Membaca berita di media-media online hari ini dimana begitu banyak pembahasan mengenai Presiden kita ‘tercinta’ yang ‘walk out’ dari stadion saat insiden terjadi, membuat hati yang mulai adem dari kekesalan kemarin saat menyaksikan pertandingan timnas Indonesia vs Bahrain kembali membara. Dari begitu banyak artikel, pembahasan, dll yang saya baca sejak pagi, ada yang mendukung, maklum, ataupun menganggap wajar apa yang dilakukan oleh SBY dengan melakukan ‘walk out’ tersebut, tapi lebih banyak lagi yang mencela dan saya adalah salah satunya.
Bagi saya, ada banyak hal yang saya anggap vital bagi sosok seorang Presiden yang seharusnya dilakukan oleh SBY sebagai seorang pemimpin yang mana tidak terlihat sama sekali dilakukan oleh SBY di pertandingan kemarin. Dan berikut adalah hal-hal yang ‘menyebalkan’ yang dilakukan SBY dengan aksi ‘walk out’ nya dalam jangkauan pemikiran saya :
- Presiden Negara Republik Indonesia merupakan panglima tertinggi Angkatan Bersenjata, dan menilik dari sejarah dan track record SBY dimana beliau adalah seorang Presiden yang berlatar belakang dari militer, seharusnya beliau cepat tanggap pada saat timbul insiden petasan di GBK kemarin, dan bukannya meninggalkan stadion begitu saja. Sebagai panglima tertinggi, menurut saya alangkah baiknya jika beliau memerintahkan aparat keamanan untuk langsung turun (kalau perlu PasPanPres sekalian) ke lokasi kejadian dan mengamankan perusuh.
- Pada saat insiden terjadi, sewajarnya seorang pemimpin maju untuk menenangkan rakyatnya dan bukannya malah melenggang keluar stadion dan membiarkan apa yang terjadi. Alangkah lebih baik jika SBY langsung bertindak cepat meminta mike dan berbicara untuk menenangkan supporter, tapi lagi-lagi seperti biasa memang istilah ‘cepat’ dan ‘tanggap’ tidak ada di kamus beliau.
- Apa yang dilakukan oleh SBY dengan walk out dari stadion merupakan suatu hal yang tidak pantas. Di saat timnas berjuang membawa nama Negara di lapangan, pemimpin Negara malah meninggalkan rakyatnya yang sedang berjuang begitu saja ? Apapun yang terjadi, menang ataupun kalah, alangkah baiknya seorang pemimpin tetap berada di sana hingga akhir. Ingat film Titanic ? Bahkan si kapten kapal tetap berada di posisinya dan memilih tenggelam bersama kapalnya atas dasar tanggung jawab dan kecintaan atas kapal yang dinahkodainya dan bukannya malah kabur duluan menyelamatkan diri sendiri terlebih dahulu.
- Seorang pemimpin yang baik adalah seorang motivator yang baik. Di saat Timnas tertinggal 2-0 dan mental pemain sudah mulai jatuh, saya cukup yakin bahwa mungkin banyak di antara mereka yang berpikiran ‘kapan waktu berakhir’ atau ‘duh, kalau bisa pengen kabur aja dari sini …’. Di saat-saat seperti inilah mereka butuh dukungan dan suntikan semangat yang dapat membakar kembali semangat juang mereka. SBY tidak perlu mampir ke lapangan untuk berpidato, ataupun joged di lapangan untuk memotivasi para pemain, tapi hanya dengan tetap ada hingga akhir sudah merupakan sebuah suntikan motivasi yang lebih dari cukup. Kalau mau lebay menggunakan bahasa ABG pacaran ‘Saat ku jatuh, ku ingin kau ada di sini bersamaku ‘ :nyengir:
- Curhat lagi curhat lagi. Memang kali ini SBY tidak secara langsung melakukan press confrence ataupun pidato curhat, tapi ternyata beliau tetap saja curhat walau nitip melalui orang lain ‘Saya marah ...’. Oke, marah ? Saya setuju, saya juga marah. Tapi sesudah itu bagaimana ? Sampai sekarang saya belum membaca mengenai perintah penyidikan, pembenahan, ataupun ada yang ditangkap mengenai insiden kemarin. Mungkin sedang membuat rancangan untuk membentuk pansus petasan dulu ? :sinis:
Aksi ‘walk out’ SBY mungkin hanya berlangsung 1-2 menit, dan terlihat sebagai hal yang sederhana. Mungkin karena ekspetasi saya terlalu tinggi akan bagaimana figur pemimpin yang saya inginkan atau mungkin karena terlalu banyak membaca buku leadership yang beredar di pasaran membuat tindakan SBY yang demikian sederhana menghasilkan banyak pikiran negatif di kepala saya. Tapi yang jelas ada tiga hal yang saya pelajari pada saat saya menulis tulisan ini yaitu : 'Menjadi pemimpin itu memang tidak mudah, salah sedikit saja langsung disorot seakan-akan sudah melakukan dosa besar', 'Mencari kesalahan itu gampang' dan 'sepertinya saya harus belajar lagi begaimana caranya untuk berpikir positif'.
Apapun yang terjadi dan sudah berlalu, ya sudahlah. Hanya bisa berharap bahwa apa yang telah terjadi menjadi sebuah pelajaran dan membuat kita menjadi lebih dewasa menuju masa depan yang lebih baik.
Jakarta, 7 September 2011
Marveen Hendrawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H