Alasan memilih remaja sebagai sasaran adalah karena masa remaja sangat penting sebagai masa peralihan dari anak menuju dewasa dengan berbagai perubahan yang mengakibatkan timbul berbagai masalah yang mungkin tidak mampu untuk mereka selesaikan sendiri dan pada akhirnya membuat mereka kecewa pada diri sendiri, hilang harapan, stres, dan lain sebagainya.
Selain tiga kegiatan utama di atas, dilaksanakan pula kegiatan sosialisasi melalui media poster mengenai pola asuh yang baik untuk kesehatan mental anak dilaksanakan dengan sasaran orang tua yang datang ke Posyandu. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan orang tua bahwa perannya penting untuk membantu mewujudkan mental sehat pada anaknya.
Kegiatan pertama yang dilakukan dari program "Mental Health: Make it a Priority" adalah pendataan kesehatan mental siswa di SMK Nuurul Muttaqiin.Â
Pendataan dilakukan dengan menggunakan kuesioner Mental Health Inventori (MHI-38) yang terdiri dari 38 pertanyaan untuk mengungkap psychological distress (kecemasan, depresi, hilangnya kendali perilaku dan emosi) dan psychological well-being (perasaan positif secara umum, ikatan emosional, dan kepuasan hidup).Â
Pendataan ini dilakukan dengan dua cara, yaitu pendataan langsung dengan menyebarkan kuesioner ke salah satu kelas dan menyebarkan link Google Form kuesioner untuk diisi siswa secara daring.
Hasilnya, untuk psychological distress (penderitaan psikologis) sekitar 59% siswa berada pada kategori "Agak Tinggi", 24% siswa pada kategori "Cukup Rendah", 12% "Tinggi", dan 5% "Rendah". Sedangkan untuk psychological well-being (kesejahteraan psikologis) sekitar 54% siswa berada pada kategori "Cukup Tinggi", 37% siswa pada kategori "Agak Rendah", 5% "Tinggi", 4% "Sangat Tinggi", dan 1% "Rendah".
Dari hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mengalami gangguan kesehatan mental pada tingkat sedang. Namun, tetap perlu tindak lanjut agar kesehatan mental siswa tidak semakin memburuk.
Sebagai tindak lanjut dari hasil pendataan, dilakukan kegiatan kedua, yaitu sosialisasi melalui media poster yang berisi informasi mengenai meningkatkan kepuasan hidup, mengatasi kesepian, mengendalikan emosi, dan bahasa self-diagnose. Poster ditempel pada dinding di tempat-tempat yang banyak dilalui oleh siswa.