Mohon tunggu...
Marwan Djalim
Marwan Djalim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar/Mahasiswa

YNTKTS

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Diri Sendiri Melalui Lensa Kehidupan Ali bin Abi Thalib

26 Agustus 2023   00:42 Diperbarui: 26 Agustus 2023   03:28 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bagian 2: Etika Berinteraksi dan Makna Sejati Keberanian

Muswir Humair meriwayatkan hadis dari ibunya. Ibunya berkata, "Ummu Salamah datang menjumpaiku dan aku mendengar ia mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda, "Orang munafik tidak akan mencintai Ali dan orang mukmin tidak akan membencinya.'"[Shahh At-Turmudz, Jil. 1/ 299]

Ali bin Abi Thalib, sosok yang mencorongkan etika dan keberanian dalam kehidupannya, memberi kita pandangan yang mendalam tentang bagaimana kita seharusnya berinteraksi dengan sesama manusia dan bagaimana makna sejati keberanian dapat membimbing kita dalam perjalanan hidup.Dalam pergaulannya dengan orang lain, Ali selalu menunjukkan sikap rendah hati dan kepedulian yang mendalam terhadap orang lain. Ketika seorang pria Yahudi mengutuknya dengan kata-kata kasar, Ali tidak segera merespons dengan amarah. Sebaliknya, ia dengan sabar mengajak pria tersebut untuk duduk dan berbicara dengan baik. Ini mengajarkan kepada kita pentingnya merespons dengan hikmah dan empati dalam menghadapi konflik atau ketidaksepahaman.

Pandangan Ali tentang etika berinteraksi tentang perlunya memperlakukan semua orang dengan baik, terlepas dari bagaimana mereka memperlakukan kita. Ali mengajarkan pentingnya memutus siklus permusuhan dengan kebaikan dan kasih sayang, dan bahwa tindakan baik kita dapat memiliki dampak positif yang jauh lebih besar daripada tindakan balas dendam.

Dalam konteks ini, Ali juga mengajarkan kita tentang pemaafan. Setelah pertempuran Jamal yang berdarah, ketika ia berhasil mengalahkan musuh-musuhnya yang dahulu pernah mencemarkan namanya, Ali memilih untuk memaafkan mereka. Ini menggambarkan kebesaran hati dan kemampuan untuk melampaui ego pribadi demi kepentingan yang lebih besar, serta kemampuan untuk membangun kembali persaudaraan yang terganggu.

Namun, bukan berarti Ali adalah sosok yang lemah atau pasif. Justru sebaliknya, Ali bin Abi Thalib menunjukkan kepada kita bagaimana keberanian sejati harus bersandar pada nilai-nilai yang benar dan kebenaran yang tidak bisa ditawar-tawar. Keberaniannya dalam berdiri di sisi kebenaran dan menentang ketidakadilan adalah cerminan dari keberanian yang kokoh dan kuat.

Ali tidak hanya berani dalam medan perang, tetapi juga dalam menyuarakan kebenaran di hadapan para pemimpin dan masyarakat. Ketika ia menolak untuk memberikan bai'at kepada penguasa yang zalim dan tidak adil, ia mengajarkan kepada kita pentingnya integritas dan keberanian untuk berdiri teguh dalam prinsip-prinsip kita, bahkan jika itu berarti menghadapi risiko dan kesulitan.

Dalam pemikiran Ali, keberanian sejati adalah keberanian untuk mengatasi kelemahan dan hawa nafsu diri sendiri. Ia menekankan bahwa keberanian hakiki adalah kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi godaan dan godaan hawa nafsu yang dapat menjauhkan kita dari jalur kebenaran.

Dalam mengenal diri melalui lensa kehidupan Ali bin Abi Thalib, kita belajar tentang arti sejati dari keberanian dan etika berinteraksi yang baik. Ali mengajarkan bahwa etika dan keberanian bukanlah konsep yang terpisah, tetapi saling melengkapi. Dengan mempraktikkan etika dalam berinteraksi dan memiliki keberanian untuk berpegang pada kebenaran, kita dapat menemukan esensi hakiki dari diri kita dan mengarahkan hidup kita menuju makna yang lebih dalam.

"Ya Allah, berikanlah kami kekuatan untuk menghadapi cobaan dan ujian hidup. Berikanlah kami hikmah untuk memahami jalan yang benar, serta keberanian untuk tetap berdiri teguh dalam prinsip-prinsip kebenaran. Bantu kami untuk melampaui ego dan hawa nafsu, dan memberi kami kemampuan untuk selalu bersikap adil dan penuh kasih sayang dalam berinteraksi dengan sesama manusia."

Bagian 3: Cinta dan Pengorbanan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun