Mohon tunggu...
Marisa Dwi Kusuma Wardani
Marisa Dwi Kusuma Wardani Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Tukang ngemil dan ngomel bagi sebagian orang.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Lomba Dongeng Masa Kini, Masihkah Diminati

5 November 2024   13:54 Diperbarui: 5 November 2024   14:57 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.freepik.com/free-vector/fairytale-castle-with-dragon-concept_7248910.html

Beberapa waktu lalu, saya tertarik mengikuti sebuah lomba dongeng yang diadakan oleh DPMPTSP Provinsi DKI Jakarta. Pada laman instagramnya @layananjakarta tertera total rupiah yang akan diberikan kepada pemenang. "Wow, juara tiga saja sampai dua digit?!". Sontak mata saya berbinar melihat angkanya. "Dongeng? Jaman sekarang? Kek mana bentuknya mendongeng itu?", batinku yang terlalu meremehkan sebuah dongeng.

Saya pun mengikuti lomba tersebut, bahkan hingga mengirimkan dua materi judul yakni "Dira Si Ikan Mungil" dan "Ita dan Sepeda Baru Kak Dito". Sayangnya, aku bukan seorang yang percaya diri untuk tampil depan layar kaca atau pun panggung. Saya memanfaatkan Canva, sebuah platform desain grafis online yang memungkinkan pengguna untuk membuat berbagai macam konten visual, seperti poster, presentasi, infografik, undangan, media sosial, dan banyak lagi, dengan mudah dan cepat. Saya gabungkan semuanya, edit melalui Capcut. Masukan voice over dan audio, menyesuaikan suasananya.

Terlalu meremehkan gaya authentic sebuah nilai dongeng, saya pun gagal lolos ke dalam 10 besar finalis. Tidak apa. Toh, saya ikut lomba tersebut karena saya anggap semuanya adalah sebuah proses pembelajaran. Tapi saya tetap penasaran dengan konstestan yang lolos ke dalam 10 final. Dari 88 peserta, mengapa mereka yang lolos? Setelah saya kepoin satu per satu, ternyata ada benang merah yang menurut saya, materi dongeng mereka punya nilai tersendiri. Sebuah karya yang perlu dijaga keasliannya serta dikemas dengan seni yang unik dan menyenangkan.

Lomba dongeng di masa kini bukan sekadar ajang kompetisi, melainkan ruang pelestarian budaya dan alat pengasah kreativitas anak dan dewasa. Di tengah arus modernisasi yang cenderung memperkenalkan teknologi sebagai hiburan utama, dongeng tetap memiliki peran istimewa dalam menghubungkan nilai-nilai lama dengan kehidupan sekarang. Dengan mengikuti lomba dongeng, generasi muda dapat memahami dan menghidupkan kembali kisah-kisah yang sarat nilai moral, petualangan, dan kebijaksanaan. Di sisi lain, lomba ini juga menjadi medium bagi peserta untuk mengembangkan kemampuan literasi, berbicara di depan umum, dan empati.

Pengertian Dongeng dan Indikatornya

Secara umum, dongeng adalah cerita yang dikisahkan secara lisan atau tertulis yang berisi pesan moral atau pelajaran hidup, sering kali disertai unsur fantasi dan tokoh-tokoh yang tidak realistis. Dongeng berasal dari tradisi lisan, yang telah diwariskan turun-temurun. Cerita dongeng umumnya berakar pada kebudayaan setempat dan kerap kali disampaikan secara lisan oleh para pendongeng, yang kemudian berkembang menjadi cerita tertulis. Contoh klasik dongeng adalah kisah Malin Kundang, Bawang Merah Bawang Putih, atau Si Kancil yang merupakan kisah populer dalam masyarakat Indonesia.

Dari sekian yang saya pahami dan perhatikan, sebuah dongeng dapat dikenali karena :


1. Tokoh dengan Karakter Stereotip
   Tokoh-tokoh dalam dongeng sering kali memiliki karakter yang sudah jelas, seperti si baik dan si jahat, si cerdik dan si bodoh, atau si pemberani dan si penakut. Sifat-sifat ini membantu audiens, terutama anak-anak, untuk memahami pesan moral secara langsung.

2. Tema dan Latar Cerita yang Sederhana namun Bermakna 
   Cerita dalam dongeng sering kali sederhana dan mudah dipahami, tetapi kaya akan makna. Temanya bisa berkisar dari persahabatan, kerja keras, hingga kebaikan hati yang membawa keberuntungan. Latar cerita juga umumnya sederhana, seperti di hutan, desa, atau kerajaan, yang memberi kesan klasik dan tak lekang oleh waktu.

3. Mengandung Pesan Moral atau Nilai Kebijaksanaan 
   Hampir setiap dongeng membawa pesan moral. Misalnya, kisah Si Kancil yang cerdik memberi pelajaran tentang kecerdikan dan strategi, sementara dongeng tentang Malin Kundang menyampaikan nilai tentang bakti kepada orang tua dan akibat buruk jika seseorang melupakan jasa orang tuanya.

4. Unsur Fantasi atau Keajaiban  
   Banyak dongeng mengandung unsur fantasi, seperti hewan yang bisa berbicara, makhluk ajaib, atau kejadian-kejadian luar biasa yang tidak bisa dijelaskan secara logis. Unsur fantasi ini memberikan daya tarik tersendiri bagi anak-anak dan membantu mereka mengembangkan imajinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun