Sebab
Marriage is scary, yang memiliki arti menikah itu menakutkan, kalimat tersebut sedang viral akhir-akhir ini di semua platform media sosial. Baru-baru ini salah satu pengguna instagram yang merupakan influencer membagikan  video rekaman CCTV saat ia mendapatkan perlakuan KDRT dari suaminya.Â
Dalam waktu singkat video tersebut viral, mengundang rasa geram, kesal, kasihan, dan cacian dari netizen pengguna instagram atas perlakuan busuk yang dilakukan oleh pelaku. Ribuan kali di bagikan, ribuan kali ditonton, dan tak lama banyak pengguna instagram yang mulai ramai memosting "married is scary" versi mereka masing-masing.Â
Seperti "marriage is scary gimana kalau suami lo pemarah padahal waktu pacaran lembut banget?'. "marriage is scray, gimana kalau istri lo demen banget belanja sampe susah buat hemat", "marriage is scary, gimana kalau  suami lo patriarki?", dan masih banyak lagi curhatan netizen soal ketakutan mereka pada pernikahan dikarenakan banyaknya kasus KDRT, perselingkuhan, poligami, dll.
Dampak
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia 2024 menyoroti angka perceraian di Indonesia selama tiga tahun terakhir bahwa setiap tahun ada 400.000 pasangan cerai di Indonesia. Berikut angka peceraian di Indonesia dalam kurun waktu tiga tahun terakhir:
Tahun 2021: 447.743
Tahun 2022: 516.344
Tahun 2023: 463.654
Banyak alasan yang memicu perceraian, masalah perselisihan yang menerus jadi penyebab perceraian yang terbesar sebanyak 251.828 disusul alasan meninggalkan salah satu pihak sebanyak 34.322 kasus dan KDRT menjadi alasan percerian dengan 5.174 kasus. (CNN Indonesia, Laporan Statistik 2024, diakses 16 Agustus 2024).Â
Perceraian adalah hal terburuk dalam pernikahan, karena dengan cerai status nikah akan hilang. Meski ada penurunan angka yang tidak signifikan akan tetapi perceraikan tetap menjadi momok yang mengerikan bagi setiap pasangan. Takut cerai juga menjadi penyabab takut nikah.
Sebelum fenomena marriage is scary ini viral, menurut data dari BPS tahun 2024 angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan. Angka pernikahan pada 2023 sebanyak 1.577.255 atau menurun 128.093 dibandingkan tahun 2022, yakni sebanyak 1.705.348 (Kompas.com, Angka Pernikahan di Indonesia Terendah, Begini Kata Anak Muda Semarang, diakses 16 Agustus 2024). Â
Angka pernikahan yang menurun menjadi kabar baik, sebab dengan itu tandanya masyarakat mulai sadar akan pentingnya pendidikan serta kesiapan fisik, mental, dan financial sebelum menikah, dengan demikian sumber daya manusia pun akan membaik. Itu berarti marriage is scary memberikan dampak baik bagi kelangsungan pemberdayaan sumber daya manusia di Indonesia, melalui pasangan yang berpendidikan, siap fisik, mental, dan financial akan melahirkan anak yang berkualitas untuk penerus bangsa.
Marriage is scary jika terus dibiarkan memang tidak baik, hal itu akan memicu pada gamophobia. Gamophobia adalah kondisi psikologis yang ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap pernikahan. Penderita gamophobia akan merasakan kecemasan yang berlebihan atau bahkan serangan panik ketika dipertimbangkan untuk terlibat dalam hubungan yang serius.
Solusi
Ketakutan akan pernikahan tentunya bisa diatasi, reader bisa mencoba hal-hal berikut:
Memahami lebih dalam mengenai pendidikan tentang pernikahan dan hubungan.
Menjalin hubungan yang sehat.
Mendapatkan dukungan sosial
Konseling atau terapi
(Info Psikologi, Gamophobia dan Cara Mengatasinya, diakses 16 Agustus 2024)
Marriage is scary fenomena ketakutan menikah yang tengah ramai dibahas akhir-akhir ini terlebih di kalangan gen-Z yang masih banyak melajang di Indonesia sebetulnya bukan suatu hal yang begitu buruk. Ada dampak positif yang bisa dilihat seperti kesadaran masyarakat yang meningkat bahwa pernikahan bukan hanya ajang untung bersenang-senang atau solusi untuk menghilangkan rasa kesepian, sebab setelah menikah kehidupan sepasang suami-istri pasti berbeda, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan agar pernikahan tersebut mencapai kebahagiaan.Â
Seperti yang tercamtum dalam UU No.1 Tahun 1974 pasal 1 tentang perkawinan yang berbunyi "perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa". Jadi tujuan pernikahan adalah untuk bahagia dengan kekal dengan agama sebagai penuntunnya.Â
Akan tetapi jika terus dibiarkan, maka akan berdampak buruk, dengan mendalami pendidikan tentan perikahan, menjalin hubungan yang sehat, mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan yang positif, dan apabila terus memburuk bisa mendatangi konseler juga melakukan terapi, dengan itu perasaan marriage is scary atau takut pada pernikahan perlahan akan memudar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H