Mohon tunggu...
Siti Marwanah
Siti Marwanah Mohon Tunggu... Guru - "Abadikan hidup melalui untaian kata dalam goresan pena"

"Tulislah apa yang anda kerjakan dan kerjakan apa yang tertulis"

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surgaku Diidha-Mu (Part 19)

20 Mei 2020   10:31 Diperbarui: 20 Mei 2020   10:46 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Ini makanan kesukaan suamimu sejak kecil." ungkap umi, sambil memilih biji kedelai yang akan dia masak.
"Walaupun setiap hari kamu masak sayur kedelai dia tidak pernah protes," dia menambahkan.
"Apa dia tidak bosan, Umi." Kucoba menyela.
"Ndak, mungkin karena sayur ini satu-satunya yang sering dia makan sejak kecil." Jawab Umi.
"Itu makanan favoritku ku," tiba-tiba kak Fajar muncul di pintu.
"Kalau begitu saya harus stok biji kedelai satu karung biar bisa masak setiap hari," jawabku santai.
Kamipun tertawa lepas.

*********

Ini merupakan hari pertama kak Fajar masuk kantor setelah mengambil cuti yang lumayan lama. Aku masih di rumah Umi, sambil mengumpulkan barang yang akan aku bawa ke rumah dinas dua hari lagi.

Aku jadi teringat no yang diberikan kak Yanti tiga hari yang lalu.
Ku buka no kontak di hp ku. Rivalku, nama yang aku berikan di kontakku agar tidak dikenal oleh kak Fajar.
"Bismillahirrahmanirrahim, Ya Allah mudahkan urusan hambamu ini," doaku dalam hati. Sambil mencoba menghubungi no hp Gina.

"Assalamualikum," suara wanita terdengar dari seberang sana.
"Waalaikum salam, ini benar Gina," jawabku memastikan.
"Iya, ini siapa?" dia balik bertanya.
"Ayu, istrinya Fajar." Jawabku.
Tidak terdengar suara lagi, hanya suara tarikan napas yang terdengar di hp.

Beberapa saat kemudian.
"Ada apa?" Suara itu kembali terdengar tapi sedikit lemas.
"Bisakah kita bertemu, ada yang harus saya sampaikan kepadamu." Kucoba menjelaskan seadanya.
"Tentang apa?" Jawabnya, dengan sedikit ragu.
Tentang semuanya, biar kita tidak salah paham." Ucapku lagi.

Dia tidak langsung menjawab, mungkin dia berpikir dulu dan saya tidak berani memaksanya.

"Baiklah. Kapan?"
"Bagaimana kalau besok." Kucoba mempercepat pertemuan.
"Dimana?"
"Kamu saja yang tentukan karena aku belum tahu wilayah sini semuanya." Jawabku
"Kita bertemu di cave Ngangenin." Jawabnya.
"Baiklah, besok saya tunggu jam 10 pagi." Jawabku sambil menutup telpon.

Cave Ngangenin yang berada dipinggir jalan utama terlihat kecil dari luar tapi bangunannya memanjang ke belakang. Tempat ini banyak dikunjungi oleh muda mudi karena menu yang disajikan adalah makanan siap saji yang disukai oleh anak muda. Ditambah lagi dekorasi zaman now dan WiFi gratis yang disediakan tempat ini membuat para remaja betah berlama-lama disini.
Aku tahu cavr ini dari kak Fajar. Dia pernah mengajakku mampir kesini saat kami pulang dari kantor departemen agama mengurus surat nikah.

Sepanjang malam hatiku gelisah memikirkan apa yang akan Ayu katakan kepadaku besok saat bertemu dengannya.
Jangan-jangan dia akan menghinaku, melabrakku di tempat umum. Pikiran yang tidak-tidak bermain dikepalaku. Sampai aku lupa menelpon kak Yanti untuk meminjam motornya besok pagi.

Syukuri apa yang ada, hidup adalah anugrah... Rington Hp ku berdering menandakan ada telpon masuk.
Kak Yanti, nama yang tertera di layar hp.
"Assalamualikum," suara kak Yanti memulai obrolan.
"Waalaikum salam. Ada apa kak? jawabku.
"Jadi kamu ketemu sama Gina," pertanyaan kak Yanti mengingatkanku, untuk meminjam kendaraannya besok pagi.
"Ng...jaaadi...kak.....suaraku terputus-putus masih dipenuhi perasaan tadi.
"Kami akan ketemu besok pagi di Cave Ngangenin. Kalau boleh aku mau pinjam motornya kak untuk kesana? Jawabku dengan sedikit malu.
"Jam berapa," tanyanya
"Aku janjinya jam 10, tapi biar dia tidak tidak menunggu lama, rencananya aku mau kesan jam 09.30."
"Kalau begitu, besok setelah kakak nganter Sasa dan Nabila sekolah saya langsung kesana." Jawabnya membuatku lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun