Mohon tunggu...
Marwan
Marwan Mohon Tunggu... Penulis - Analis sosial dan politik

Pembelajar abadi yang pernah belajar di FISIP.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tentang Politik

12 Januari 2012   15:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:58 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Politik. Kata ini yang selalu ramai dibicarakan orang. Bagaimana tidak? Politik selalu berbicara kekuasaan. Kekuasaan akan berbicara bagaimana mengambil kebijakan. Dan ujung-ujungnya rakyat imbasnya. Karena rakyat ada objek dari kebijakan itu.

Ada yang mendefinisikan, politik adalah cara-cara memperoleh kekuasaan dan ketika kekuasaan itu diperoleh maka bagaimana cara untuk dipertahankan. Dalam konteks negara, politik adalah sesuatu yang paling berharga. Karena melalui politiklah nasib semua rakyat akan ditentukan. Jika sistem politiknya bermasalah maka tentunya rakyatnya juga akan bermasalah dan sebaliknya. Dengan kata lain wajah politik adalah wajah rakyatnya.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, politik identik dengan kekuasaan. Kekuasaan adalah naluri yang ada pada setiap manusia. Seorang filsuf yunani kuno perna berkata: Manusia adalah makhluk politik. Jadi tidak mengherankan jika banyak manusia yang haus kekuasaan. Bahkan cara apapun dilakukan demi terpenuhinya hasrat berkuasa.

Inilah politik yang ditakutkan. Politik yang menghalalkan segala cara yang tidak manusiawi. Politik yang telah mencabut dimensi moral di dalamnya. Ketika dimensi moral sudah diabaikan dalam politik maka tunggulah kehancuran politik itu.

Fenomena politik seperti ini, tengah terjadi di Indonesia. Para pemangku kebijakan telah banyak menyakiti rakyatnya. Mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok dibanding fitrah tujuan politik itu sendiri yakni rakyat. Wajah politik seperti ini tidak lepas dari kesalahan awal ketika mereka terjun dalam dunai ‘politik’ dengan mekanisme yang salah dan melanggar nilai moralitas. Oleh karena itu, biasanya kesalahan (kebohongan) awal akan selalu ditutupi dengan kesalahan-kesalahan (kebohongan-kebohongan) berikutnya demi menutupi kesalahannya (kebohongannya) itu. Inilah sirkulasi mata rantai setan yang tak akan putus jika para politisi tidak mau memutuskannya (menyadarinya).

Hemat saya, inilah hal yang urgen untuk diperbaiki dalam politik. Politik tidaklah bebas nilai, jika kita menginginkan dia baik maka cangkokanlah dia dengan nilai yang bermoral (manusiawi). Tapi jika tidak maka kondisi politik kita akan terus menerus dalam keterpurukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun