Dihitung dari sekarang waktu tinggal menyisakan 74 hari 13 jam 32 menit 54 detik tersisa untuk menentukan nasib bangsa Indonesia. Waktu terus berjalan bak jantung berdebar kencang. Kecemasan dan kegundahan mengalir memompa darah keseluruhan tubuh. Bangsa Indonesia akan dihadapkan pada sebuah pilihan, pilihan kemana bangsa ini akan menuju. Bangsa yang sudah merdeka dari jajahan, ketertinggalan dan keterpurukan. Kekejaman masalalu. Kebodohan dan kecerobohan masa lalu, korupsi, kolusi, nepotisme masa lalu. Kesemberautan masa lalu.
Suara rakyat adalah suara Tuhan, katanya. Nasional Bangsa Indonesia berada didalam genggaman jari jemari kita, yang tentunya dikendalikan oleh otak dan mata kepala batin secara lahiriah. Kedua kandidat terus nyatakan janji janji dan harapan harapan untuk kesejahteraan bersama. Para kandidat itu tentunya berharap untuk didukung dan dipilih. Menghipnotis merayu dengan ucapan, akal, pikiran.
ini waktu nya kita bangsa Indonesia menentukan pilihannya. Siapa yang pantas untuk menduduki kepemimpinan itu. Yang pantas membawa dan menahodai perahu. Yang pantas menghantarkan bangsa Indonesia menuju kemakmuran adil dan merata.
waktu terus berjalan, memaksa otak dan pikiran untuk sebuah pilihan. Rakyat adalah kunci utama. Rakyat menjadi dewa penentu. Detik ini rakyat diagungkan dan dihormati. Rakyat pemegang kunci itu. Pantas lah kedua kandidat merayu dan membuat trik intrik segala cara.Â
Sekarang kembali kepada kita pribadi lepas pribadi. Kita masyarakat adalah penentu. Penilaian atas kandidat yang kita usung. Masyarakat adalah dewa pencabut pencetak pemimpin itu. Kita buka akal logika. Mencetuskan pemimpin bangsa Indonesia kelak. Tentukan pilihan mu. Tanpa beban, tanpa tekanan dan huru hara di pikiran.
saat rakyat berpikir jernih dan lugas, kita ambil bagian dalam proses ini. Kita ciptakan perdamaian, bukan membuat huru hara. Jadikan ini pesta pernikahan rakyat kita. Jadikan ini pesta ulang tahun rakyat kita. Jadikan ini pesta kebesaran rakyat kita
Meskipun kita berbeda beda, kita adalah teman, sahabat dan saudara. Saat kita harus bersatu. Bukan pecah belah. Sikut sana sikut sini, bukan penyebar hoax, Â bukan juga mental pembullyan, tetapi penebar kasih sayang pada sesama rakyat. Â Rakyat penentu bangsa, harusnya rakyat melakoni bak seorang tuan rumah. Rakyat sebagai Dewa, harusnya rakyat berprilaku bagai seorang dewa. Rakyat juru kunci, harusnya rakyat tau mengendalikan. Rakyat adalah Sang guru, harusnya rakyat itu pengayom.
Marudut Parsaoran Anakampun ST
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H