Sebagai pekerja professional yang berlandaskan pada kelimuan dan keterampilan, perawat memiliki dua elemen yang tak terpisahkan sebagai penyokong pencapaian itu, yaitu Klinisi dan Akademisi. Keduanya merupakandua lingkup tugas yang berbeda namun terkoneksi secara integral dalam lingkup Profesi. Klinisi yang merupakan para pelaku pelayan secara langsung di unit-unit layanan kesehatan sedangkan Akademisi merupakan bagian sejajar dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh para Klnisi dan Praktisi dalam peningkatan kualitas pelayanannya.
Klinisi dan akademisi adalah mitra sejajar dalam pengembangan profesi. tak ada yang lebih unggul, tak ada pula yang lebih super power diantaranya. Keduanya saling sokong dan saling melengkapi serta salaing menopang. Jika para klinisi mendapatkan masalah dengan pelayanannya, maka secara professional adalah hal yang lumrah kalau mereka berkonsultasi dengan para akademisi dalam pencarian solusinya. Bagaimanapun para akademisi adalah gudangnya ilmu. Demikian sebaliknya yang akan dilakukan oleh para akademisi tatkala mengalami kebuntuan dalam pengajaran yang mungkin kasus yang dihadapkan padanya amerupakan kasus yang belum pernah dihadapi atau dipelajarinya, maka para akademisi ini seharusnya berkonsultasi kepada para klinisi untuk menggali pengalaman empiris mereka terhadap berbagai hal yang mungkin pernah mereka alamai yang memerlukan modifikasi tersendiri dalam praktiknya.
Harmoni klinisi-akademisi sangat dibutuhkan dalam konteks membangun profesi. Sudah selayaknyalah kampus megah nan bagus dijadikan sebagai gudang ilmu dan pengetahuan yang akan merangkum semua permalahan di lapangan secara ilmiah. Sedangkan wahana pelayanan sebagai termpat berkumpulnya para professional yang terampil memrankan diri sebagai arena pelayanan dan pencarian masalah. Berbagai kasus yang ada bisa saja menjadi titik tolak untuk melakukan penelitian yang lebih konprehensif. Semua masalah ini dibagikan kepada wahana pendidikan akademik untuk dilakukan penelitian bisa dengan menjadikan ini masuk kedalam tugas akhir mahasiswa, bisa pula dilakukan oleh para pendidik penelitiannya.
Dengan adanya korelasi yang baik antara Akademisi dan Klinisi, saya yakin percepatan peningkatan kualitas pelayanan dan keilmuan di dunia keperawatan akan sangat mungkin segera dapat diwujudkan. Masalah apapun yang dialami oleh Klinisi diusahakan diselesaikan dengan baik oleh mereka, namun tidak lupa masalah itu diserahkan kepada pihak akademisi untuk dilakukan penelitian lebih lanjut secara ilmiah. Dengan berbagai rangkuman masalah yang ada di lapangan, diharapkan mahasiswa dalam penyusunan tugas akhirnya tak lagi pusing untuk mencari judul yang tepat sesuai dengan peminatannya. Hal ini dikarenakan telah terpaparkannya rangkuman masalah dalam keperawatan secara gamblang.
Para Akademisis harus berani membuka diri terhadap maslah yang ada di unit pelayanannya. Bukan menutupi maslah yang ada namun tak berusaha mencari penyelesaianya. Tetapi, masalah itu harus dibuka selebar lebarnya pada kalangan tertentu untuk meminta mereka membantu mencarikan solusinya secara ilmiah. Bisa itu yang berhubungan dengan menejerial maupun hal yang langsung berkaitan dengan pelayanamn dalam Asuhan Keperawatan. Demikian pula sebaliknya. Jangan hanya karena gengsi yang terlalu tinggi mebuat terhambatnya perkemvangan profesi.
Gengsi dalam konteks perdebatan mempertahankan argument itu sangat dimungkinkan dalam meningkatkan kapasitas diri. Namun tetap saja jangan sampai genggsi mematikan harga diri. Memahami Interkoneksi merupakan kunci saling memahami dan memanfaatkan antara para Akademis dan Klinisi dalam bingkai Profesi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H