Pembelajaran kontekstual ini sejatinya diinspirasi oleh semangat mengajar Sang Guru, yaitu Yesus sendiri. Yesus juga mengajar sesuai konteks masyarakat pendengar-Nya. Kepada para petani, misalnya, Ia membuat perumpamaan tentang benih, bajak, atau tanah. Sedangkan bagi mereka hidup di sekitar danau atau laut, Yesus membuat penjelasan pengajaran dengan perumpamaan tentang jala, ikan, atau perahu.
Pembinaan dan pelatihan ini berlangsung cukup singkat sehingga belum mampu membuat para guru mahir. Mereka pun diharapkan memiliki semangat belajar terus-menerus. Bahasa Latin menyebutnya dengan istilah 'discendo discimus'. Artinya, dengan mengajar, kita belajar. Bagaimana pun usia dan keadaan, para guru perlu menghayati aktivitas mengajar sehari-hari sebagai kesempatan untuk belajar. (MN)