Mohon tunggu...
Makruf Amari Lc MSi
Makruf Amari Lc MSi Mohon Tunggu... Guru - Pengasuh Sekolah Fiqih (SELFI) Yogyakarta

Alumni Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta, melanjutkan S1 di LIPIA Jakarta dan S2 di UII Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Shalat Tidak Khusyuk Karena Bau Busuk

16 April 2020   13:36 Diperbarui: 16 April 2020   13:41 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu di beberapa masjid, karpet mengeluarkan aroma yang tidak sedap. Maklum karpet sudah lama tidak dibersihkan, tidak dicuci dan tidak dijemur terlebih pada musim hujan yang terkadang suhunya lembab. Selain aroma yang tidak sedap tersebut, kondisi diperparah dengan debu yang ada di permukaannya dan sangat terasa saat kaki menyentuhnya.

Dalam kondisi seperti ini semestinya takmir dan jama'ah melaksanakan penjagaan kebersihan secara periodik. Sehingga tatkala mushalla bersih, harum tentunya banyak jama'ah yang datang dan khusyu'.

Keamanan Lingkungan Masjid

Tempat yang rawan pencurian juga dapat mempengaruhi kekhusyukan. Terkadang seseorang memarkir kendaraannya degan sembrono, dikunci setang-pun tidak, apalagi dikunci dobel, meletakkan sandal atau sepatu bermerek di tempat yang mencolok padahal di situ ada tempat penitipan sandal sepatu, meletakkan tas atau rangsel di belakang dirinya shalat, teringat saat shalat jam tangannya tertinggal di toilet dan sebagainya.

Ini semua dan yang semisalnya adalah contoh-contoh yang terkadang dilakukan -- secara tidak sadar dan kurang kewaspadaan -- oleh orang yang shalat di masjid, atau memiliki keyakian "masa iya ada pencuri di masjid", bahkan ada pula yang punya keyakinan "insya Allah aman karena dijaga Allah" -----masa iya memberi tugas kepada Allah untuk menjaga sandal? Walhasil, dalam kondisi seperti ini sangat mungkin saat melaksanakan shalat muncul dalam benaknya kekhuwatiran akan keamanan barang-barang yang ditinggalkan yang jauh dari pantauannya.

Oleh karenanya, sikap kehati-hatian berupa perasaan "pencuri ada di mana-mana dan boleh jadi di sinipun juga ada" mestinya sudah muncul sejak dari awal yang kemudian diikuti dengan upaya agar barang-barang bawaannya aman dari bidikan pencurian. Ditambah dengan sikap takmir yang bertanggung jawab. Seperti pernyataan ustadz Jazir ASP dari Masjid Jogokarian, "Jangan sampai masjid diurus oleh takmir yang tidak bertanggung jawab".

Yang beliau maksud adalah, masjid yang memasang pengumuman "Harap menjaga barang bawaan masing-masing. Takmir tidak bertanggung jawab atas kehilangan di masjid ini". Inilah takmir yang isinya orang-orang yang tidak bertanggung jawab, kata ustadz Jazir ASP. Semestinya takmir memastikan keamanan barang bawaan jama'ah, sehingga mereka khusyuk melaksanakan shalat.

"Barang Anda yang hilang, akan kami ganti sesuai dengan kualitas yang hilang tersebut. Takmir bertanggung jawab atas kehilangan barang yang ada di lingkungan masjid". Inilah takmir yang bertanggung jawab.

Wallahu a'lam bish shawab.

Yogyakarta, 20 Sya'aban 1441 H/14 April 2020 M

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun