Mohon tunggu...
Marwatu Shofa
Marwatu Shofa Mohon Tunggu... -

Sadarilah, mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh, segera bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apa Arti Diriku Bagimu?

4 Oktober 2014   16:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:24 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Kau adalah arti penting yang membuatku mengerti arti hidupku”

Pagi itu hujan menjadi awal dimulainya kehidupan baru, sekaligus menjadi akhir dari musim kemarau yang selama ini menghiasi kota Bandung. Tanah kering hilang disiram oleh langit menjadi basah, suara burung yang biasanya didengar digantikan oleh suara syahdu gemericik air yang turun melalui atap-atap rumah atau ranting-ranting pepohonan. Suhu kota Bandung menjadi buaian tersendiri untuk tetap berada dikamar menutupi tubuh dengan selimut dan tidur dengan nyamanya. Tapi berbeda dengan satu rumah yang berada di sudut kota, kegiatan penghuninya tetap berlangsung, seolah menganggap hujan bukan suatu alasan untuk bermasalas-malasan. Sang istri sibuk dengan kegiatannya di dapur membuat masakan untuk dirinya dan sang suami. Sedang suaminya duduk di ruang makan dengan mata yang berfokus pada laptop ditemani dengan secangkir kopi. Terlihat seperti keluarga harmonis lainnya tapi dibalik itu semua ada rahasia yang hanya mereka berdua ketahui.

Sesosok wanita yang berperan sebagai istri itu bernama Mayang Indah Permatasari, seorang wanita sukses yang bekerja sebagai psikolog ternama di kota Bandung, namanya tersohor di Jawa Barat, bukan hanya orang biasa yang memakai jasanya tapi banyak artis, pejabat daerah, pengusaha, memilih Indah begitu orang lain menyapanya sebagai psikolog pribadi mereka. Meskipun Indah seorang wanita karir dia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri, dia tetap mengurus kebutuhan keluarganya sendiri tanpa bantuan orang lain. Indah seorang yang pintar mengatur waktunya, tapi sayang hal itu sama sekali tidak dilihat oleh suaminya.

Suaminya bernama Ahmad Farhan Aditya seorang direktur sebuah perusahaan property besar. Lelaki yang menjadi pengusaha sukses diusianya yang belum menginjak 30 tahun, dia berhasail mempertahankan nama besar perusahaan yang didirikan oleh ayahnya. Mereka berdua dijodohkan oleh kedua orangtua mereka yang dulunya merupakan sahabat dekat, kolot mungkin di era yang serba modern ini masih ada yang bernasib sama dengan Siti Nurbaya. Tapi itu tak menjadi masalah bagi Indah karena sejak bertemu Adit dia meraskan getaran-getaran halus yang membuat adrenalinnya meningkat dan ketika melihat senyum Adit yang pertama seolah ada komunitas kupu-kupu yang menggelitiki perutnya, yah senyum Adit merupakan hal paling manis yang dia temui, namun sayang setelah itu Indah tak pernah bisa melihat lagi senyuman di wajah suaminya. Adit ternyata tak sesuai dengan presepsi awalnya, dia adalah lelaki yang memiliki wajah hangat namun hati yang dingin, dia tidak pernah memulai pembicaraan apapun, dan menganggap Indah hanya sebagai patung atau lebih tepatnya pembantu ahsetidaknya itu yang dipikirkan Indah.

Sama seperti pagi-pagi sebelumnya, suasana di ruang makan sangat sepi tak ada satupun yang berniat membuka percakapan. Lama kelamaan Indah bosan, ketika dia ingin membuka suaranya, Adit bangkit dan kemudian bersiap.

“sudah makannya? Kenapa tidak dihabiskan?” Tanya Indah keheranan melihat sarapan di piring Adit masih setengah utuh.

“aku buru-buru ada rapat” Adit menjawab tanpa menatap Indah, dan langsung pergi tanpa pamit. Indah menghela nafas salah satu kebiasaanya jika sedang kecewa.

“kau bohong mana ada rapat sepagi ini, bahkan dia tidak melihatku bukankah itu tanda orang berbohong, apa kau sangat membenciku” ini bukan sekali dua kali Indah diperlakukan seperti ini, pernikahannya sudah berjalan 5 bulan selama itu juga dia diabaikan Adit. Hati Indah teriris bagaimana seorang psikolog yang terbiasa memberikan nasihat agar rumah tangga orang lain tetap utuh, sedangkan rumah tangganya sendiri tidak berjalan sesuai dengan harapannya. Mood Indah sangat hancur pagi ini, dia butuh sesuatu yang dapat mengalihkan perasaan marahnya dia bukan pengikut yang taat aliran psikoanalisa, tapi kali ini dia mungkin sependapat kepada sang tokoh Sigmund Freud, karena ketidakmampuannya untuk menuahkan kemarahan pada sang suami secara langsung, maka dia harus mencari objek lain untuk melampiaskannya, tidak mungkin dia bekerja dengan perasaan marahnya. Segera dia pergi ke kamar Adit yang memang terpisah dari kamarnya, lalu dia ambil bantal yang sering dipakai Adit kemudian memukul-mukulnya sambil terus melampiaskan perasaanya. Jika orang-orang melihat keadaan Indah sekarang mungkin akan merubah labelnya sebagai dokter penyakit jiwa menjadi orang sakit jiwa.

Malam harinya, Indah sudah selesai dengan menu makan malamnya dan bergegas mencari Adit untuk mengajaknya makan bersama. Adit berada di ruang tv dan sedang fokus melihat acara yang menampilkan seorang artis yang Indah ketahui, sedang berada di puncak ketenaran dengan segudang prestasi yang didapatnya.

“Adit makan malam sudah siap” ucap Indah dengan lirih karena takut mengganggu kegiatan Adit.

“Kau makan saja duluan, aku belum lapar” mendengar itu Indah terdiam dan berduduk di kursi yang letaknya tak jauh dari Adit dan memperhatikan suaminya yang sama sekali tidak melepaskannya fokusnya dari televisi. Pancaran mata Adit sangat berbeda ketika dia melihat Indah.

“kau menyukainya? Ku dengar dia artis yang sangat terkenal akhir-akhir ini aku sering melihatnya di acara-acara televisi” Tanya Indah dengan matanya yang tak lepas dari Adit.

“Ya.. dia sangat cantik” balas Adit, Indah bersumpah dapat melihat ekspresi kerinduan dari suaminya, walaupun Adit mempunyai raut poker face yang tak mudah ditebak tapi bagi Indah yang sudah mendalami ilmunya bukan hal yang sulit untuk membacanya. Tiba-tiba moodnya hilang dan mungkin dengan tidur dia bisa melupakannya.

“Ya sudah teruskan, jika sudah selesai segeralah makan, aku tidur duluan” Indah kemudian bangkit, dia ingin segera pergi dari tempat itu. Kadang terpikir oleh Indah untuk berhenti ini terlalu menyakitinya dia telah berusaha menjadi istri yang baik tapi suaminya terlalu sulit untuk ia gapai, dia ada bersamanya tapi pikirannya entah dimana. Tapi Indah tidak ingin mengambil resiko membuat orangtuanya sedih, dan lagi bagaimana dengan karirnya yang telah dia bangun dengan susah payah, orang-orang pasti tidak akan percaya kepadanya mengurus rumah tangga sendiri saja tidak becus apalagi mengurus kehidupan orang lain, egois memang tapi untuk kali ini biarkan dia merasa bahagia dengan Adit, ketika kesabarannya sudah pada ambang batas mungkin saat itu juga dia akan menyerah dan pergi.

Indahmencoba memejamkan matanya, tetapi wajah Adit saat melihat artis itu sangat mengganjal pikirannya. Dia teringat juga saat dia membersihkan ruang kerjanya dia melihat sebuah gambar seorang wanita yang diletakan di meja tempat Adit biasanya menyelesaikan perkerjaan. Ada apa dengan Adit? Apa wanita itu bagian dari masa lalunya? Mungkin bertanya pada Ibu mertuanya solusi dapat menjawab rasa penasaran yang mengganggu Indah.

Keesokan harinya kebetulan hari ini Indah bebas dia memutuskan untuk segera bertanya pada Ibu mertuanya, walaupun Adit seorang intovert tapi dia begitu dekat dan menghormati ibunya, terlihat dari keputusannya menerima perjodohan mereka. Indah mengetuk pintu, tak lama datang wanita separuh baya yang mempunyai wajah begitu menenangkan hati tak heran anaknya juga memilikinya.

“Indah? Ayo masuk nak, Adit tidak ikut?” Tanya Ibu mertuanya itu dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajah cantiknya.

“Adit sedang sibuk mah” balas Indah sambil mengikuti Ibu mertuanya masuk, Indah ingat rumah ini adalah tempat pertama kali dia bertemu dengan Adit, dan dia duduk ditempat yang sama tapi tanpa Adit dan kedua orangtuanya. Karena tak sabar untuk menjawab rasa penasarannya Indah akan langsung menanyakan pertanyaan yang terus menghantuinya.

“Mah, boleh saya tanya sesuatu?” tanya Indah sedikit ragu.

“Silahkan tanya saja, tidak perlu sungkan kan sudah Mamah bilang kita ini sudah jadi keluarga” balasnya sambil mengelus tangan Indah.

“Bagaimana masa lalu Adit? Maksudnya apa Adit pernah dekat dengan seseorang?” dapat dia lihat Ibu Adit sedikit menghela nafas dalam. Ada apa sebenarnya? Kenapa semua ini semakin membingungkan?

“Mamah harap kamu tidak akan kecewa mendengar ini, Adit dulu pernah dekat dan menjalin hubungan dengan seorang gadis cantik. Hubungan mereka tergolong lama, namun ketika Adit ingin membawa hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius gadis itu menolak dan yang lebih mengagetkan dia mengajak Adit berpisah dengan alasan dia harus menggapai impiannya, Adit sangat hancur saat itu, berulang kali mamah menemukannya menangis, dia seperti kehilangan pegangan dan terombang ambing, persepsinya tentang hidup tidak sama lagi saat gadis itu memutuskan berpisah dengannya” mendengar itu hati Indah sedikitmerasakan sakit, ternyata Adit pernah mencintai seseorang sebegitu dalamnya dan mungkin hingga saat ini perasaan Adit masih sama, dia merasa gagal menjadi seorang istri karena tak bisa mengambil hatinya.

“Siapa wanita itu mah?” tanya Indah dengan suara yang lirih.

“Mamah dengar dia sudah menjadi artis tekenal sekarang, dia Aura Febriana” ucapnya sambil mengelus punggung Indah, berharap itu dapat menenangkan menantunya.

“Ada apa? Apa ada perlakuan Adit yang membuat kau menanyakan ini?” Indah menggeleng dan memutuskan untuk berpamitan. Pada tengah perjalanan Indah memilih beristirahat sebentar dan menengkan dirinya di sebuh caffe dan memesan beberapa minuman manis untuk membuatnya sedikit lebih tenang, dia mengambil tempat di sudut dekat dengan jendela yang menuju kearah jalan depan caffe, dia melihat kesebrang disana banyak orang-orang yang sedang meneduh karena hujan kembali mengguyur kota Bandung, mata Indah tak sengaja melihat sebuah papan iklan yang menampilkan artis cantik yah dia Aura Febriana, melihatnya Indah tersenyum miris. Pantas Adit begitu mencintai wanita ini lihat dibanding dirinya dia begitu berkelas dengan senyum menawan, cantik, dan berbakat. Indah merasa bukan apa-apa dibandingkan Aura Febriana, tiba-tiba self ecency yang dia punya seolah hilang.

“Apa aku harus menjadikanmu sebagai model imitasi, untuk mencuri hati suamiku” Indah merasa bodoh mengatakan itu, dia hanya terlalu lelah. Matahari mulai terbenam Indah memutuskan untuk pulang.

Sesampainya Indah segera bergegas menyiapkan beberapa makanan, tak lama Adit datang dengan pakaian santainya tampaknya dia sudah sejak lama berada di rumah. Setelah dirasa pekerjaannya selesai Indah berniat segera beristrahat, tapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Adit.

“Kau tidak makan?” tanya Adit berusaha terlihat acuh, melihatnya Indah menghela nafas.

“Nafsu makanku hilang, kau makan saja duluan” Indah membuang muka dan bersiap berjalan kembali.

“Kau terlalu kekanakan, biar ku tebak kau sedang ada masalah bukan? Lalu kau mogok makan,wanita memang senang sekali menunjukkan kelemahan kepada oranglain padahal bisa jadi mereka bahkan lebih kuat dari apa yang dilihat, menggelikan” ucapnya sambil menampakkan senyum yang tampak meremehkan.

“Kau seperti berpengalaman dalam hal itu, tapi asal kau tau aku tidak seperti wanita yang kau katakan, sebagai seorang yang menjadi tempat curahan hati orang-orang pantang bagiku menunjukkan kelemahanku pada oranglain, dan aku juga tidak sama sepertimu hanya karena ada wanita yang pernah melakukan itu kau lantas menyamaratakan persepsimu, asal kau tau kau lebih menggelikan” Indah paham kata-katanya sangat keterlaluan tapi entah dia hanya ingin mengelurkan hal yang mengganggu pikirannya. Dapat dilihat Adit menggeram, menahan emosinya.

“Kenapa? Kau marah? Kau yang lebih menggelikan, kau begitu terlena dengan masa lalumu yang menurutmu begitu manis sehingga saat rasa manis itu hilang kau lantas kehilangan dan menganggap rasa manis itu tak bisa kau dapatkan lagi, kau yang menganggap dirimu begitu menyedihkan dan terlihat lemah sehingga tidak bisa melupakan cintamu yang bahkan mungkin sudah melupakan perasaanya, kau-“ Kata-kata Indah terhenti oleh sebuah suara piring yang sengaja dijatuhkan Adit tak jauh dari posisi dia berdiri.

“Berhenti, tak usah ikut campur masalahku, kau bukan siapa-siapa!” mendengarnya hati Indah sakit, lalu disebut apa hubungan pernikahan yang sudah berjalan setengah tahun ini? Ternyata Adit memang tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang istri.

“Bukan siapa-siapa? Ah jadi selama itu yang berada dipikiranmu. Jadi sebenarnya apa arti diriku bagimu? Apa aku hanya angin lalu bagimu, apa aku hanya sebagian kecil memori jangka pendekmu yang suatu saat nanti bisa kau lupakan, lalu apa memori otobiografismu hanya dipenuhi dengan Aura Febriana yang nampaknya hidup dengan baik tanpamu, tidak seperti kau yang menyedihkan dan menutupmu dari dunia luar” Indah sudah tidak bisa sabar dengan keadaan yang semakin lama semakin membuatnya muak.

“Kau sudah selesai? Sudah selesai dengan ucapanmu mengenai dunia orang tidak normal, kau tidak akan mengerti karena selama ini yang kau pelajari hanya aspek-aspek negatif saja kau tidak mengerti tentang kebahagiaan , kau sudah terbiasa mendiagnosis orang tidak normal lalu kau dengan seenaknya mendiagnosisku menyedihkan, nikmati saja dunia orang gilamu aku sudah muak dengan pernikahan bodoh ini” balas Adit menatap Indah dengan tatapan tajamnya.

“Kau muak? Bahkan aku lebih dari sekedar itu! Ya aku akan pergi dari rumah ini malam juga, kau juga silahkan nikmati memori otobiografismu yang hanya berfokus pada wanita itu, aku tidak akan mengerti karena benar karena kaulah sendiri pakarnya, karena aku tidak mengetahui kehidupanmu sebaik dirimu sendiri aku hanya orang asing” akhirnya pertahanan Indah jatuh air matanya jatuh tidak bisa ia kendalikan, Adit yang melihatnya sedikit merasa bersalah tapi karena keegoisannya dia hanya diam saja saat Indah membalikan badannya dan pergi.

Indah rasa ini adalah ujung dari kesabarannya saat ini, ini sudah keputusan yang tepat dia bahkan merasa bodoh karena tidak mengambil keputusan ini sejak dulu. Dia terlalu naif, bahwa dia bisa mendapatkan cinta Adit karena keyakinannya bahwa cinta bisa datang seiring dengan kebersamaan mereka, dia salah besar Adit terlalu jauh baginya, dan jangan memerdulikan pikiran orang lain terhadapnya nanti, bisa saja nanti statusnya sebagai seorang psikolog hebat berubah menjadi seorang psikolog yang gagal dalam rumah tangga. Indah bahkan tidak peduli dengan itu, lalu kenapa jika seorang psikolog gagal? Apa seorang psikolog harus tetap terlihat bahagia? Psikolog juga seorang manusia.

Dan setelah hari itu Adit tinggal di rumah besar itu sendiri, dia harusnya merasa bahagia karena selama ini kehadiran Indah sedikit mengganggunya. Tapi dia sudah terbiasa melihat Indah pagi-pagi menyiapkan makanannya, mendengar derap langkah kaki Indah yang sibuk menyiapkan segala kebutuhannya. Tapi seminggu setelah Indah pergi, entah mengapa hati kecilnya merasakan sedikit kehilangan, dia merasakan sendiri lagi dia merasakan kesepian seperti dulu lagi. Dia terus memikirkan perkataan Indah, dan membenarkannya dalam hati dia terlalu terbuai dengan masa lalunya dan tidak pernah melihat apa yang ada didepannya, dia terlalu menutup hatinya merasa tidak aka nada lagi kebahagiaan setelah Aura meninggalkannya, padahal saat ini dia sudah memiliki Indah sebagai istrinya. Dia sadar perlakuan buruknya selama ini yang selalu mengacuhkan istrinya, hati Adit sedikit merasakan angin sejuk melafalkan dalam hati bahwa Indah sebagai istrinya. Dia tidak ingin sendiri lagi, apa sekarang dia menyesal? Apa yang harus dia lakukan agar Indah kembali disisinya, kenapa rasa menyesal selalu datang di akhir dan ketika Indah akan pergi. Tapi tidak ini bukan akhir ini adalah awal dimana dia harus bahagia bersama Indah, ini adalah awal kehidupan baru dimana hanya ada dia dan istrinya tanpa ada bayingan masa lalu bodohnya. Aura hanya obsesi masa lalunya dan Adit akan mencoba untuk menerima Indah sebagai cinta barunya. Dengan semangat Adit bangkit dan segera mengambil kuci mobilnya, dia akan menyusul Indah yang Adit yakini sedang berada di rumah mertuanya. Dia tidak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, cukup Aura dan dia akan membuat pengecualian pada Indah.

“Adit? Tumben kesini kau mau menyusul Indah?” ucap Ibu mertuanya dengan muka sumringah, dia sadar selama 6 bulan pernikahnnya, dia belum pernah sama sekali mengunjungi rumah mertuannya. Adit berjanji pada dirinya sendiri dia akan sering mengunjungi rumah ini bersama Indah nantinya. Memikirnya membuat bibir Adit sedikit tersenyum walau sama terlihat.

“Iya, Indah sedang apa?” tanyanya sambil melihat kedalam rumah siapa tau dia bisa menemukan sosok istrinya tersebut.

“Dia sedang tidur, dia terlihat sangat kacau dan kelelahan, Ibu tidak akan menanyakan macam-macam kalian sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan masalah rumah tangga kalian sendiri, kau temui saja dia, Indah ada di dalam kamar itu” ucapnya sambil menunjuk sebuah ruangan yag terletak dilantai atas. Adit menguatkan dirinya, seusai berpamitan dia melangkah dengan yakin menuju kamar Indah. Dia membuka pintu itu dengan pelan dan melihat Indah sedang tertidur, Adit baru menyadari bahwa Indah sama seeperti namanya begitu Indah, dia memiliki wajah yang begitu menenangkan dan mukanya tetap terlihat cantik alami, berbeda dengan Aura yang tidak bisa lepas dari make up, tangannya terulur untuk menyibak rambut Indah yang sedikit menutupi wajahnya. Ternyata gerakan lembutnya, membuat Indah menggeliat pelan dan membuka matanya perlahan, dia berusaha menyesuaikan kedua matanya dengan cahaya, melihat itu Adit tersenyum Indah terlihat sangat polos dan mempesona sekaligus. Kenapa dia baru menyadarinya?

“Sudah benar-benar sadar? Aku ingin bebicara denganmu” ucap Adit yang tak bisa melepaskan tatapannya dari Indah. Indah sedikit terkejut mendengar suara Adit, tak lama dia memasang wajah datarnya.

“Bicara saja” balasnya singkat tanpa melihat Adit. Hati Adit sakit melihat Indah yang terlihat enggan menatapnya, apa ini rasanya diacuhkan?

“Ku rasa kau benar tentang ucapanmu, aku memang menyedihkan dan aku bodoh. Maaf atas perkataanku waktu itu yang mungkin membuatmu sakit hati, maaf juga atas perlakuanku sebelumnya yang mengabaikanmu. Aku paham aku bodoh, jadi bisakah kau menghilangkan kebodohanku?” ucap Adit, ini pertama kalinya dia berbicara sepanjang itu dengan Indah.Tapi Indah tetap tidak bergeming.

“Aku tidak ingin menjanjikanmu hal-ha yang indah, karena jika aku tidak dapat menepatinya kau yang akan kecewa. Tapi aku akan berjanji pada diriku sendiri untuk yang menjadi terbaik bagimu, karena jika aku tidak bisa menepatinya aku sendiri yang akan kecewa. Cukup selama ini kau merasakan sulit disampingku, kedepannya biar aku saja yang merasakannya. Kebahagianmu menjadi prioritas utamaku. Jadi maukah kembali kepadaku yang bodoh ini?” lanjut Adit dengan keyakinan. Indah menatap Adit, melihat apa ada tanda kebohongan dalam dirinya, namun kali ini dia tidak mendapatinya.

“Kau yakin? Jangan main-main Adit” Indah merasa ini seperti mimpinya, ia mungkin bermimpi karena tidak mungkin ini terjadi di dunia nyata, ini mungkin hanya bentuk keinginannya yang terbawa sampai mimpi karena tidak bisa mewujudkannya. Saat Indah sibuk dengan berbagai hipotesisnya, dia tersentak merasakan tangan Adit menyentuh kedua pipinya.

“Apa aku pernah terlihat bermain-main? Aku ingin kau kembali padaku mari membangun rumah tangga yang bahagia, kau pernah bilang kau hanya memori jangka pendekku tapi bukankah memori jangka pendek itu dapat berubah menjadi memori jangka panjang. Aku akan melakukan pengulangan dengan mengatakan aku mencintaimu dengan cara terbuka dengan mengatakannya langsung padamu, dan cara tertutup dengan terus mengulanginya dalam hati saat kau tidak ada dalam pandanganku, dengan seiring berjalannya waktu kau akan menjadi memori jangka panjangku dan akan menggeser posisi Aura sebagai pemegang memeri otbiografiku. Bukankah cinta datang karena telah terbiasa dan aku sudah terbiasa dengan kau yang ada di sekitarku. Kembali yah?” mohon Adit.

“Hey apa sebelum kesini kau membaca buku psikologiku? Bukankah kau pernah mengatakan itu hanya ilmu tentang orang sakit jiwa” cerca Indah, mendengarnya Adit membuang nafas. Dia sedang berusaha membuat Indah kembali, kenapa Indah malah membawanya keluar topik.

“Ya aku membacanya dan maaf karena perkataan bodohku, aku mengerti aku salah. Hey bagaimana dengan jawabanmu kenapa kau malah mengatakan sesuatu yang jauh dari topik” Jawab Adit tidak sabaran. Melihat sisi lain Adit, indah tersenyum ternyata tak hanya ekspresi dingin yang bisa dia tunjukan. Adit melihat Indah tersenyum, dia merasakan kebahagiaan luar biasa.

“Kau indah saat tersenyum, maukah kau mengulang pertanyaan seminggu yang lalu” Indah berhenti tertawa dan memandang Adit tidak mengerti.

“Pertanyaan yang mana? Hmm apakah pertanyaan apa arti aku bagimu” tanya Indah dengan pandangan bertanya.

“Kau adalah arti penting yang membuatku mengerti arti hidupku, jadi ku mohon kembalilah agaraku selalu paham dan mengerti arti kehidupanku” Jawab Adit, mendengarnya Indah merasa diterbangkan ke atas langit apa benar Adit sudah membuka hatinya untuk Indah? Semua ini terlalu mengejutkannya.

“Indah sampai kapan kau membuatku menunggu, aku butuh jawaban” paksa Adit.

“Baiklah mari kita coba” mendengarnya Adit mulai memerangkap Indah dalam pelukannya dia beruntung memiliki istri seperti Indah, dia tersenyum lega kali ini dia ingin bahagia dengan cinta barunya Mayang Indah Permatasari.

TAMAT

*NOTE:

Memori Otobiografi: adalah memori yangdimiliki seseorang mengenai masa lalunya. Fokus memori otobiografis adalah seseorang.

Cerita ini hanya fiktif belaka jika ada kesamaan nama,tempat, maka itu sebuah kebetulan semata.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun