Mohon tunggu...
Kencang Lantang
Kencang Lantang Mohon Tunggu... Lainnya - Rakyat Kecil

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Kurikulum yang Hidup

24 November 2024   17:27 Diperbarui: 25 November 2024   08:20 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelatihan Guru (Sumber: Dokumen Pribadi)

Akan tetapi, betapa pun pentingnya faktor kurikulum dalam seluruh pendidikan, peran guru tetap menjadi bagian sentral. Bahkan keberadaan guru jauh lebih penting daripada kurikulum yang dirancang sebaik apa pun. Guru langsung terlibat dalam proses belajar-mengajar, sementara kurikulum hanya seperangkat dokumen sistematis. Guru adalah penggerak utama dalam proses pendidikan. 

Sebagai individu, guru memiliki kemampuan untuk menyesuaikan materi pembelajaran sesuai kebutuhan siswa. Dalam Democracy and Education (1916), John Dewey menyebutkan guru lebih dari sekadar pengajar. Pendidik membimbing siswa mengembangkan pemikiran kritis. Bagi Dewey, guru berperan sebagai fasilitator dalam proses pertumbuhan dan pengalaman yang berpusat pada murid.

Howard Gardner, dengan teorinya tentang Multiple Intelligences (1983), menekankan peran penting guru dalam memahami keragaman kecerdasan siswa. Guru yang kompeten mampu mengidentifikasi potensi siswa dan menyesuaikan metode pengajaran untuk membantu setiap individu berkembang. Guru bukan hanya penyampai informasi, tetapi juga pembimbing emosional, motivator, dan teladan.

Kurikulum memang dirancang untuk memberikan arah dalam sistem pendidikan. Namun, seperti yang dinyatakan Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed (1968), kurikulum tanpa guru yang kompeten hanya akan menjadi alat yang pasif. Freire mengkritik proses belajar yang terlalu fokus pada kurikulum dan mendorong pendekatan dialogis, di mana guru dan siswa bekerja sama membangun pemahaman.

Meskipun kurikulum memberikan panduan, keberhasilan pendidikan bergantung pada kualitas guru yang mengimplementasikannya. Haim Ginott, dalam bukunya Teacher and Child (1972 ), menyatakan bahwa sikap guru dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebaliknya. Guru yang kompeten dapat mengatasi kelemahan kurikulum dengan kreativitas dan pemahaman mendalam tentang kebutuhan siswa.

Kurikulum terbaik adalah guru itu sendiri, yang kerap disebut hidden curriculum. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang baik memiliki dampak signifikan terhadap hasil belajar siswa, bahkan lebih besar daripada kurikulum yang dirancang dengan baik. Sebaliknya, kurikulum yang ideal pun tidak akan memberikan hasil maksimal jika tidak didukung oleh guru yang berkualitas.

Guru yang kompeten memahami nilai-nilai inti yang hendak ditanamkan kepada murid-muridnya dan menyiapkan sejumlah perangkat yang diperlukan untuk menanamkan nilai tersebut. Guru harus memiliki banyak perbendaharaan pembelajaran sehingga dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan situasi ketika rancangan yang satu tidak cocok dengan situasi riil di dalam kelas.

Sebagai ilustrasi, seorang guru di daerah terpencil dengan sumber daya yang minim harus mampu beradaptasi dan mencari cara tepat agar tetap menyampaikan pembelajaran yang berkualitas. Kreativitas dan dedikasi guru menjadi faktor utama yang memastikan murid-murid tetap mendapatkan pendidikan yang layak, meskipun kurikulumnya terbatas. Guru itu kurikulum dalam segala situasi.

Jelaslah bahwa peran guru terlalu mendasar dalam seluruh proses pendidikan. Bahkan seandainya kurikulum tidak ada, pembelajaran tetap bisa berjalan dan berhasil baik apabila guru memahami visi, misi, dan tujuan yang hendak dicapai serta merancang pengalaman belajar murid yang tepat untuk mencapai nilai-nilai tersebut. Guru dapat mengembangkan kurikulum operasional sendiri.

Oleh karena itu, pemerintah sebaiknya lebih fokus memberdayakan guru daripada sekadar menyibukkan diri mengurusi hal-hal teknis terkait kurikulum, termasuk masalah Ujian Nasional dan sistem penerimaan siswa baru. Selain memerhatikan kesejahteraan ekonomi dan mental, pemerintah diharapkan memberikan pendidikan dan pelatihan yang terukur dan berkelanjutan kepada para guru.

Momentum Hari Guru Nasional 2024 hendaknya menjadi titik awal pemerintah mengarusutamakan guru dalam seluruh sistem pendidikan kita. Jangan lagi bersembunyi di balik sebutan'guru pahlawan tanpa tanda jasa'. Sebutan itu mengelabui kesadaran kolektif kita untuk mendukung guru sebagai garda terdepan menghela peradaban bangsa ke level dunia. Hanya guru hebat yang dapat membuat Indonesia jaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun