Seperti yang sudah-sudah, rasanya tidak perlu untuk diperdebatkan. Semua mengalir seperti biasa. Sesuatu hal yang tidak perlu dipertentangkan. Kesulitan sudah dihadapi bersama.
Tua dan muda merasakan bagaimana sakitnya wabah itu.Â
Keyakinan ku kelak kita akan menghadap kepada sang pencipta, lalu hal apa yang perlu dibanggakan. Tentu saja tidak ada. Artinya adalah ciptaan Tuhan ada batasnya. Semua orang ada masanya.
Telah kita lihat bersama, wabah ini ibarat Sosok monster pembunuh. Menyikat habis para penghuni. Hingga detik ini, tidak ada yang berani mengklaim bahwa wabah ini sudah dilumpuhkan. Semua masih tanda tanya, masih mencari.
Lalu ini yang dikatakan tsunami wabah. Atau barangkali ini tanda kehidupan akan masuk dalam fase ajal kian mendekat, berkurang satu persatu, akan terseleksi. Oh ya, mungkin saja bumi akan berpenghuni pada orang-orang yang mampu bertahan hidup.
Sebuah teka-teki yang belum terjawab, wabah terus berkembang. Sayangnya manusia belum mampu menghadang. Beradat-abat lamanya, wabah ini penuh dengan kedahsyatan. Atau memang sejak manusia ada, wabah ini berhasil menaklukkan dunia. Semua kocar-kacir. Ketakutan.Â
Wabah mampu merubah kebiasaan  sehari-hari. Sungguh wabah mampu mengalahkan segalanya, bukanlah Tuhan tentunya. Tak ada kepastian menyatakan wabah akan berakhir. Semua ragu ragu.
Tetapi sudahlah, pada masanya kita akan kembali kepada-Nya.Â
Salak, 10 Agustus 2020
Marudut Parsaoran Anakampun