Struktur Majalengka, demikian nama (resmi) yang (mungkin) akan diberikan terhadap kawasan di sekitar kota Majalengka (Jawa Barat), yang belakangan ini menyedot perhatian dunia ilmu kebumian Indonesia. Khususnya setelah geolog sepuh pak RP. Koesoemadinata memaparkan hipotesisnya yang menggegerkan pada akhir Maret lalu (tepatnya 28 Maret 2011), yang kemudian banyak diperbincangkan entah di berbagai milis, blog maupun secara personal. Hingga akhirnya tim geologi ITB pun diberangkatkan ke lokasi untuk menyingkap rahasianya. [caption id="attachment_102261" align="alignnone" width="526" caption="Struktur Majalengka, dengan posisi dan label kelima kandidat kawahnya. Sumber : Koesoemadinata, 2011"][/caption] Di sekitar kota Majalengka, tepatnya di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cilutung, terdapat sejumlah struktur melingkar berukuran besar baik yang berbentuk nyaris utuh maupun kurang dari separuh. Dalam citra Google Earth struktur-struktur ini nampak cukup jelas. Ada 5 struktur dengan beragam ukuran yang tersebar di kawasan seluas 12,7 x 12,7 km persegi. Agar lebih mudah, saya mencoba melabeli kelima struktur tersebut dan pengukuran sederhana menggunakan Google Earth dikombinasikan Corel Draw (dengan asumsi struktur berbentuk lingkaran sempurna) menghasilkan data diameter: kawah A = 8,5 km, kawah B = 3,9 km, kawah C = 4,3 km, kawah D = 3,5 km dan kawah E = 4,9 km. Kawah A dan E relatif terpisah dari yang lain sementara kawah B, C dan D nampak saling tumpang tindih. [caption id="attachment_102262" align="alignnone" width="526" caption="Peta geologi struktur Majalengka. Sumber : Koesoemadinata, 2011"]
[/caption] Struktur ini sudah terlihat dalam peta geologi yang diterbitkan P3G pada 1973 dan saat itu ditafsirkan sebagai gejala pematahan menanjak/menaik (thrust-faulting) yang melengkung. Dasar struktur dilapisi oleh sedimen yang menjadi bagian formasi Citalang yang berumur Pliosen (4 juta tahun). Banyak geolog yang kemudian menafsirkannya sebagai akibat bekerjanya tektonik lengseran (gliding tectonic). Namun hipotesis ini sulit untuk dipertahankan mengingat bentuk struktur tesebut melengkung ke semua penjuru arah mata angin sehingga sulit dicari lokasi pusat bebannya. Berangkat dari kesulitan ini pak Koesoemadinata mencoba memecahkannya dengan hipotesis baru yang ekstraterestrial. Struktur Majalengka diduga merupakan produk hantaman benda langit berkecepatan tinggi (hypervelocity impact) yang sebelumnya telah terpecah-belah lebih dulu sebagaimana halnya komet Shoemaker-Levy 9 sebelum menumbuk Jupiter (16-22 Juli 1994) sehingga membentuk struktur yang saling tumpang tindih. [caption id="attachment_102263" align="alignnone" width="367" caption="Struktur Macha (Russia), salah satu contoh struktur dengan banyak kawah. disini terdapat 5 buah kawah yang terbentuk 8.000 tahun silam."]
[/caption] Planetary Space Science Data Center University of New Brunswick (Canada) mencatat hingga 2011 ini di permukaan Bumi terdapat 178 struktur produk
tumbukan benda langit yang berstatus terbukti. Dan masih banyak lagi yang masih berstatus terduga, menanti untuk dibuktikan. Dari jumlah itu, ada banyak struktur yang berkawah banyak. Untuk struktur-struktur berusia sangat muda (Holosen) misalnya, kita bisa sebut nama struktur Macha (Russia), Campo del Cielo (Argentina), Henbury (Australia), Wabar (Saudi Arabia) maupun Sikhote-Alin (Russia) yang memiliki lebih dari satu kawah. Sementara struktur tua berkawah banyak, salah satunya Clearwater (East dan West) di Canada yang demikian memukau. [caption id="attachment_102265" align="alignnone" width="300" caption="Struktur Henbury (Australia) dari udara, nampak 3 dari 14 kawah yang ada dalam struktur ini."]
[/caption] Berkebalikan dengan asumsi pak Koesoemadinata, struktur berkawah banyak terbentuk oleh benda langit yang mengalami pemecahan justru di dalam lingkungan atmosfer Bumi, yang terjadi ketika tekanan ram atmosfer (yakni tekanan udara yang terbentuk di depan obyek berkecepatan sangat tinggi) telah demikian besar seiring kian masuknya sebuah benda langit asing ke atmosfer hingga menemui lapisan-lapisan udara yang kian memadat. Sehingga tekanan ram tersebut melampaui ambang gaya ikat mineral-mineral penyusun benda langit tersebut. Akibatnya terjadilah fragmentasi (pemecahbelahan), yang umumnya terjadi di antara ketinggian 70 km hingga 30 km. Fragmentasi menghasilkan sejumlah pecahan yang selanjutnya jatuh ke Bumi secara berdekatan. Sebaliknya, bila pemecahan terjadi di angkasa (misalnya akibat bekerjanya gaya tidal saat benda langit melanggar batas orbit Roche seperti dialami komet Shoemaker-Levy 9 dua tahun menjelang tumbukannya), struktur tumbukannya berupa barisan kawah menyerupai untaian tasbih (berjejeran), seperti bisa ditemukan di permukaan Ganymede (salah satu satelit Jupiter). [caption id="attachment_102266" align="alignnone" width="250" caption="Untaian kawah (kawah berantai) sepanjang 190 km di permukaan ganymede (salah satu satelit Jupiter). Struktur ini terbentuk ketika benda langit yang sebelumnya telah terpecahbelah di angkasa (mirip komet Shoemaker Levy 9) jatuh ke Ganymede"]
[/caption] Dengan menempati area yang tidak begitu luas, struktur Majalengka konsisten dengan pola pemecahan benda langit asing dalam atmosfer Bumi. Dengan bentuk tiap kawah yang sferis nyaris mendekati lingkaran, bisa dikatakan bahwa benda langit yang membentuknya jatuh dari altitude tinggi dalam tata koordinat horizon. Alm. Eugene M. Shoemaker, bapak astrogeologi sekaligus salah satu pendiri cabang ilmu tumbukan benda langit, menggarisbawahi bahwa benda langit yang jatuh ke Bumi rata-rata memiliki altitude 45 derajat sehingga kawah yang dibentuknya berbentuk bulat mirip mangkuk (bowl-shaped). Hal ini nampak konsisten dengan ciri struktur Majalengka. Namun pembuktian sebuah struktur dibentuk oleh tumbukan benda langit di masa silam tidak terletak pada analisis bentuknya, melainkan pada eksistensi mineral-mineral kunci yang khas, yang tidak terdapat dalam struktur geologi lain.
Tumbukan benda langit merupakan tumbukan dalam kecepatan sangat tinggi sehingga melibatkan pelepasan energi kinetik sangat besar yang menyamai magnitude ledakan nuklir, sehingga dampak yang diakibatkannya pun setara dengan dampak ledakan nuklir (minus radiasinya). Salah satu dampak yang menonjol adalah terjadinya tekanan ekstratinggi (overpressure) di titik tumbuk yang mencapai ratusan ribu hingga jutaan ton per meter persegi, sehingga sanggup mengubah batuan menjadi batuan malihan dinamik (metamorf tekanan). Bila di titik tumbuk ada butir-butir silikat, ia bisa tertekan hebat sehingga menjadi felspar (pada tekanan 5 juta ton per meter persegi) atau koesit (200 ribu ton per meter persegi). Mineral tersebut juga memiliki fitur bidang-bidang deformasi mendatar (planar deformation features/PDFs) yang khas bagi tumbukan benda langit. Dalam orde tekanan yang lebih rendah akan terbentuk shatter cones, yakni batuan dengan struktur makro menyerupai kerucut terpecah atau ekor kuda. Pada tekanan yang jauh lebih tinggi, batuan di titik tumbuk bisa meleleh (seperti lava), yang untuk kemudian membeku kembali setelah tercampur dengan bongkah-bongkah produk tumbukan sehingga menghasilkan breksi tumbukan atau suevit atau breksi polimiktik.
[caption id="attachment_102271" align="alignnone" width="284" caption="Inilah tiga kunci untuk memastikan status sebuah struktur geologi sebagai jejak tumbukan benda langit. Atas : foto mikrograf planar deformation features dengan mikroskop elektron pada sampel kaursa dari kawah Charlevoix (Perancis). Tengah : shatter cones pada batuan dolomit, berasal dari kawah Wells Creek (AS). Bawah: breksi polimiktik (suevit), berasal dari kawah Ries (Jerman)."][/caption] Sehingga, membuktikan struktur Majalengka sebagai kawah
meteor sebenarnya tinggal mencari adakah mineral koesit atau felspar, atau adakah tanda-tanda planar deformation features secara mikroskopik, atau adakah shatter cones secara makroskopik. Jika salah satu (lebih bagus lagi ketiga-tiganya) ditemukan, maka struktur itu pun terbukti (kawah meteor).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Pendidikan Selengkapnya