Mohon tunggu...
Maruasas Sianturi
Maruasas Sianturi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Widyaiswara P4TK bidang bangunan dan listrik Medan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Implementasi Kurikulum 2013

14 Mei 2014   17:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 3347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

SD NEGERI 067248 MEDAN

A.Latar Belakang

Perubahan kurikulum 2013 pada kompetensi lulusan, menyelaraskan peningkatan keseimbangan antara soft skills dan hard skills akan berpengaruh pada proses penilaian. Ketika standar kelulusan tidak hanya didasarkan pada ranah pengetahuan (ranah kognitif) saja maka proses penilaian tersebut menjadikan ulangan harian, ulangan tengah semester maupun ulangan semester bukan komponen inti penilaian. Tetapi seperti terlihat bahwa penggunaan portofolio dalam kurikulum baru ini menjadi sangat penting. Pertanyaan selanjutnya, tahukah apa itu portofolio? seperti apa portofolio? bagaimana penilaian yang menggunakan portofolio? Mungkin sebagian besar pendidik belum mengenal dan mengunakan ini dalam proses penilaian.

Selanjutnya yang menjadi pekerjaan rumah dalam perubahan kurikulum yaitu bentuk pembelajaran yang bersifat tematik integratif? Apakah pendidik tau pendekatan itu seperti apa? Kendala dalam penerapan pendekatan ini seperti apa?. Tapi yang menjadi bahan pemikiran ketika mendengar tematik integratif adalah dari dulu diterapkan pembelajaran tematik integratif pada kelas 1 sampai kelas 3 tetapi ketika melakukan proses penilaian, soal yang diberikan tidak dalam bentuk tematik integratif. Disini telah terjadi distorsi dan saling bertolak belakang. Suatu contoh penilaian tematik integratif yang bisa dijadikan acuan yaitu bentuk tes kemampuan dasar yang biasa dilakukan pada kelas 3. Dimana tes dilakukan hanya dalam satu waktu, dalam satu lembar soal yang mencakup berbagai kemampuan tidak terpisah-pisah. Dalam kenyataannya meskipun pembelajarannya dilakukan dengan tematik integratif tetapi tes dilakukan per mata pelajaran secara terpisah. Kita bandingkan dengan kata IPA terpadu atau IPS Terpadu dimana meskipun didalamnya terdapat mata pelajaran fisika dan biologi pada tingkatan SMP tetapi ujiannya dilakukan dalam satu berkas soal yaitu IPA saja. Tetapi di tingkatan SD yang ceritanya menggunakan pendekatan tematik terpadu tetapi ujian dalam bentuk mata pelajaran terpisah.

Kurikulum baru menampilkan jumlah mata pelajaran yang berkurang dari 10 menjadi 6 mata pelajaran saja tetapi dalam jumlah tatap muka menjadi bertambah sekitar 4 JP/minggu. Yang menjadi  bahan perdebatan sampai saat ini yaitu mengenai bahasa asing dalam tingkatan sekolah dasar secara tersirat tidak diperbolehkan. Beberapa alasannya yaitu pada tahap sekolah dasar, pembentukan karakter harus diperkuat, dengan memperbanyak jam Bahasa Indonesia dan meniadakan bahasa asing diharapkan siswa lebih memiliki rasa kecintaan terhadap bangsa dan negara Indonesia yang mudah-mudahan menjadi pondasi yang kuat dan tidak akan pudar. Yang menjadi permasalahan adalah bagaimana nasib guru bahasa asing yang mengajar di sekolah dasar dengan secara tersirat tidak memperbolehkan pembelajaran bahasa asing di Sekolah Dasar.

Dalam pembelajaran guru sering mengatakan " DIAM ANAK-ANAK JANGAN BERISIK, DISKUSINYA PELAN-PELAN SAJA?" mungkin ini sering diucapkan, yang jadi pertanyaan apakah pembelajaran yang aktif siswa hanya mendengarkan saja dengan tenang?. Terlihat dalam pengembangan kurikulum Sekolah Dasar yang baru bahwa dalam proses pembelajaran guru diperbolehkan membawa anak-anak ke luar ruangan untuk pembelajaran. Dalam konsep seperti ini pembelajaran formal memiliki perluasan makna, bukan hanya pembelajaran yang dipantau di ruangan kelas, tetapi dapat dilakukan di ruangan kelas. Akankah guru mau menerapkan hal ini? dan seberapa banyak guru yang pernah menerapkan hal ini?. Mudah-mudahan kedepan pembelajaran yang bersifat holistik sain yang memperbolehkan siswa belajar di luar ruangan dapat diterapkan untuk mengaktifkan kemampuannya secara menyeluruh baik sikap, pengetahuan maupun keterampilan.

SD Negeri 067248 Medan Jln. Marelan Raya Tanah Enam Ratus salah satu sekolah yang sudah melaksankan kurikulum 2013 Tahun Ajaran 2013/2014dengan berbagai keterbatasan dan kekurangan yang ditemui dilapangan antara lain, kepala sekolah belum mengikuti pelatihan secara khusus bagaimana mengelola kurikulum 2013, dan pendampingan oleh pengawas yang kurang intensif. Akibat dari hal tersebut kurikulum 2013 dalam pelaksanaannya belum memenuhi syarat yang ditentukan, terutama dalam hal penilaian hasil belajar. Berikut ini dijelaskan berbagai masalah dalam pelaksanaan kurikulum 2013.

B.Masalah:

1.Kepala sekolah belum mengikuti diklat kurikulum 2013, sehingga pemahaman tentang kurikulum masih kurang

2.Pendampingan oleh pengawas masih kurang intensif

3.Belum memahami kerangka dasar dan struktur kurikulum 2013

4.Penilaian otentik belum sepenuhnya dipahami guru

5.Belum mengenal ragam pembelajaran saintifik

a.Guru belum sepenuhnya menguasai konsep dan aplikasi pendekatan saintif dalam pembelajaran

b.Guru belum menguasai berbagai metode pembelajaran

c.Guru belum dapat menuangkan metode yang tepat dalam RPP

6.Penerapan penilaian hasil belajar dan pengisian buku rapor belum sempurna, hal tersebut disebabkan beberapa factor antara lain:

a.Jumlah siswa yang banyak 42 org / kelas


  1. Banyaknya format yang harus diisi oleh guru setiap proses pembelajaran
  2. Belum ada kriteria yang standar yang menyatakan tingkat penguasaan kompetensi
  3. Buku rapor harus dicetak per siswa, sementara fasilitas dan SDM belum mencukupi.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas penulis merumuskan masalah yang sesegera mungkin harus diatasi yaitu: Penerapan Penilaian Hasil Belajar dan Penulisan Buku Rapor dengan desain sebagai berikut:

1.Persiapan

a.Membuat format-format penilaian hasil belajar sesuai Tema/Subtema

b.Membuat standar penilaian masing-masing tema/subtema

2.Pelaksanaan

a.Melaksanakan Diklat bagi guru kelas tentang penilaian hasil belajar dan penulisan rapor yang meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan

b.Menuangkan Penilaian dalam RPP

c.Menerapkan penilaian hasil belajar.

d.Melaksanakan pengisian Buku Rapor

3.Evaluasi

a.Mengamati guru dalam penerapan penilaian pembelajaran

b.Melihat bukti penilaian pengetahuan, ketrampilan dan sikap

c.Melihat substansi pengisian buku rapor

D.Penyelesaian Proyek, Fasilitas dan Monitoring

1.Penilaian Hasil Belajar

Pelaksanaan Kurikulum 2013, dilaksanakan melalui Pendekatan Scientific. Pada pelaksanaannya pendekatan ini menekankan pada lima aspek penting, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan komunikasi. Lima aspek ini harus benar-benar terlihat pada pelaksanaan pembelajaran di lapangan.

a.Mengamati

Pembelajaran selama ini cenderung dilakukan dengan metode ceramah. Tidak ada yang salah dengan metode ini, metode ceramah merupakan dasar melaksanakan setiap kegiatan. Pada Kurikulum 2013 metode ceramah tidak dilupakan, hanya saja dikurangi takarannya. Siswa dituntut lebih aktif dalam segala masalah.

Proses mengamati dilakukan siswa terhadap masalah yang diajarkan. Jika pelajaran Fisika, Kimia atau Biologi rasanya tidak ada masalah dalam proses mengamati. Kendalanya tentu pada pelajaran lain yang kurang alat dan bahan sehingga guru dituntut harus benar-benar paham materi sebelum menghadirkan siswa ke dunia nyata dengan mengamati sendiri fenomena yang terjadi. Proses mengamati ini sangatlah penting, di mana siswa menghadirkan angan menjadi nyata. Siswa tidak lagi mengkhayal dalam setiap pembelajaran, siswa sudah melihat langsung proses percobaan yang dituntun guru sebelum mencoba.

b.Menanya

Proses bertanya sudah bukan lagi barang baru. Siswa yang tidak berani bertanya selama sekolah akan terus diam terpaku sampai lulus. Siswa yang aktif bertanya akan terus menanyakan masalah yang tidak diketahuinya. Siswa yang aktif inilah yang dituntut dalam Kurikulum 2013. Siswa harus bertanya!

Bagaimana siswa harus bertanya? Hal ini dilakukan guru dengan membuka pembelajaran dengan menimbulkan masalah. Jika selama ini proses pembelajaran dimulai dengan pertanyaan apakah, di Kurikulum 2013 yang sangat berperan adalah pertanyaan mengapa dan bagaimana. Dengan demikian secara tidak langsung siswa sudah digiring untuk menelaah dan mencari-cari serta menanyakan semua permasalahan yang mengganjal dalam pikiran siswa. Proses bertanya tidak harus membuka sesi pertanyaan. Siswa berhak bertanya apa pun masalah yang tidak diketahuinya agar jelas pemahamannya. Pertanyaan siswa akan mengukur sejauh mana kemampuan mereka menyerap materi yang diajarkan.

c.Mencoba

Pelaksanaan Kurikulum 2013 menuntut siswa untuk mencoba sendiri, ikut terlibat langsung dalam masalah yang dihadirkan guru. Jika dalam pembelajaran IPA guru memberi penuntun pelaksanaan percobaan lalu siswa melaksanakan percobaan tersebut. Dalam pelajaran lain, misalnya pembelajaran agama, siswa akan mencoba melaksanakan yang diamati. Misalnya, dalam melaksanakan shalat; semua proses pelaksanaan sholat siswa amati kemudian mencoba melaksanakan sholat, dan contoh-contoh lain.

Mencoba akan membuat siswa sadar bahwa materi ajar penting dalam kehidupan mereka sehari-hari bukan lagi mengejar nilai. Siswa yang mencoba akan paham bahwa materi yang diajarkan guru berguna untuk mereka.

d.Menalar

Bagian ini yang paling sulit untuk sebagian siswa. Siswa dituntut untuk dapat memahami dengan benar pokok materi yang diajarkan guru. Pemahaman siswa tidak setengah-setengah yang kemudian menimbulkan keraguan dalam diri mereka. Proses penalaran inilah yang kemudian membuat siswa mencerna dengan baik, memilah baik buruk, lalu mendapatkan kesimpulan. Tidak mudah menalar suatu materi ajar apabila pelajaran yang diajarkan memberatkan mereka. Namun, siswa akan mudah mencerna pembelajaran jika siswa mampu konsentrasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung.

e.Komunikasi

Hal terakhir yang diharuskan ada dalam Kurikulum 2013 adalah mengkomunikasikan semua permasalahan. Dalam hal percobaan IPA siswa bisa mempresentasikan hasil kerja mereka. Dalam hal agama, siswa bisa maju ke depan kelas mempraktekkan tata cara sholat dan lain-lain. Sehingga siswa mampu memahami dan menjalankan materi ajar dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

Kelima aspek dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 sangat berkaitan satu sama lain. Pada dasarnya, kelima aspek ini sudah pernah dilakukan oleh sebagian guru. Namun pendalamannya dilakukan kembali di Kurikulum 2013 untuk menyegarkan semangat pendidikan Indonesia yang semakin loyo.

Kurikulum boleh berganti setiap tahun karena zaman juga terus berganti semakin canggih. Yang tidak boleh berganti tentu saja semangat kerja guru serta penghargaan pemerintah atas jerih payah guru dalam mendidik. Jangan pula nilai akhir UN dijadikan patokan keberhasilan seorang siswa. Hasil belajar 6 tahun jadi penilaian 2 jam. Bagaimana menilai hal ini?

Kurikulum 2013 akan terlaksana, tepat atau tidak, merata atau hanya di kota saja, semua tergantung kepentingan pemerintah terhadap pendidikan kita. Kurikulum 2013 akan berhenti di kursi emasnya jika tidak disosialisasikan sampai ke pelosok oleh pihak berwenang seperti KTSP.

2.Rencana Program Pembelajaran

Johnson mendefinisikan pembelajaran sebagai interaksi antara pengajar dengan satu atau lebih individu untuk belajar, direncanakan sebelumnya dalam rangka untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar kepada peserta didik. Sedangkan Hamalik merinci makna pembelajaran secara lebih luas sebagai suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Adapun perhatian terhadap apa yang dipelajari siswa merupakan bidang kajian dari kurikulum, yakni mengenai apa isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa agar dapat tercapainya tujuan. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana cara agar tercapai tujuan tersebut. Dalam kaitan ini hal-hal yang tidak bisa dilupakan untuk mencapai tujuan adalah bagaimana cara menata interaksi antara sumber-sumber belajar yang ada agar dapat berfungsi secara optimal.

Pembelajaran sebagai suatu sistem memerlukan langkah perencanaan program pembelajaran, agar rencana pembelajaran yang disusun oleh guru dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas tentu saja memiliki pedoman yang komprehensif tentang skenario pembelajaran yang diinginkan oleh guru. Hal ini bertujuan agar pembelajaran dapat berjalan lebih efektif dan efisien sesuai dengan tuntutan kebutuhan siswa. (Anwar dan Hendra Harmi, 2011: 24)

Dalam konteks pengajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses penyusunan materi pembelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan atau pendekatan metode, dan penilaian, menentukan alokasi waktu untuk mencapai tujuan tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, konsep perencanaan pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang sebagai berikut:

a.Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah pengembangan pembelajaran secara sistematik yang menggunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin berlangsungnya kualitas pembelajaran. Perencanaan pembelajaran ini akan menganalisis tentang kebutuhan dari proses belajar secara sistemik yang dimulai dari proses perancangan, pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar.


  1. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin adalah cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori-teori tentang strategi pembelajaran dan implementasinya dalam kegiatan mengajar.
  2. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah sains adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari pengembangan implementasi, evaluasi, pemeliharaan akan situasi maupun fasilitas pembelajaran.
  3. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas adalah ide pengajaran yang dikembangkan dengan melakukan pengecekan dan perbaikan dari waktu ke waktu untuk memperbaiki kualitas pembelajaran.
  4. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari gabungan berbagai subsistem yakni terkait dengan tujuan, materi, metode/strategi, media, evaluasi, fasilitas, potensi akademik siswa dan sumber/referensi.
  5. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah teknologi adalah suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dari problem pengajaran. (Sagala, 2003: 136-137)

Pada hakekatnya penyusunan RPP bertujuan merancang pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada alur pikir(algoritma) yang spesifik untuk menyusun suatu RPP, karena rancangan tersebut seharusnya kaya akan inovasi sesuai dengan spesifikasi materi ajar dan lingkungan belajar siswa (sumber daya alam dan budaya lokal, kebutuhan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi). Pengalaman dari penilaian portofolio sertifikasi guru ditemukan, bahwa pada umumnya RPP guru cenderung bersifat rutinitas dan kering akan inovasi. Mengapa? diduga dalam melakukan penyusunan RPP guru tidak melakukan penghayatan terhadap jiwa profesi pendidik. Keadaan ini dapat dipahami karena, guru terbiasa menerima barang-barang dalam bentuk format yang mengekang guru untuk berinovasi dan penyiapan RPP cenderung bersifat formalitas. Bukan menjadi komponen utama sebagai acuan kegiatan pembelajaran. Sehingga ketika otonomi pendidikan dilayangkan tak seorang gurupun bisa mempercayainya. Buktinya perilaku menyusun RPP dan perilaku mengajar guru tidak berubah jauh.

Acuan alur pikir yang dapat digunakan sebagai alternatif adalah:


  1. Kompetensi apa yang akan dicapai.
  2. Indikator-indikator yang dapat menunjukkan hasil belajar dalam bentuk perilaku yang menggambarkan pencapaian kompetensi dasar.
  3. Tujuan pembelajaran yang merupakan bentuk perilaku terukur dari setiap indikator.
  4. Materi dan uraian materi yang sesuai dengan kebutuhan belajar siswa agar ianya dapat mencapai tujuan pem­belajaran.
  5. Metode-metode yang akan digunakan dalam pembelajaran.
  6. Langkah-langkah penerapan metode-metode yang dipilih dalam satu kemasan pengalaman belajar.
  7. Sumber dan media belajar yang terkait dengan aktivitas pengalaman belajar siswa.
  8. Penilaian yang sesuai untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

Secara umum, ciri-ciri Rencana Pelaksanaan Pembelajaran  (RPP) yang baik adalah sebagai berikut:


  1. Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan oleh guru yang akan menjadi pengalaman belajar bagi siswa.
  2. Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
  3. Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin, sehingga apabila RPP digunakan oleh guru lain (misalnya, ketiga guru mata pelajaran tidak hadir), mudah dipahami dan tidak menimbulkan penafsiran ganda.

3.Buku Rapor

Setiap kegiatan yang berlangsung, pada akhirnya kita ingin mengetahui hasilnya, demikian pula dalam pembelajaran. Untuk mengetahui hasil kegiatan pembelajaran, harus dilakukan pengukuran dan penilaian. Dalam kaitan dengan penilaian keberhasilan pembelajaran, beberapa konsep dasar yang perlu dipahami yaitu pengukuran dan penilaian.

Pengukuran adalah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu seperti apa adanya. Dalam pelaksanaan pembelajaran, pengukuran hasil belajar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku pelajar setelah selesai mengikuti suatu kegiatan belajar. Kegiatan pengukuran umumnya guru menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran berbentuk angka yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat penguasaan pelajar terhadap materi pelajaran. Angka atau skor sebagai hasil pengukuran mempunyai makna jika dibandingkan dengan patokan sebagai batas yang menyatakan bahwa pelajar telah menguasai secara tuntas materi pelajaran tersebut.

Penilaian adalah usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi. Selain itu penilaian bertujuan untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran.Pada dasarnya pengukuran dan penilaian memiliki persamaan dan perbedaan. Pengukuran terarah pada tindakan atau proses untuk menentukan kuantitas sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan penilaian menentukan kualitas atau nilai sesuatu.

Pelaksanaan penilaian terlebih dahulu harus didasarkan atas pengukuran. Sebaliknya pengukuran tidak akan berarti bila tidak dihubungkan dengan penilaian. Misalnya si Agus memperoleh skor mentah 70 (pengukuran), kemudian berdasarkan kriteria tertentu si Agus mendapat nilai “B” (penilaian).
Masalah pertama yang harus dilakukan dalam langkah perencanaan penilaian pembelajaran ialah merumuskan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan penilaian di tentukan oleh jenis tugas yang kita hadapi. Tujuan penilaian bagi konselor pendidikan akan berbeda dengan tujuan penilaian bagi sebuah panitia seleksi dan akan berbeda pula dengan tujuan penilaian bagi guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu.
Seorang konselor pendidikan bertujuan untuk memperoleh keterangan yang selengkap-lengkapnya tentang karakteristik pelajar agar dapat memberikan bimbingan yang sebaik-baiknya. Sebuah panitia seleksi bertujuan untuk mengetahui kemampuan, keterampilan dan sikap yang ada pada calon-calon untuk dapat memilih calon yang tepat untuk jenis pendidikan atau jenis jabatan tertentu. Seorang guru yang mengajarkan suatu mata pemalajaran tertentu bertujuan untuk mengetahui apakah bahan-bahan pelajaran yang disampaikannya kepada pelajar sudah dikuasainya atau belum.
Pada dasarnya penilaian dalam kegiatan pembelajaran bertujuan untuk :

a. Pengambilan keputusan tentang hasil belajar
b. Pemahaman tentang pebelajar
c. Perbaikan dan pengembangan program pembelajaran.

Berdasarkan data dan pengamatan yang diperoleh di SD negeri 067248 Medan, Jln,. Marelan Raya Tanah Enam Ratus bahwa guru belum menerapkan Pedoman Penilaian (Panduan teknis dan Penilaian Kelas). Untuk itu perlu dilakukan pelatihan khusus, agar guru dapat menerapkan penilaian kurikulum 2013 dengan baik.

E.Kesimpulan dan Saran

1.Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas serta hasil observasi dan wawancara yang dilakukan tiem (Petugas) yang dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal : 07 Maret 2014 dan hari senin tanggal 10 Maret 2014 di SD negeri 067248 Medan, Jln,. Marelan Raya Tanah Enam Ratus dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kurikulum 2013 di sekolah tersebut belum terlaksana sebagaimana yang diharapkan. Salah satu penyebab masalah tersebut adalah masalah Penilaian Otentik, penilaian otentik sangat sulit dilaksanakan akibat gemuknya jumlah siswa dalam satu kelas, sehingga guru kesulitan melaksanakan penilaian apalagi pada saat berlangsungnya proses pembelajaran.

2.Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis menyarankan agar :

a.Proses pembelajara peerteaching supaya lebih diintensifkan dalam setiap proses pembelajaran yang akan dilaksanakan

b.Instrument penilaian supaya dipersiapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran

c.Deskripsi pengukuran kompetensi siswa supaya dirumuskan berdasarkan tema dan subtema pembelajaran

d.Setiap deskripsi pengukuran ditetapkan di equivalenkan pada standar nilai

Daftar Refrensi:

1.Bahan Diklat TOT calon Fasilitator Nasional Kurikulum 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

2.Majid, Abdul. 2009. ”Perencanaan Pembelajaran”. Bandung: Rosda.

3.Permendikbud no. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian,

4.Permendikbud no. 81A tahun 2013 tentang Implementasi Kukrikulum 2013

5.Sagala, Syaiful. 2008. ”Konsep dan Makna Pembelajaran”. Bandung: Alfabeta.

6.http://www.dessyanticewotzx.blogspot.com/.../konsep-dasar-perencanaan-pembelajar...

7.http://www.depdiknas.org

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun