METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang akan di teliti guna untuk mendapatkan data yang relevan. Dimana penelitian ini berisikan laporan tentang bentuk bentuk pemanfaatan lahan basah yang ada di Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis kualitatif, dimana data dikumpulkan melalui observasi. Penelitian ini juga dilaksanakan melalui studi lapangan, dengan tahapan menentukan lokasi penelitian, pada tahan lanjut dilakukan pengolahan data atau pengutipan referensi. Dalam pelaksanaan penelitian lapangan dilakukan pengamatan, dokumentasi, dan wawancara.
 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian lahan basah menurut Konvensi Ramsar adalah daerah rawa, lahan gambut, atau air, baik yang alami maupun yang buatan, bersifat tetap atau sementara dengan air landing atau mengalir, bersifat tawar, payau, atau asin, termasuk daerah air marin yang dalamnya pada waktu surut tidak lebih dari 6 meter (Dugan 1990). Lahan basah alami mencakup estuari, yaitu bagian hilir sungai, atau sungai pendek di daratan pantai, mangrove, jalur laut dangkal sepanjang pantai, dataran banjir, delta, rawa, danau, lahan gambut, dan hutan rawa. Sedangkan, lahan basah buatan manusia mencakup tambak perkolaman ikan pedalaman, sawah, lahan pertanian yang secara berkala terkena banjir, jaringan saluran irigasi, dan waduk (Dugan, 1990).
Kalimantan selatan merupakan daerah terkenal sebagai wilayah yang terdapat lahan basah. Berdasarkan Konvensi Ramsar (kesepakatan Internasional tahun 1971) lahan basah di Kalimantan Selatan meliputi lahan pasang surut, rawa lebak, lahan sawah irigasi, danau dangkal, dan sungai (Hadi 2013:8). Sebagian besar tanah yang membentuk lahan basah di Kalimantan selatan adalah tanah alluvial dan tanah gambut. Pada umumnya rawa pasang surut dan sawah irigasi mempunyai tanah yang berjenis alluvial, sedangkan rawa lebak dan danau dangkal mempunyai tanah yang berjenis alluvial serta sebagian tanah berjenis organosol/tanah gambut.
Pemanfaatan lahan basah harus di rencankan serta dirancang secara cermat dengan asas tataguna lahan yang berspektif jangka panjang. Dengan harus memperhatikan tiga aspek penting lahan basah yang menentukan nilainya, yaitu : fungsi, hasil, dan ciri khas, serta dapat menentukan sebab-sebab yang dapat merusak lahan basah dengan langkah selanjutnya dapat menghilangkan-nya dan harus dapat dicegah. Melalui pengetahuan lokal yang dimiliki oleh petani di lahan pasang surut, yang terbentuk melalui pengalaman dan pemahaman mereka terhadap lingkungan spesifik setempat, petani di lahan pasang surut mengelola sumber daya alam yang termasuk kedalam  kategori lahan marjinal. Berguna untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara berkelanjutan. Tidak hanya pengetahuan dan keterampilan teknis semata, namun untuk merubah lahan pasang surut juga memerlukan pola hubungan sosial spesifik dalam kehidupan masyarakat.
Ketangguhan petani banjar dalam menaklukan lahan daerah rawa di Kalimantan Selatan adalah salah satu bentuk pemanfaatan yang telah dilakukan. Seperti yang terbukti, daerah rawa di Kalimantan Selatan dikenal memiliki kadar keasaam yang tinggi. Bukti dari pemanfaatan tersebut salah satunya adalah kemampuan petani banjar untuk mengembangkan sistem persawahan pasang surut dengan cara membuat saluran pembuangan air masam dari rawa-rawa ke kanal. Terdapat tiga macam kanal, yaitu anjir, handil, dan saka. Anjir/antasan merupakan semacam saluran primer yang menghubungkan antara dua sungai, berfungsi untuk kepentingan umum, dengan titik berat sebagai saluran irigasi dan jalur transportasi. Handil/tatah semacam saluran yang bermuara ke sungai atau anjir, dibuat untuk menyalurkan air ke lahan pertanian daerah daratan. Ukuran handil lebih kecil daripada anjir. Handil merupakan milik kelompok/bubuhan tertentu. Saka merupakan saluran tersier untuk menyalurkan air, yang biasanya diambilkan dari handil. Ukuran saka lebih kecil daripada handil, dan merupakan milik keluarga atau pribadi.
Berikut beberapa contoh bentuk-bentuk pemanfaatan lingkungan sosial pada lahan basah yang terdapat di Kalimantan Selatan:
1. Pemanfaatan lahan basah untuk lahan tanaman pohon galam
Di lahan rawa sangat beragam jenis tumbuhan yang tumbuh adaptif dilahan tersebut (Asikin 2012; 2015) . Tumbuhan adaptif adalah tumbuhan yang dapat tumbuh di daerah berair, seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan daerah yang mengandung air lainnya, biasanya disebut juga tanaman hidofit.  Salah satu tumbuhan yang tumbuh adiptif di lahan rawa pasang surut adalah tumbuhan galam.ÂGalam  (Melaleuca cajuputi) merupakan jenis tumbuhan rawa yang banyak tumbuh pada lahan rawa pasang surut sulfat masam, tumbuhan galam termasuk famili Myrtaceae yang merupakan sebagai indikator lahan rawa pasang surut sulfat masam, dan tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Menurut Asikin dan Thamrin (2006), bahwa hasil penelitian pendahuluan ekstrak daun galam dapat digunakan sebagai pestisida nabati dalam mengendalikan hama seperti ulat jengkal, ulat jengkal dan hama tanaman sawi (Pluella xylostella).
Berdasarkan gambar 1 pada hasil penelitian lahan basah yang telah diambil dan diamati langsung, pemanfaatan lahan rawa yang ditumbuhi/ditanami pohon galam pada daerah lahan basah di Kecamatan Gambut, Kalimantan Selatan terletak pada titik koordinat lat -3.369571° , long 114.702606°. Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah ini di sepanjang jalannya terdapat dan dipenuhi tumbuhan galam  yang menghuni lahan di seluruh pinggiran Jl. Gubernur Syarkawi, Banyu Hirang, Kec. Gambut.Â