Mohon tunggu...
Marwa Hasna Akbar
Marwa Hasna Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi UMY

Mahasiswa Komunikasi UMY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Persepektif terhadap Kaum Muslim Minoritas di Bali

6 Januari 2023   15:21 Diperbarui: 6 Januari 2023   15:24 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki beragam suku dan budaya, sehingga hal tersebut membentuk Indonesia menjadi negara yang Demokratis. Definisi minoritas sendiri adalah kumpulan kelompok sosial yang jumlahnya lebih sedikit atau kecil. Pada dasarnya, kelompok minoritas ini akan mengalami kesulitan di terima di kelompok mayoritas, namun seperti yang kita ketahui di Indonesia sendiri memiliki hukum yang diberikan negara. Dalam pandangan hukum (Hak Asasi Manusia ) HAM memiliki tingkatan yang setara. 

Ada beberapa jenis yang membentuk status minoritas itu sendiri, Pertama adalah minoritas mengenai agama, ini banyak terjadi di negara kita seperti umat Budha di Maluku kemudian umat Islam di Bali, hal ini terjadi karena adanya klasifikasi agama dalam suatu wilayah. Kedua terdapat minoritas etnis, seperti minoritas etnik Arab di Amerika Serikat. Bahkan selain itu juga terdapat pembahasan mengenai gay, lesbi, dan juga biseksual merupakan kelompok minoritas. 

Membicarakan mayoritas dan minoritas yang terjadi di Indonesia, hal yang paling sering kita lihat adalah aspek mengenai agama. Seperti di Bali mayoritas masyarakat Bali memeluk agama Hindu, akan tetapi ternyata terdapat juga masyarakat beragama Islam. Hal ini bisa kita simpulkan terdapat Minoritas  kaum Muslim di Bali dikarenakan mayoritas penduduk Bali beragama Hindu. 

Bali sendiri juga terdapat banyak kehidupan kaum beragama yang terjalin baik, hal ini menunjukan bahwa mayoritas dan minoritas di Bali tidak terlalu berpengaruh dikehidupan masyarakat Bali. Bahkan ada beberapa desa yang berisikan khusus umat Muslim seperti Buleleng, Jembrana, Kampung muslim di Kepoan, dan Karangasem. Kehidupan yang dijalani pun tidak jauh berbeda hanya saja ibadahnya saja. Umat muslim juga tetap menggunakan simbo-simbol adat Bali, seperti Subak, Banjar, dan Seka. Bahkan mereka juga menggunakan nama-nama Bali seperti Ketut, Nyoman, Nengah, dan juga Wayan.  Terdapat juga kearifan lokal yang terjalin sudah lama yang dikenal dengan istilah "meyama braya" yang artinya adalah saudara yang tidak memiliki hubungan darah tetapi dianggap sebagai saudara sendiri bukan sebagai "the other" terjadi di tempat tinggal orang Bali yang paling bawah yaitu Banjar. Bahkan orang Muslim sendiri juga memiliki panggilan yang biasa di sebut "nyema Selam" yang menjalankan tradisi Bali di kehidupan sehari-hari, "nyema Bali" panggilan yang digunakan untuk orang-orang penganut agama Hindu yang juga menjalankan tradisi di kehidupan sehari-hari. Persaudraan yang terjalin bisa dilihat dari aktivitas masyarakat Bali sendiri, hal ini dapat disimpulkan bahwa  mayoritas dan minoritas di Bali tidak mengganggu hubungan keduabelah pihak, bahkan hubungan mereka terjalin harmonis dan saling tolong menolong

Hanya saja setelah adanya bom Bali pada tahun 2002 hubungan terjalin tersebut sempat membuat hubungan Muslim-Hindu di Bali merenggang dan memunculkan problem sosial, terutama terkait umat Muslim di Bali. Hal ini menyebabkan berbagai persoalan terkait peristiwa yang terjadi bahkan ada bebrapa persoalan yang terjadi. Pertama, penyempitan ruang-ruang beribadah, terdapat beberapa Masjid yang ditutup dengan alasan tida memiliki izin pembangunan di wilayah tersebut. Kedua, muncul semacar aksi teror, berbagaimacam provikasi bermunculan. Ketiga, terjadi pengetatan status kependudukan di seluruh wilayah Bal, hal ini di lakukan untuk membatasi bertambahnya warga " Jawa-Muslim" 

Setelah terjadi bom tersebut, umat muslim di Bali selalu mendapat pengawasan. Tetapi hal tersebut tidak berpengaruh besar kepada masyarakat Muslim dengan masyarakat Bali yang beragama Hindu. Keduanya pun masih tetap hidup rukun sebagimana mestinya, bahkan mereka tidak ragu untuk senantiasa tolong menolong, seperti contohnya pembangunan Masjid yang dibangun oleh arsitek yang beragama Hindu yang terdapat ukiran khas Bali. Keunikan Masjid tersebut membuktikan bahwa tempat ibadah bukan hanya sarana beribadah saja namun juga bisa di jadikan sebagai toleransi.  Bahkan keindahan toleransi umat Hindu-Muslim tidak hanya menandai bahwa mayoritas dan minoritas bukanlah suatu masalah tetapi juga sebagai bentuk toleransi yang bukan hanya sebatas simbolik namun juga kebersamaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun