Sejak Indonesia meredeka, pergolakan politik dalam negeri masih sangat rentan. Setiap kelompok memperjuangakan Ideologinya baik melalui partai poltik maupun dalam gerakan organisasi non partai. Jika ditarik gari besarnya, sesungguhnya gerakan itu dapat di bagi dalam tiga tipologi ideology yakni nasionalis, agamais dan komunis. Di bawah rezim presiden Indonesia yang pertama, bung Karno dengan mekanisme demokrasi terpimpinnya muncul partai cukup di anak emaskan yaitu partai komunis Indonesia atau disingkat dengan PKI.
Partai yang berhaluan kiri ini selalu menggemakan jargon-jargon revolusi. Jika dilihat situasi politik saat itu, sessungguhnya Indonesia masih membutuhkan semangat revolusi kemerdekaan. Selain belum sepenuhnya merdeka juga dalam negeri terjadi pergolakan, dimana setiap golongan ingin memenangakan ideologinya sebagai dasar negara republik Indonesia. Saat itu, PKI cukup memiliki simpati dari masyarakat Indonesia karna perjuangannya yang ingin membebasakan kaum miskin dari ketertindasannya. Namun PKI tidak luput dari oposisi partai-partai islam dan kelompok-kelompok liberal karena landasan ideology yang bersebrangan.
Dinamika percaturan politik pada akhirnya berhasil menumbangkan sukarno yang dikenal dengan rezim orde lama dan digantikan dengan rezim orde baru dibawah pimpinan Suharto. Keduanya sangat berbeda dalam sistem politik yang dijalankannya karena lahir dalam dua ideologi yang berbeda pula, sosialis-komunis dan kapitalis-liberal. Sehingga ditengah kekuasaan orde baru semua anggota PKI yang merupakan partai pendukung orde lama segera disingkirkan. Tragisnya semua anggota PKI termasuk anak cucunya mendapatkan sangsi salah satunya tidak bisa bekerja dalam instansi yang berada di bawah naungan lembaga pemerintahan.
Novel ini sesungguhnya, menceritakan tentang perjalanan anak manusia yang hidup dalam dua rezim ini, Orde baru dan orde lama. Akibat seorang ayah yang tidak tahu menahu dengan seluk beluk PKI sehingga masuk menjadi anggota PKI. Melihat perilaku partai yang tidak sesuai dengan kesehariannya sebagai seorang muslim maka keluarlah dia dari partai. Namun dalam aturan partai tidak mengizinkan anggotanya keluar, sekali masuk harus tetap di dalam dan tidak bisa lagi meninggalkan partai.
‘Menginggalkan partai berarti penghianat dan dicap sebagai kontrarevolusi’. Kalimat itu yang selalu di ucapkan oleh salah satu tokoh PKI kepada seorang ayah. Namun peristiwa gesatapu telah membuat PKI kehilangan simpati dari rakyat Indonesia apalagi prilakunya selama ini yang anti agama. Gestapu atau dikenal dengan gerakan 30 september PKI yang melakukan pengkudetaan terhadap presiden sukarno dan pembunuhan 6 Jendral sehingga mencoreng namanya dalam panggung perpolitikan Indonesia. Suasana perpolitikan pasca peristiwa itu mengalami instabilitas. Singkat cerita akhirnya Suharto menduduki tampuk kekuasan republik Indonesia.
PKI dibubarkan dan kader-kadernya diberikan sangsi ole horde baru. Bahkan anak dan cucu eks PKI mengalami diskriminasi dalam kehidupan di masyarakat. Inilah yang terjadi pada Marwan, seorang anak dari eks PKI yang sebenarnya ayahnya sudah memundurkan diri dari partai terlarang itu. Namun dalam mekanisme partai ini tidak pernah memberikan surat pemberhentian kepada anggotanya yang terlanjur bergabung dalam partai. Akhirnya sekali PKI tetap PKI.
Di masa orde baru inilah PKI mendapatkan cercaan di masyarakat Indonesia. Orang PKI selalu di identikan dengan pengacau, pemberontak, kejam dan ateis. Predikat inilah yang menjadi pemicu konflik dalam rumah tangga Marwan. Istrinya marah padanya karena merasa dibohongi yang selama ini tidak pernah diberitahu tentang latar belakang keluarganya. Istrinya baru tahu belakangan setelah mendengar cerita dari Ibu Marwan. Ibu Marwan menceritakan secara lengkap kepada menantunya yang dikiranya sudah diberi tahu sebelunya oleh Marwan.
Tak bisa menahan emosi, akhirnya istri Marwan memarahi suaminya. Konflik pun terjadi kembali yang sebelumnya juga sering terjadi. Sebenarnya masalah ini hanya pemicu bagi istrinya yang belakangan sangat sensitif karena tak kunjung mendapatkan anak. Namun setelah Marwan menjelaskan secara lengkap tentang alasan ayahnya masuk dalam PKI dan akhirnya keluar maka istrinya pun mulai melunak dan konflik redah kembali.
Tak berhenti di rumah tangga. Di perusahaan tempat Marwan bekerja, dia mendapatkan imbasnya pula karena anak dari anggota PKI. Seorang teman kerjanya mengetahui identitas keluarganya dan melaporkannya kepada atasannya. Sebenarnya Marwan sudah mencoba menjelaskan secara rasional tentang status ayahnya di PKI. Namun atasannya yang simpati tidak memiliki otoritas untuk mempertahankannya di perusahaan. Pada akhirnya dia dipecat dan bahkan diancam untuk diadili karna melakukan kebohongan administrasi.
Kejadian ini kemudian membuat istrinya menangis. Istrinya merasa bersalah sebagai istri karena selama menikah dengan Marwan kesialan selalu menghampiri. Mereka tidak memiliki anak dan Marwan dipecat dari tempat kerjanya. Atas alas an inilah istrinya meminta agar di ceraikan. Dan rentetan-rentetan sebab tadi akhirnya mereka bercerai.
Nb: cerita ini terlepas dari kebohongan sejarah PKI