Begitu seringnya kita menyebut serta mendengar kata pikiran dan pikir dalam percakapan sehari-hari keluar melalui bibir, mulai dari percakapan di kedai kopi, saat berdiskusi di ruang kelas, percakapan di Wa grup, ataupun saat mengobrol santai bersama teman-teman secara langsung. Saking seringnya kata-kata ini muncul, dengan--dan melalui beragam bahasa, sehingga terkadang kita menjadi kesulitan untuk memahami definisinya.
Â
Kata pikiran dipahami sebagai bahasa yang menunjukkan apa yang terlintas melalui kepala kita. Dapat dimengerti bahwa "pikiran" adalah kata yang digunakan sebagai pembatas sekaligus menjadi penanda mengenai apa yang melintas di dalam kepala dan keluar melalui bibir, sehingga kita tidak lagi secara sembarangan menggunakan kata lain mengenai "isi kepala". Penggunaan kata pikiran digunakan untuk memudahkan sekaligus menjadi pembeda terhadap yang lain, pikiran menyajikan apa yang terlintas dalam kepala, yang tidak terkait dengan berbagai indra pada diri manusia seperti, penciuman, pendengaran, perasa, dll.
Pikiran juga memiliki semacam pembenaran tersendiri yang berdasarkan keyakinan atas pengungkapan sebuah bukti. Secara lebih umum dengan menggunakan penerapan kaidah-kaidah tertentu, pengertian berpikir, menunjukkan bahwa ada sesuatu di dalam kepala kita, serta melintas didalamnya. Sedangkan melalui pengertian yang tak beraturan dan acak, menghayalkan sesuatu, seperti; membangun istana diatas awan, menikahi artis kpop, jadi miliuner dalam semalam, ataupun berkenalan dengan Wanita Ceo kaya raya, Bermain bola bersama CR7, dan menjadi sepupu dari kylian mbappe, semua ini dapat melintas melalui pikiran, dan dipahami sebagai tindakan berpikir, meskipun itu semua adalah khayalan kosong, dan sebenarnya tidaklah begitu penting. Pengertian 'berpikir' tanpa penetapan aturan yang jelas seperti cara berpikir diatas, justru merujuk pada mereka yang umumnya dianggap memiliki pikiran yang bodoh serta terbelakang.
Pada kenyataannya, normalnya proses berpikir tidak hanya terkait pada satu buah ide semata, tetapi melalui pikiran tersebut sebuah ide mampu menghasilkan hasil yang runut terhadap ide-ide berikutnya yang berurutan sebagai konsekuensinya. Serta setiap ide yang bakal muncul kemudian memiliki korelasi dengan pendahulunya (Pikiran Reflektif). Melalui pemikiran reflektif inilah setiap ide dapat muncul berurutan dan tumbuh dengan saling mendukung, menguatkan antara satu dan lainnya. Setiap ide adalah tangga dari satu ide ke ide lainnya, yang kita sebut sebagai pemikiran.
Â
Melalui cara ini kita membentuk alur, arus atau jalur kereta bagi sebuah ide, dan mata rantai yang tidak terpisah-pisah. Melalui hal yang paling dekat dengan keseharian kita yaitu kisah-kisah dongeng, kita akan mampu melatih kemampuan berpikir reflektif. namun melalui kisah-kisah dongeng ini pula kita dapat membedakan antara mereka yang berpikir acak (membuat khayalan kosong) dan mereka yang mampu mengartikulasikan kisah dongeng tersebut, membuatnya terhubung serta dapat disimulasikan dalam kapasitas berpikir logis. Meskipun tujuan dari tindakan reflektif terhadap kisah-kisah dongeng bukanlah pada ranah keyakinan ataupun upaya memperoleh kebenaran, namun metode mengartikulasikan kisah-kisah dongeng adalah hal yang paling mendekati kemiripan dengan bentuk pemikiran reflektif.
Pemikiran juga memiliki bentuk yang dinyatakan melalui apa yang kita anggap sebagai Pengetahuan, yaitu mengenai apa yang dapat diterima dan ditolak, melalui hal ini pemikiran menjadi  praktis. Pemikiran juga kemudian melalui pertimbangan dan pemeriksaan yang lebih menyeluruh, seperti terhadap pernyataan; "bahwa Bumi itu datar serta berada diatas punggung kura-kura" dan "Bumi berbentuk bulat sekaligus merupakan bagian tata surya". Melalui dua pernyataan diatas lalu pikiran akan mulai memeriksa, menganalisis setiap bukti yang menopang untuk menerima atau kemudian menolak salah satu dari dua pernyataan tersebut. Beberapa pemikiran  adalah hasil dari pikiran yang tumbuh dan berkembang dengan cara yang tidak disengaja, atau tanpa berdasarkan keyakinan yang benar, hal ini tercermin jelas melalui bagaimana ia diterima, baik dalam tradisi, instruksi, ataupun hasil impor ide yang kemudian menjadi imitasi dari berbagai sumber yang tidak diketahui, berjalan melalui otoritas tertentu yang mereka percayai tanpa bukti, lalu mengendap di dalam mental, dan hal ini sekaligus bertanggung jawab terhadap cara mereka berpikir serta berkeyakinan. Pemikiran seperti ini adalah bentuk prasangka tanpa didasari bukti dan penilaian yang benar. Pikiran yang mampu menghasilkan buah kepercayaan adalah pikiran yang didasarkan pada analisa yang dilakukan secara sadar, dengan kepentingan dan mengarah pada Alam, kondisi tertentu, dan hubungan terkait sebagaimana mestinya mereka dapat mempercayai sesuatu.
Pada kenyataannya ada yang mempercayai bahwa bumi berada di atas punggung kura-kura, menunjukkan bahwa ia yang berpikiran demikian memiliki keyakinan memandang objek tertentu terkait hal ini, semisal gempa bumi, longsor dan tsunami, adalah akibat guncangan yang terjadi ketika kura-kura yang mengangkut bumi bergerak, hal ini selaras dengan caranya memikirkan dunia, dan mengatur bagaimana mereka mesti bertindak sebagai konsekuensi dari pikiran itu. dan melalui prilaku mereka kita dipaksa untuk mempertimbangkan dasar dan alasan keyakinan itu sebagai konsekuensi logis, dalam artian pemikiran reflektif  kita memunculkan adanya empati, dan penghormatan atas keyakinan mereka.
Manusia berpikir bahwa bumi itu datar sampai kebenaran datang, dan menunjukkan bahwa bumi itu bulat, pikiran bumi datar adalah kepercayaan yang berasal dari ajaran Agama, yang diterima begitu saja, dan karena sikap mereka yang tidak berani mempertanyakan dan mengobservasi secara langsung pernyataan yang mereka terima oleh orang-orang disekitar dan lingkungannya, maka mereka memilih menganutnya dan menjadikannya sebagai landasan pola pikir serta cara mereka berprilaku terhadap dunia ini. Adapun mereka yang telah menerima kebenaran bahwa bumi itu bulat, melalui pengetahuan sains dan teknologi, yang mereka peroleh, tidak akan ragu-ragu lagi untuk menolak kepercayaan tradisional "bumi datar". Hal-hal yang membuktikan sebaliknya bahwa bumi tidaklah datar dan berada di atas punggung kura-kura, diawali dari pencarian akan kebenaran, dengan sikap skeptis dan menolak menerima pernyataan orang-orang di lingkungan sekitar begitu saja, baik masyarakat biasa maupun mereka yang memiliki otoritas dalam agama. Pencarian yang didasarkan pada keragu-raguan dan penolakan pada segala hal yang bagi sebagian orang dianggap mustahil, dan tidak sesuai dengan kebiasaan lama. Melalui hal inilah mereka yang menolak "bumi datar", mampu menunjukkan bukti yang jelas bahwa "bumi bulat" dan hasilnya dapat dipercaya. Sekalipun bila hasilnya salah, kemudian diketahui bahwa  bumi tetaplah datar, maka kemudian hal ini akan menjadi metode bagi yang lainnya dan menunjukkan bahwa ketika ada yang menentang bumi datar, mereka melakukannya dengan metode berpikir yang berbeda dari kebanyakan orang-orang disekitarnya yang masih tidak mampu dan tak memiliki keberanian berpikir secara berbeda serta independen.
Melalui pemikiran yang dilakukan secara sadar dan independen, yang diawali dengan keragu-raguan, serta sikap gigih, dan berhati-hati dengan berbagai pertimbangan disertai alasan yang mendukung, dan sikap tidak gampang percaya terhadap otoritas tertentu, akan menjadi patokan untuk lebih cenderung berpikir reflektif dan mampu membuat kesimpulan yang reflektif pula, begitu pikiran semacam ini dimulai secara sadar, berani, dan sukarela, maka akan menghasilkan bangunan kepercayaan dengan dasar yang kuat serta kokoh, serta membuahkan hasil yang memuaskan bagi si pemikir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H