Mohon tunggu...
maruto asmoro
maruto asmoro Mohon Tunggu... -

pelaut

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sengkuni

6 Oktober 2014   00:46 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:16 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

SENGKUNI

Pada tanggal 3 Oktober 2014 malam, Ahmad Dipoyono piawai dalam berperan sebagai HaryoSumandi pentas W.O. Sriwedari di GKJ. SkenarioSuman untuk masuk lingkaran kekuasaan berjalan dengan baik. Gandamana terusir dari Hastina. Pandu gugur bersama Prabu Tremboko dari Pringgodani. Muluslah jalannya menuju kekuasaan di Hastina yang diskenariokan. Walaupun badannya sudah rusak, karena kelicikannya, dirusak oleh Gandamana, tidak menjadi soal. Yang penting usahanya berhasil. Puas.

Alam semesta mempunyai “hukum”-nya, hukum alam, Sastrajendra. Sastrajendra merupakan kitab suci asli karya Tuhan (karya “tulis” dari kaindran/rumah Tuhan). Sebelum manusia bisa menulis, sebelum kitab suci yang bisa kita baca sehari-hari ada, alam semesta sudah “menuliskan” itu.

Di Sastrajendra sudah “tertulis” bahwa siapa yang menanam akan memanen. Yang dipanen dan kapan akan panen bergantung kepada bibitnya. Kini kita menyaksikan ada yang sedang menanam keserakahan, menanam keangkaramurkaan. Menyusun kekuatan “jahat” untuk mengganggu “jalan kebenaran”.

Orang Jawa mengenal Suradira jayaningRat lebur dening pangastuti. Suman, di pewayangan Jawa lebih populer disebutSengkuni, berasal dari yang sekarang disebut Kandahar, Afganistan. Di negerinya ia bernama Shakuni. Negerinya terkenal mempunyai kesenian yang khas.Ayahnya, Raja Gandara gugur ketika negerinya berperang dengan Hastina.

Sengkuni, karena sudah di Jawa, sebenarnya paham Suradira jajaningRat lebur dening pangastuti. Di bagian gelap jiwanya, Sengkuni, menyimpan dorongan sadis, yaitu “biarlah orang lain menderita”.

Sengkuni, yang berasal dari negeri yang memiliki kesenian yang khas,di dalam lubuk hatinya mengetahui bahwa hanya manusia yang pangastuti yang dilindungi Tuhan, yang memperoleh kemenangan. Dia tahu akan hasil skenarionya bahwa dalam pertentangan, kesederhanaan dan kepolosan, kelembutan dan cinta kasih, yang mengabdi dan berbakti ke Tuhan dan rakyatnya, yang akan menang. Bukan jiwa yang hitam dan berbelit-belit. Seberapa pun besarnya kekuatan jahat, keangkaramurkaan, akan hancur melawan pangastuti.

Seorang petinggi sedang membuat skenario. Petinggi tersebut sedang menanam. Suatu saat akan memanen tanamannya.

Kita, di mana pun akan menemukan orang-orang yang memiliki kecenderungan seperti ini, kasar, yang mempertentangkan orang dengan orang lainnya. Seperti yang disampaikan Shrii Shrii Anandamurti bahwa manusia punya bagian gelap di jiwanya. Penilaian sesamamanusia subyektif, apakah benar bahwa skenario tersebut seperti skenario-nya Sengkuni? Jaman akan membuktikan.

Bagaimana pun Sastrajendra sudah “menulis” bahwa Suradira jayaningRat lebur dening pangastuti. Maka,mari kita jaga, kita kawal pemimpin kita terpilih supaya tetap ber- pangastuti.

Tangerang Selatan, 5 Oktober 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun