Mohon tunggu...
Marwatu Shofa
Marwatu Shofa Mohon Tunggu... -

Sadarilah, mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh, segera bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ingat Kebaikannya Lupakan Kesalahannya, Jangan Terbalik!

11 Oktober 2014   22:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:27 2536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hidup itu seperti penjaga gawang.

Tak peduli seberapa kali penyelamatan tercipta

Karena orang hanya ingat saat gol tercipta”

Perumpamaan hidup ini memang seperti halnya penjaga gawang dalam permainan sepak bola tak peduli seberapa banyak dia melakukan penyelamatan cemerlang, orang-orang hanya akan mengingat kesalahan yang dia buat dengan terciptanya gol di gawangnya. Artinya kebanyakan orang hanya akan mengingat kesalahan yang orang lain lakukan, tanpa melihat kebaikan yang dilakukan orang tersebut sebelum melakukan kesalahan.

Dapat dikatakan jika kebaikan seseorang nampaknya akan dengan mudah masuk ke sistem memori jangka panjang. Sebaliknya kebaikannya akan sangat mudah dilupakan karena hanya berdiam diri di sistem memori jangka pendek. Bagimana sebenarnya proses melupakan kebaikan orang lain terjadi? Lalu apa yang membuat kita selalu mengingat kesalahan yang orang perbuat?

Lupa adalah hal yang sangat lumrah kita dengar dan setiap orang pasti pernah mengalami hal ini. Reber (1968) mendifinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami. Jika kita kaitkan dengan kebaikan, berarti lupa pada kebaikan orang adalah saat kitak tidak mengingat hal-hal baik yang pernah dilakukan orang lain. Sedangkan mengingat adalah pengetahuan sekarang tentang pengalaman masa lalu.

Lupa kebaikan orang lain karena kesalahan yang dibuat orang tersebut jika dilihat dari teori decay (pembusukan) terjadi karena ketika kita menerima kebaikan di masa lalu kita tidak memunculkan kembali kebaikannya pada memori kita dalam waktu yang lama. Sehingga jejak-jejak ingatan tentang kebaikannya semakin lama menjadi pudar dan akan menghilang seiring berjalannya waktu. Sedangkan menurut teori motivated forgetting (kelupaan yang disengaja) kelupaan terjadi saat orang tersebut sudah melakukan kesalahan yang menurut pemikiran kita kesahalannya sangat besar sehingga kita bertekad untuk menghapus jejak kebaikaannya.

. Sedangkan mengingat kesalahan orang lain ini terjadi karena kita menganggap kesalahannya lebih berpengaruh besar pada diri kita dibandingkan dengan kebaikannya, dan jangan lupakan perasaan yang ikut mengambil bagian dalam mengingat kesalahan. Saat orang yan sangat kita percaya dan dekat dengan kita melakukan kesalahan ini membuat perasaan kecewa kita dua kali lipat lebih besar dibanding dengan orang lain, dan perasaan kecewa inilah yang akan terus diingat oleh otak kita.

Manusia adalah makhluk yang tinggi derajatnya namun bukan berarti bisa terlepas dari kesalahan seperti malaikat, karena manusia dianugrahi naluri yang bisa saja membimbingnya berbuat sesuka hati. Namun manusia juga bukan hewan yang hanya menuruti nalurinya, karena manusia memiliki hati nurani untuk membedakan mana hal yang baik dan buruk. Terlepas dari itu, alangkah bijaknya jika kita memaafkan orang yang berbuat kesalahan dengan mengingat kebaikannya. Karena dengan itu kita telah melepaskan hati kita dari bahaya dendam yang mengganggu. Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun