Mohon tunggu...
Marudut Parsaoran Anakampun
Marudut Parsaoran Anakampun Mohon Tunggu... Penulis - Hidup harus berekspresi, menulis dan berpikir.

Perjalanan hidup sesorang dimulai dari titik nol dan terbentuk sendiri oleh alam dan lingkungan. Perjalan hidup akan membentuk jati diri dan karakter . tanpa disadari kita akan dipaksa untuk membuat suatu pilihan, pilihan itu yang akan menentukan siapa kita. jiwa dan raga akan berjalan beriringan namum tidak akan bersatu. tetapi dalam satu titik ada masa untuk bertolak belakang.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terperangkap dalam Putaran Politik

26 Agustus 2020   22:49 Diperbarui: 29 Agustus 2020   01:13 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini saya membaca ulasan komentar, posting di laman media sosial, yang isinya terkait percaturan dan pagelaran politik. Khususnya pagelaran politik pemilihan kepala daerah. Ulasan isu-isu yang diangkat untuk menjatuhkan salah satu figur, kelompok, bahkan individu.

Ada banyak cerita yang tidak lazim terjadi. Bagaimana sikap dan arogansi manusia itu sendiri menyikapi percaturan politik yang ada. 

Pada umumnya masyarakat akan terbagi menjadi kelompok dan susunan kubu. Ada kelompok tertentu akan membentuk team yang solid. Wajar dalam pertarungan politik membentuk barisan. Sebagai wahana dalam memenangkan pertandingan catur politik.

Lazim terjadi suasana keruh disaat Pilkada berlangsung. Tatanan hidup normal berbudaya bisa dengan sekejap berubah menjadi budaya kebencian.

Akan kita temui persinggungan antara kelompok yang satu dengan yang lain, bahkan bisa saja mencederai tatanan norma budaya yang ada.

"Politik sebagai instrumen yang mampu dianggap sebagai lahirnya pemimpin baru". Armada yang pada umumnya digunakan oleh para pelaku politik dalam merebut kekuasaan pemerintah, meskipun tak jarang para pelaku politik menggunakan jalur independen yang tidak mengfungsikan mekanisme Partai. Untuk memperebutkan dibutuhkan biaya modal yang cukup tinggi.

Hal ini yang menjadi alasan mengapa biaya politik itu mahal, ongkos politik dianggap sebagi indikator pemicu lahirnya benih pertikaian. 

Ambisi dan hasrat kemenangan itu terus terpicu pada setiap calon, ditambah dengan pengaruh, bisikan dan godaan-godaan dari pendukung masing-masing calon. Mengakibatkan kenekatan, keberanian setiap calon. 

Tidak dipungkiri lagi, ada banyak calon pemimpin menggadaikan harta kekayaan, uang dan bahkan lebih sadis lagi "jabatan yang sudah di duduki direlakan untuk ditinggalkan".

Resiko politik akan berujung pada pertaruhan identitas dan kekayaan, ujung-ujungnya akan menjadi Nikmat diakhiri cerita jika keberpihakan kemenangan di depan mata atau malah menjadi cibiran di muka umum. 

Biaya akomodasi dan logistik, biaya partai, biaya teknis lainnya sesuai kebutuhan lapangan. Modal yang cukup besar telah dipertaruhkan. Hampir mirip dengan pertarungan Judi atau Gambling "bisa menang dan tentu saja bisa membuahkan kekalahan".

Hampir terjadi pada etalase kancah pemilihan kepala daerah. Tidak Hanya menyinggung tentang pilkada, namun juga jenis pemilihan umum lainnya.

Perlahan lahan saya coba amati, baca isi konten tersebut, hingga geleng-geleng kepala, dan tersenyum kecil. Media sosial yang dijadikan sebagai ajang arena pertarungan, gelanggang menunjukkan kekuatan.

Tidak sungkan-sungkan antar kubu memercikkan keberingasan, meskipun hanya di dunia Maya. menggunakan akun-akun palsu menutupi jati dirinya, mengekspor informasi dan berita yang belum tentu kebenarannya. Lebih ekstrim lagi tidak jarang ditemui akun akun yang terang-terangan mencederai bahkan memburuk-burukkan figur dan kelompok tertentu. Menyebar berita hoax agar salah satu figur tercoreng nama baiknya.

"Asumsi pun muncul dari setiap calon figur pemimpin" Modal besar sudah di pertaruhkan, kekayaan yang dimiliki pun sudah ikut tergadaikan, bukan hanya itu kedudukan dan jabatan pun tidak luput dari pertaruhan. Sudah barang tentu ambisius pun serta merta akan ikut bergelora.

Pertarungan politik tidak hanya berimbas pada figur calon yang diusung, namun juga berimbas pada para pendukung disegala lini. 

hal ini yang perlu diwaspadai oleh setiap figur calon pemimpin. 

Kedewasaan berpolitik sangat dikedepankan, kematangan berpolitik mengedepankan sikap sportif menjalankan roda politik. Teramat sulit memang jika rasa Ambisius sudah lebih dominan. 

Tentu hal ini menyalahi prosedur dan koridor mekanisme Politik yang berlaku. Regulasi peraturan perundang-undangan Pemerintah terkait Pemilihan kepala daerah sepertinya sudah tercoreng.

Kita tidak sadari bahwa sebenarnya kita sudah masuk dalam perangkap pertarungan politik. Tanpa kedewasaan berpolitik menyerap dan kemampuan menyaring informasi maka tatanan hidup normal berbudaya akan dipertaruhkan.

Salak,  26 Agustus 2020.

Marudut Parsaoran Anakampun

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun