Hari ini saya memiliki sebuah janji dengan nasabah untuk bertemu di sebuah mal yang cukup terkenal di kawasan Jakarta Barat. Dan seperti layaknya mal, jelas sekali bahwa parkirannya pastilah dikelola oleh perusahaan perparkiran yang dinyatakan 'aman' atau secure. Sedikit informasi, mal ini merupakan sebuah mal yang dipenuhi dengan toko-toko branded serta cafe dan restorant yang terkenal. Tentu saja secara otomatis akan terbayang tentang sebuah mal yang isinya pastilah dari kalangan menengah ke atas, karena sepertinya untuk nongkrong atau berbelanja di sini jika hanya bermodalkan selembar uang berwarna biru pastilah tidak akan cukup.
Ketika urusan saya telah selesai, saya menuju ke parkiran motor untuk keluar dan pulang. Tapi alangkah kagetnya karena saya menemukan bahwa helm saya sudah hilang dan diganti dengan sebuah helm yang jelek dan rusak. Jengkel ? Jelas ! Saya pun menghampiri satpam yang berjaga di areal parkiran tersebut dimana si satpam hanya berada kurang lebih lima meter dari tempat saya memarkirkan motor saya. Saya pun menginformasikan bahwa ada yang mencuri dan menukar helm saya, dan si satpam hanya berkomentar 'Dicuri ?' dan kemudian diam membisu. Saking jengkelnya akhirnya saya cuma menggerutu 'Buat apa dong kamu ada di sini kalau ada maling di depan mata pun tidak tahu ?'.
Saking penasarannya, saya bergegas keluar sambil berharap semoga si maling mungkin sedang ngantri untuk membayar karcis keluar. Tapi harapan saya ternyata tidak terwujud (ngarep banget yah ...). Masih dengan rasa penasaran, saya bertanya ke petugas parkir yang memeriksa STNK apakah melihat orang yg menggunakan helm merah putih ngejreng strip bergaris. Tapi dengan cueknya, petugas tersebut hanya bilang 'Saya cuma backup, saya tidak tahu.' dan kemudian melengos begitu saja meninggalkan saya, bahkan mengecek STNK saya pun tidak sampai akhirnya saya panggil kembali untuk mengecek STNK saya. Dan akhirnya dengan sangat terpaksa, saya pulang menggunakan helm butut, bau, tidak SNI, dan bahkan tidak bertali karena memang saya sudah tidak punya pilihan lain.
Sepanjang jalan saya cuma berpikir, mal elite, parkiran saja namanya secure, satpam pun ada di lokasi, bayar parkir mahal, bahkan katanya pada minta dinaikkan, tapi kok bisa sih helm yang kalau saya jual 50 ribu saja gak ada yang mau tetap saja ada yang minat buat nyolong ? Di dalam logika saya, seharusnya pengunjung mal seperti ini adalah bukan dari kalangan orang susah yang membeli helm seperti milik saya yang dibeli lebih dari dua tahun lalu seharga 160 ribu, tapi kok pada kenyataannya hilang juga. Apalagi jelas namanya parkir motor ya pasti yang ke sana membawa motor, kok beli motor bisa, isi bensin bisa, bayar parkir bisa, helm saja nyolong ? Areal parkiran pun mengusung kata kata secure yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti aman, memiliki beberapa petugas keamanan yang menjaga di beberapa titik di areal parkir, kok bisa juga yah ada yang nyolong dan menukar di tempat yang justru ada satpam berjaga ?
Ketika saya menceritakan kepada teman saya yang bekerja di salah satu pengelola parkir terkenal di Jakarta, dia hanya tertawa dan meminta saya mengingat-ingat kembali kalimat yang tercantum di belakang setiap karcis parkir. Akhirnya pun saya cuma bisa tepok jidat pada saat terbayang di kepala saya 'Kerusakan maupun kehilangan merupakan tanggung jawab pemilik kendaraan masing-masing.'. Lho ? Lalu untuk apakah saya membayar secure parking yang tidak secure dan seluruh resiko di tangan saya sendiri ? Akhirnya, saya pun hanya bisa tersenyum dan membatin 'Welcome to Indonesia ...'. Paling tidak ada satu hal yang membanggakan, karena helm yang usianya sudah lebih dari dua tahun dan saya gunakan setiap hari, ternyata masih ada yang mau. Tandanya saya 'pintar' dalam merawat barang milik saya khan ? (narsis.com). Ya sudahlah ....
Jakarta, 30 September 2011
Marveen Hendrawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H