Mohon tunggu...
Marvel Graziano Kunarwoko
Marvel Graziano Kunarwoko Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - SMA Kolese Kanisius

Pelajar Sekolah

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Ekskursi Lintas Agama: Menemukan Makna Toleransi di Pondok Pesantren Al-Falah Pandeglang, Banten

18 November 2024   18:26 Diperbarui: 1 Desember 2024   00:07 1432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Marvel Graziano Kunarwoko

Sebagaimana yang pernah disampaikan oleh Presiden Soekarno dalam pidatonya, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai perbedaan." Toleransi bukan sekadar kata-kata indah yang kita dengar dalam seminar atau diskusi-diskusi akademis, tetapi sebuah sikap hidup yang harus diterapkan setiap hari, dalam setiap interaksi kita dengan orang lain. Melalui pengalaman saya di pesantren ini, saya memahami bahwa toleransi yang sejati adalah ketika kita mampu melihat keberagaman sebagai kekuatan yang memperkaya, bukan sebagai ancaman.

Setiap langkah dalam perjalanan ini mengingatkan saya akan pentingnya membangun titik temu diantara perbedaan. Kita tidak perlu menyamakan semua hal, tetapi kita bisa menemukan ruang bersama untuk saling belajar. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, "Kekuatan tidak datang dari kapasitas fisik, melainkan dari kemauan yang tak tergoyahkan." Kemauan untuk hidup bersama dalam kedamaian dan saling memahami adalah kunci untuk mewujudkan keharmonisan di tengah keberagaman.

Melalui pengalaman di Pondok Pesantren Al-Falah, saya menyadari bahwa untuk membangun sebuah bangsa yang kuat, kita harus terlebih dahulu menghargai keberagaman di dalamnya. Kita harus terus membuka ruang untuk perjumpaan, berdialog, dan saling menghormati. Dengan demikian, kita bisa menciptakan harmoni di tengah-tengah keragaman yang ada.

Perjalanan ekskursi ini memberi saya pelajaran berharga tentang bagaimana hidup berdampingan dengan orang yang berbeda agama dan budaya. Saya belajar bahwa toleransi tidak datang begitu saja. Toleransi harus dibangun melalui perjumpaan yang penuh makna, melalui interaksi yang membuka pikiran dan hati. Di Pondok Pesantren Al-Falah, saya melihat bagaimana toleransi dapat tumbuh dan berkembang ketika kita memberi ruang untuk satu sama lain. Pengalaman ini membuat saya menjadi pribadi yang lebih terbuka dan lebih siap untuk menyikapi perbedaan dengan rasa hormat yang tinggi. Toleransi bukan hanya untuk agama, tetapi untuk semua aspek kehidupan. Seperti kata Nelson Mandela, "Perbedaan adalah anugerah, bukan ancaman." Kita hanya perlu belajar untuk melihatnya dengan mata hati yang lapang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun