Mohon tunggu...
Marwatu Shofa
Marwatu Shofa Mohon Tunggu... -

Sadarilah, mengeluh tidak menyelesaikan apapun. Mengeluh hanya akan menambah beban dihati. Berhentilah mengeluh, segera bertindak!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Si Pemikir dan Si Pecinta

24 November 2014   02:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi yang indah mewarnai hari baru, anak-anak dengan seragam khas putih abu-abu mulai memenuhi sebuah sekolah terkenal di Jakarta. Tanpa berpamitan pada ayah yang sudah mengantarnya Farhan seorang murid pindahan dari Bandung, turun begitu saja dari mobil sang Ayah. Perlakuannya tersebut hanya mendapat gelengan dan raut sedih dari Ayahnya. Ketika bel masuk semua berkumpul di dalam kelas, candaan khas remaja keluar dari seluruh penjuru kelas, namun kebisingan itu berhenti saat guru mulai masuk sebagai tanda pelajaran akan segera dimulai. Tapi ada yang tak biasa dibelakang wali kelas mereka ada seorang pria yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Setelah memberi salam pada muridnya, guru tersebut mulai memperkenalkan murid barunya.

“Anak-anak hari ini kita kedatangan murid baru, saya harap kalian bisa menerimanya dengan baik, silahkan perkenalkan diri” Sambut guru tersebut dengan senyumnya

“Selamat pagi, nama saya Farhan pindahan dari Bandung, mohon bantuannya” Ucap Farhan sekedar basa-basi

Setelah proses perkenalan, sang guru mempersilahkan Farhan untuk duduk di samping seorang gadis karena memang hanya bangku tersebut yang kosong. Mengetahui tidak ada pilihan lain, Farhan berjalan menuju kursi barunya dan melihat teman sebangkunya dengan datar.

“Hai, namaku Fitria Az-Zahra panggil saja Zahra” ucap gadis itu dengan senyum ramahnya, sementara Farhan hanya menatap kedepan tanpa niat untuk merespon Zahra.

“Ah baiklah kau pasti pemalu, tenang saja aku akan menjagamu dengan baik di sekolah ini, aku selalu senang jika ada murid baru karena saat itu juga aku mempunyai teman baru, ah wajahmu juga lumayan kau bisa menjadi idola baru di sekolah ini dan….”

“Bisakah kau diam? Suaramu mengganggu konsentrasiku” balas Farhan tak ramah

“Wah sepertinya kau murid pintar, beruntungnya aku bisa duduk di sebelahmu, baiklah belajar yang baik yah teman baru" meskipun mendapat respon ketus dari Farhan senyum Zahra tidak pernah hilang dari wajahnya.

Bel istirahat yang ditunggu akhirnya berbunyi, seluruh murid dengan semangat pergi keluar kelas mencari sesuatu untuk mengisi perut mereka. Ketika sudah selesai memasukan bukunya, Zahra mengajak Farhan untuk istirahat bersama namun Farhan menolak. Zahra tidak kehilangan cara, dengan tekad kuat dia memberanikan diri menarik tangan Farhan.

“Ayolah, kau harus mengenal sekolah ini dengan baik”Farhan hanya terdiam mendengar ucapan Zahra dia terlalu terkejut karena pertama kalinya dalam 17 tahun hidupnya seorang perempuan selain ibunya memegang tangannya. Farhan memang tidak pernah dekat dengan wanita selain ibunya, meskipun memiliki wajah yang tampan dia sangat terkenal dengan keketusannya. Tidak sedikit gadis di sekolahnya dulu yang ingin mencuri hatinya, namun hanya malu yang mereka dapatkan, karena Farhan tidak sedikitpun merespon.

“Kenapa melamun? Ayolah aku lapar” dengan sekuat tenaga Zahra menarik kembali tangan Farhan. Pada akhirnya disinilah mereka di tempat murid-murid mencari sesuatu untuk mengisi perutnya, tempat yang terkenal dengan sebutan kantin. Zahra memesankan dua nasi uduk untuk mereka, karena Farhan memang sedang lapar dia memakan nasinya dengan lahap, dan Zahra tersenyum melihatnya.

“Hey aku rasa kau adalah murid yang pintar, bisa kau ajarkan aku matematika entah kenapa dari kecil sampai sekarang aku belum mampu berdamai dengan angka” Farhan berhenti sejenak dan menatap Zahra yang berada di hadapannya, dan ini pertama kalinya dia makan dengan wanita selain ibunya. Mengabaikan keterkejutannya Farhan kembali sibuk dengan makanannya.

“Matematika itu mudah, kau saja yang terpengaruh dengan persepsi awalmu jika dari awal di otakmu sudah terseting sulit untuk kedepannya pasti sulit, dan lagi saat kau pandai matematika maka kau juga akan pandai pelajaran lain” mendengarnya Zahra terpana

“Wah apakah kau pandai matematika?”

“Aku tidak ingin menyombongkan diri sebenarnya, tapi untuk sekedar informasi aku pernah memenangkan olimpiade matematika se-provinsi” balas Farhan dengan percaya diri

“Matematika tidak hanya berhubungan dengan angka tapi juga dapat berhubungan dengan penalaran manusia” tambah Farhan dia memang akan semangat jika membicarakan hal-hal kesukaannya.

“Wah hebat, bisakah kau mengajariku? Aku ingin sekali bisa menaklukan matematika” tanya Zahra dengan tatapan memohon

Karena tidak bisa menolak tatapan memohon Zahra akhirnya Farhan menyetujuinya dan saat pulang sekolah mereka pergi ke perpusatakaan dan mulai proses belajar pertama mereka. Seiring berjalannya waktu nampak wajah Farhan mulai tidak sabar, meskipun sudah menjelaskannya secara berulang-ulang Zahra tetap berkata tidak mengerti.

“Semua perempuan adalah makhluk bodoh, kau adalah perempuan jadi kesimpulannya kau adalah makhluk bodoh” ucap Farhan dengan tidak sabar

“Ya kenapa kau mengatakan itu? Kau merendahkan wanita eoh? Kau tidak ingat darimana kau lahir?”balas Zahra emosi

“Itu hanya contoh bentuk penalaran matematika yang biasa disebut silogisme hah bahkan itupun kau tidak paham, sudah aku pulang saja” ucap Farhan sebelum meninggalkan Zahra

“Apa katanya? Silogisme? Makhluk jenis apa sebenarnya silogisme tersebut” setelah berdebat dengan ketidaktahuannya Zahra akhirnya memutuskan untuk pulang.

Hari berikutnya Zahra tetap menghantui hidup Farhan meskipun tidak sekalipun dia merespon, Zahra tidak pernah menyerah karena keinginannya agar bisa mengalahkan Matematika. Seperti sebelumnya Farhan tidak akan bisa melawan saat Zahra menunjukan tatapan memelas, walaupun akhirnya di akhir pelajaran hanya bentakan yang dikeluarkan untuk Zahra. Seperti hari sebelumnya Farhan menuju perpustakaan setelah bel pulang sekolah berbunyi, di tengah jalan dia melihat dua orang yang nampaknya sedang tidak baik-baik saja sang lelaki nampaknya sedang marah dan sang perempuan hanya menangis tertunduk. Farhan menajamkan pengelihatannya seperti tidak asing dengan sosok sang perempuan namun karena tidak ingin ikut campur, akhirnya dia memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya. Tidak seperti biasa Zahra kali ini datang sangat terlambat, dia datang tepat saat Fahri akan memutuskan untuk pulang.

“Apa selain bodoh kau juga tidak bisa tepat waktu? Kau membuang 30 menit waktu berhargaku” ucap Farhan dengan senyum sinisnya

“Maaf, tadi ehm.. tadi aku ada urusan mendadak” jawab Zahra dengan suara bergetarnya, Farhan yang memang hanya berniat bercanda mengurungkan niatnya untuk kembali menyerang Zahra dengan kata-kata tajam miliknya. Dapat dia lihat bahwa Zahra berbeda hari ini, matanya seperti habis menangis dan pipinya terlihat memerah. Ada apa sebenarnya dengan dia.

Keesokan harinya keadaan Zahra terlihat kembali membaik. Zahra yang periang dan pengganggu sudah kembali dan fakta tersebut membuat Farhan sedikit lega tanpa tau kenapa dia harus merasa demikian. Seperti biasa mereka akan belajar bersama setelah pulang sekolah, namun saat mereka akan ke perpustakaan mereka bertemu dengan seorang lelaki yang tidak asing lagi bagi Farhan memandang mereka dengan tajam. Tanpa berbasa-basi lelaki itu menarik lengan Zahra dan membawanya pergi dari samping Farhan. Sementara Farhan yang awalnya terkejut, langsung berlari takut terjadi sesuatu yang berbahaya. Di perjalanannya mencari Zahra dia mencoba mengingat siapa lelaki tersebut ah ya sekarang dia ingat dia adalah orang kemarin yang terlihat marah, jangan-jangan perempuan yang bersamanya memang benar Zahra. Setelah mengumpulkan hipotesis awalnya Farhan mempercepat langkah kakinya. Ketika sampai di belakang sekolah dia melihat lelaki tersebut sedang melayangkan tangannya pada Zahra, dan bodohnya gadis tersebut hanya diam saja.

“Ya, apa kau benar seorang lelaki?” ucap Farhan sambil mencegah tangan yang sebentar lagi sampai ke permukaan wajah Zahra

“Lepas, jangan ikut campur! Kau tidak tau apa-apa” balas lelaki tersebut sambil berusaha melepaskan tangannya

“Dilihat dari segi apapun kau akan meneng melawan gadis ini, konsep utilitas jadi tidak menarik bagaimana jika kau melawan aku saja kita akan hitung kemungkinan kau akan menang apa tidak melawanku” tantang Farhan

“Kau menantangku eoh?” tanpa menunggu waktu lama lelaki itu langsung melesatkan pukulannya ke wajah Farhan. Farhan melihat Zahra sejenak, gadis itu sejak tadi hanya menunduk dan menangis, dan segala di sekitarnya seakan kembali di masa lalunya. Dapat dia lihat seorang pria yang sedang memukul wanita yang sangat disayanginya yah dia ibunya, Farhan juga melihat bayangan masa kecilnya yang hanya bisa menangis melihat keadaan ibunya yang menyedihkan, dan saat dia sudah sadar dengan ingatannya tanpa menunggu waktu lama dia mendarat pukulannya kepada lelaki itu yang dia anggap sebagi refleksi masa lalu Ayahnya. Farhan terus menerus memukul lelaki itu hingga keadaannya mengenaskan, Zahra yang melihat orang yang dicintainya dalam bahaya langsung mencegah Farhan.

“Hentikan!” teriaknya lantang, Farhan langsung berhenti dan melayangkan tatapan tajamnya pada Zahra

“Kenapa kau tidak mengatakan itu saat dia akan menamparmu? Kenapa kau diam saja? Kenapa kau tak melawan? Apa benar semua wanita seperti ini? Kau menyedihkan! Kau bodoh! Kau-“

“Cukup, kau tidak tau apa-apa! Jangan pernah ikut campur dengan masalahku. Manusia es sepertimu tau apa tentang cinta” bentak Zahra

“Cinta? Huh makan saja cinta bodohmu itu” setelah mengatakan itu Farhan pergi meninggalkan Zahra, dia sempat terhenti sejenak terkejut saat melihat ayahnya yang berdiri tak jauh dari tempatnya berada kini, nampaknya ayahnya telah melihat semua kejadiannya. Farhan kembali melayangkan tatapan sinisnya dan segera menjauh.

Dengan sekuat tenaga akhinya Zahra berhasil membawa Rama kekasihnya ke ruang kesehatan sekolah. Dia sepenuhnya mengetahui bahwa dia seperti orang bodoh, namun karena rasa cinta yang dimilikinya dia menutup diri dari logika yang memaksanya untuk meninggalkan Rama. Saat sudah selesai mengurus luka di wajah kekasihnya, dia memutuskan untuk pergi dari ruangan tersebut untuk sekedar menenangkan pikirannya. Dan taman adalah pilihannya, tak dapat dia sangkal dia merasa bersalah pada Farhan padahal lelaki itu berniat baik untuk menolongnya bukannya kata terima kasih yang dia sampaikan malah makian. Hah rasanya dia sangat jahat. Saat sedang berdialog dengan dirinya seorang pria paruh baya menghampirinya.

“Kau pasti sangat terkejut dengan perlakuan anaku” ucapnya dengan senyum, Zahra hanya menganggup sebagai respon

“Tadinya saya hanya ingin mencari Farhan, namun malah kejadian tadi yang saya lihat”

“Maaf” balas Zahra dengan nada menyesal

“Kau gadis yang cantik tidak sepantasnya kau diam saja saat ada orang yang menyakitimu, Farhan melakukan itu bukan tanpa alasan saat kecil dia sudah terbiasa melihat ibunya di siksa, yah saat itu ayahnya yang bodoh ini sangat kejam dan tidak memiliki hati dia memukul istrinya di depan anaknya yang belum mengerti bagaimana melawan, saat melihat kejadian tadi saya seperti melihat refleksi pada masa lalu bedanya jika di masa lalu Farhan hanya akan menangis keras karena tidak bisa melakukan apa-apa, namun sekarang dia sudah besar dia berani melakukan perlawanan” kenang pria paruh baya tersebut

“Pria tua ini sangat bodoh bagaimana bisa dia buta tidak bisa melihat begitu banyak cinta yang sudah di berikan istrinya hanya bentakan dan kata-kata kasar yang diberikan pria tua ini, dan sampai saat kecelakaan itu terjadi bahkan istriku masih memberikan cintanya dengan mengorbankan organ tubuhnya untukku, saat istriku pergi dari dunia fana pria tua ini baru menyadari kebodohannya namu terlambat karena anaknya pun sangat membencinya hingga 8 tahun setelah kejadian itu, akan lebih baik jika saat itu pria tua ini saja yang meninggal” lanjutnya dengan air mata di pipinya, Zahra dapat merasakan penyesalan yang begitu besar melihat wajah ayah Farhan.

Seminggu setelah kejadian itu, Farhan dan Zahra masih tetap jauh. Tidak terhitung berapa kali Zahra meminta maaf pada Farhan, namun hanya pandangan datar yang dia dapatkan dari lelaki tinggi tersebut. Karena tidak betah dengan kediaman mereka, Zahra memutuskan akan mengakhiri permasalahan mereka hari ini juga, dia akan berusaha mendapatkan maaf Farhan. Sepulang sekolah dengan segala kekuatannya Zahra berhasil menarik Farhan ke taman sekolah.

“Kapan kau akan memaafkanku, aku sadar salah mari berdamai” Zahra memulai percakapan namun tak ada respon berarti yang dia dapatkan dari Farhan.

“Satu hari setelah kejadian pemukulan itu, aku sadar dan memilih berpisah dengan Rama. Sebelumnya aku berfikir bahwa semua orang yang mencintai akan mengorbankan segala hal untuk orang yang dicintainya karena itu aku bertahan dengan argument itu, namun setelah aku bertemu dengan ayahmu aku baru sadar tidak sepantasnya mengorbankan kebahagiaan untuk orang yang bahkan tidak pernah memikirkan kebahagiaanku” tambah Zahra

“Ayahku? Untuk apa kau berbicara dengannya” kali ini Zahra mendapatkan respon

“Jangan seperti ini, dia sudah menyesal saat ibumu meninggal dan itu sudah lama bukan? Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan yah meskipun kesalahan ayahmu besar namun apa kau tidak berpikir bagaimana rasanya hidup dengan bayangan rasa menyesal dan kebencian dari anaknya, ayahmu bahkan mengatakan padaku akan lebih baik jika saat itu dirinya saja yang pergi dari dunia ini, tidakah kau merasakan rasa bersalahnya yang begitu besar. Sekarang yang ayahmu miliki di dunia ini hanya kau Farhan begitupun juga dirimu, sekarang yang hanya kau miliki adalah ayahmu cobalah berdamai dengan rasa bencimu dan terimalah kembali kehadiran ayahmu” ucap Zahra

“Kau mudah mengatakan hal tersebut, kau tidak mengerti bagaimana rasanya saat kau tidak bisa melakukan apa-apa saat ibumu yang kau cintai di siksa dengan kejamnya, apa benar semua wanita hanya akan mengalah terhadap cinta kenapa tidak kalian gunakan logika dan melawan” balas Farhan

“Cinta kaum wanita bisa diibaratkan seperti kuku tidak peduli seberapa sering kau memotongnya dia akan panjang lagi dengan sendirinya. Mungkin saat itu ibumu bertahan bukan hanya rasa cintanya pada ayahmu, kau mungkin saja menjadi alasan utamanya. Ibumu takut kau tidak bisa tumbuh dengan baik saat berpisah dengan ayahmu. Jadi berhentilah berpikir semua wanita itu bodoh, kau tidak akan bisa memahami pemikiran kami karena kau sendiri bukan seorang wanita. Jadi maafkanlah ayahmu dia sudah sangat menyesal, dia sudah mendapatkan balasan dengan perasaan bersalahnya dan kebencian yang begitu besar darimu” Farhan termenung mendengarnya, yah dia akan mencoba berdamai dengan perasaan bencinya.

“Baiklah aku akan mencobanya” Farhan akhirnya mengalah, mendengar jawaban tersebut senyum Zahra langsung merekah.

“Anak baik, haha itu artinya kau memaafkan aku juga kan?”

“Untuk masalah itu akan ku pikirkan lagi, bagaimanapun juga kau sudah menyebutku manusia es dan itu membuatku sangat tersinggung” balas Farhan dengan raut wajah datar andalannya.

“Jika benar kau adalah manusia es, maka kau adalah manusia es yang paling hangat di dunia ini” ucap Zahra dengan mata berbinar, Farhan yang melihatnya salah tingkah dan memutuskan untuk segera pergi dari Zahra. Belum dua langkah Farhan melangkahkan kakinya, Zahra kembali melanjutkan perkataannya.

“Kesimpulannya jadilah pemikir yang dicintai dan jadilah pecinta yang menggunakan pikirannya, aku benar kan Farhan?” tanya Zahra

“Yah kau benar” balas Farhan tanpa membalikkan tubuhnya dan tubuhnya kembali berhenti saat Zahra berkata.

“Farhan, nampaknya aku mulai menyukaimu” tambah Zahra

“Hah! Apa kepalamu terbentur sesuatu?”

TAMAT

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun