Mohon tunggu...
Muh Ma'rufin Sudibyo
Muh Ma'rufin Sudibyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Langit dan Bumi sahabat kami. http://ekliptika.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jika Venus Dikira Pesawat Lain, Insiden Air Canada Penerbangan AC 878

18 April 2012   03:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:29 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toronto (Canada) mulai  mengantuk pada Jumat malam 14 Januari 2011 saat pesawat jet Boeing 767-300 bermesin kembar dengan nomor registrasi C-GHLQ yang dimiliki maskapai penerbangan Air Canada mulai berjalan pelan menyusuri landasan bandara internasional Pearson. Dengan 95 penumpang dan 8 awak kapal didalamnya, Boeing 767-300 ini bakal menjalani Penerbangan AC 878 selama sekitar 7 jam, melintasi Samudera Atlantik bagian utara ke arah timur dengan tujuan bandara Zurich di Kloten (Swiss). Tak ada yang istimewa dari penerbangan reguler ini. Selagi pesawat bersiap menuju jalur tinggal landasnya, para pramugara dan pramugarinya memeragakan bagaimana cara memasang sabuk pengaman, mengenakan pelampung, mengenakan masker oksigen dan alur menuju pintu-pintu darurat sebagaimana dipersyaratkan regulasi penerbangan sipil. Tepat pukul 9 malam waktu Toronto, Boeing 767-300 pun meraung, mulai mengangkasa menuju timur laut. [caption id="attachment_182616" align="alignleft" width="559" caption="Pesawat Boeing 767-300 bernomor registrasi C-GHLQ milik Air Canada. Sumber : Airliner.net, 2012."][/caption] Jalur Atlantik Utara merupakan salah satu jalur penerbangan terpadat di dunia sehingga dibutuhkan pengaturan yang teliti untuk menjaga keselamatan penerbangan. Pengendali lalu lintas Toronto meminta Penerbangan AC 878 menggunakan jalur FL350. Jalur ini memiliki ketinggian rata-rata 10 km dari muka laut dan ditempuh dengan kecepatan jelajah 820 km/jam. Setelah lepas landas, penerbangan AC 878 terus menanjak hingga memasuki jalur FL350 untuk kemudian terbang mendatar. Di kokpit pesawat, pilot dan kopilotnya melihat semua nampak berjalan normal. Baik pilot maupun kopilotnya adalah penerbang profesional berpengalaman. Pilot telah mengantungi 14.800 jam terbang dengan 400 diantaranya dalam Boeing 767-300. Sementara kopilot membukukan 12.000 jam terbang namun 2.000 diantaranya dalam Boeing 767-300. Suasana sontak berubah sekitar empat jam kemudian. Tatkala Penerbangan AC 878 memasuki koordinat 55 LU 29 BB, pesawat mendadak anjlok sekitar 100 meter dari ketinggian jelajah nominalnya, tanpa pemberitahuan sebelumnya. Dan secepat anjloknya, pesawatr segera mendaki kembali ke ketinggian normalnya. Padahal sebagian penumpang dan kru telah melepas sabuk pengamannya. Akibatnya mereka pun terlontar ke atas hingga membentur bagasi dan bagian atas pesawat. Tercatat 14 penumpang dan 2 pramugari terluka, dengan 8 diantaranya menderita luka parah. Tujuh dari mereka harus dirumahsakitkan di Swiss pasca mendarat untuk perawatan dan observasi lebih lanjut. Air Canada dalam penjelasan singkatnya menyatakan, Penerbangan AC 878 mengalami turbulensi tingkat menengah-parah sehingga menyebabkan penurunan mendadak ketinggian jelajah pesawat. [caption id="attachment_182619" align="alignleft" width="494" caption="Peta jalur Penerbangan AC 878 dan lokasi terjadinya turbulensi. Sumber : Flightaware.com, 2012."]

13347196041952295024
13347196041952295024
[/caption] Apa yang sebenarnya terjadi? Peristiwa itu terjadi 3 jam sebelum pesawat mendarat, sementara Perekam Suara Kokpit dalam kotak hitam hanya sanggup merekam percakapan dalam kokpit untuk 2 jam terakhir saja. Namun Dewan Keselamatan Transportasi Canada mendapati Perekam Data Penerbangan pada kotak hitam mencatat adanya akselerasi pada saat turbulensi terjadi. Terjadi penurunan ketinggian sebesar 100 meter yang diikuti penambahan ketinggian sebesar 200 meter dalam waktu amat singkat, yakni hanya 5 detik. Perubahan tersebut menghasilkan akselerasi sebesar minus 50 % G dan plus 200 % G (G = percepatan gravitasi Bumi). Dewan Keselamatan Transportasi Canada membutuhkan waktu 15 bulan untuk mengungkap apa yang terjadi pada Penerbangan Ac 878 malam itu. Evaluasi terhadap kondisi pesawat tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kerusakan fisik maupun anomali. Sementara evaluasi cuaca menunjukkan kawasan tempat terjadinya peristiwa tersebut dalam kondisi cerah. Sehingga satu-satunya faktor penyebab yang memungkinkan adalah kesalahan manusia, khususnya yang berada di dalam kokpit. [caption id="attachment_182621" align="alignright" width="374" caption="Kerusakan ringan di bagian atas pesawat setelah terhantam penumpang yang terlempar ke atas. Sumber : Air Canada, 2011."]
13347197021505561019
13347197021505561019
[/caption] Investigasi lebih lanjut memperlihatkan, dalam tiga jam setelah lepas landas, kopilot merasa kelelahan dan minta izin untuk tidur sebentar. Pilot mengizinkan. 38 menit kemudian pilot menyalakan lampu peringatan pemakaian sabuk pengaman guna mengantisipasi kemungkinan adanya turbulensi. Pilot juga meminta pramugara dan pramugari untuk mencek pemakaian sabuk pengaman secara visual pada penumpang, mengungat sebagian besar penumpang telah terlelap. 37 menit kemudian, tatkala pengecekan pemasangan sabuk pengaman masih berlangsung, kapten melaporkan posisi pesawatnya pada pengendali lalu lintas udara Shanwick. Rupanya transmisi ini membangunkan kopilot, yang tanpa sadar telah tertidur selama 75 menit, melanggar batasan maksimum 40 menit untuk istirahat. Kopilot yang tertidur lebih dari sejam ini juga menunjukkan ia cukup lelah sehingga terlelap pulas. Dalam kondisi belum sepenuhnya terjaga, sebuah informasi masuk ke layar kokpit: adanya pesawat lain (belakangan diketahui sebagai pesawat kargo AS) yang berada di jalur penerbangan mereka namun dari arah berlawanan. Dari informasi yang tersaji, pilot mengetahui jalur penerbangan pesawar lain itu 330 meter di bawah jalur Penerbangan AC 878. Namun dalam persepsi kopilot, rupanya pesawat lain itu dianggap ada di atas mereka. Pada saat yang sama kopilot melihat titik cahaya terang tepat di depan mereka. Menganggap itu adalah lampu pendaratan pesawat lain tersebut, sontak kopilot menggerakkan tuas kendalinya sehingga pesawat pun anjlok laksana mengalami turbulensi. Kopilot baru menyadari tindakannya salah setelah pilot berteriak kalau posisi pesawat lain itu ada di arah jam 12 (azimuth 0), sementara mereka sedang menuju arah jam 4 (azimuth 120). Lantas apa titik cahaya terang di arah jam 4 itu? Ternyata itu Venus, benda langit paling terang nomor tiga setelah Matahari dan Bulan purnama. Pada titik terjadinya peristiwa tersebut, Venus nampak di kaki langit timur pada azimuth 120 atau pada arah Penerbangan AC 878. Dengan magnitudo visual -4,4 dan lingkungan yang amat gelap (karena amat jauh dari pusat-pusat pemukiman manusia sehingga tiada polusi cahaya), maka Venus menjadi benda langit paling menonjol karena terangnya. Demikian terang hingga bisa dikelirukan sebagai lampu dari pesawat lain. [caption id="attachment_182623" align="alignleft" width="613" caption="Simulasi kaki langit pada koordinat 55 LU 29 BB elevasi 10 km dalam arah terbang pesawat. Nampak Venus amat mendominasi pemandangan di langit. Sumber : Sudibyo, 2012, berdasarkan Starry Night."]
13347198081022069067
13347198081022069067
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun