnya memulai dari hal-hal yang sepertinya remeh namun bisa membuat terobosan baru. Generasi muda Indonesia tengah berjibaku dengan sebuah terobosan untuk bisa bangkit, percaya diri, berdikari dan berimajinasi di atas mereka (para generasi muda) yang tinggal di negara-negara maju.
Baju kotak-kotak adalah “trademark” Jokowi-Ahok. Rieke-Teten bukanlah Jokowi-Ahok. Jauh panggang dari api. Baju kotak-kotak bukan pula program yang bisa “dijual” dan menjadi pola untuk pemenangan pilkada di Jabar, mengingat Jawa Barat bukanlah Jakarta. Jadi, menjiplak “trademark” Jokowi-Ahok di pilkada Jabar adalah “kelumpuhan karya”. Padahal Rieke profesi sebelumnya artis, eh kok malah gak “nyeni”.
MR.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H