Persaudaraan dan persahabatan antara dua insan sangat rentan akan perpecahan hanya karena jarak yang jauh dan waktu yang memisahkan. Tak saling tegur dan tak saling sapa dalam jangka waktu lama bisa akan menimbulkan rasa ingin bersua atau bisa pula menghadirkan rasa lupa dikarenakan telah ditemukannya orang lain yang mampu menggantikan mereka di dalam hati kita. Bahkan sepasang suami istripun bisa saja bercerai baik secara hukum legal formal maupun hukum agama kalau terpisah tanpa kabar dalam waktu lama yang telah ditentukan.
Perkembangan jaman telah membawa perubahan manusia dalam interaksi dengan lingkungan disekitarnya. Diawali dengan hadirnya pengiriman pesan melalui media surat yang menggunakan perantara manusia kemudian burung yang terbang diudara melintasi batas benua hingga akhirnya udara itu sendiri yang menjadi medianya. Burung terbang menggunakan insting sebagai sinyal mencari tujuan yang diperintahkan. Pada periode berikutnya burung burung ini pun berganti dengan burung besi yang membawa lebih banyak tumpukan pesan untuk disampaikan ke seluruh dunia.
Semakin berkembangnya tekhnologi, dunia semakin tak nyata, seolah dunia bukan lagi sebesar yang pernah diungkapkan oleh Cristoper Columbus, Laksamana Cheng Ho, Amerigo Venspucci atau Galileo Galilei yang menjelajah dunia berpuluh tahun hanya untuk membuktikan betapa luasnya dunia ini. Butuh waktu panjang untuk mampu menjelajahinya, serta butuh energy dan sumberdaya yang banyak sebagai penopangnya.
Saat ini, kemajuan tekhnologi telah membuka tapal batas itu. Kita mau kemapun cukup hanya dengan hitungan detik kita sudah sampai kesana. Bahkan dalam waktu yang bersamaan kita bisa berada di dua tempat yang berbeda. Dalam momentum yang bersamaan pula kita dapat terhubung dengan orang yang jauh kadang kita tak tau dia sedang berada dimana.
Itulah dunia nyata dalam dunia maya. Dunia nyata yang sebenarnya ada namun dapat segera kita tersambung dengannya tanpa harus kesana. Seolah semuanya hanya mimpi dalam dunia maya yang akan membawa kita sesuai apa yang kita inginkan saat itu.
Internet, mendekatkan yang jauh dimanapun kita berada dan kapanpun waktunya. Siapapun yang berada di ujung sana bisa kita saling bertegur sapa bahkan saling bersenda gurau. Kita bisa saling berbagi ilmu baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi tak langsung yang dulu hanya mengandalkan media tulis berupa memo ataupun buku, saat ini itu semua sudah bisa diperoleh secara digital kapanpun kita mau tanpa melihat waktu. Interaksi langsung bisa pula langsung dilakukan baik melalui tulisan maupun bertatapan langsung dengan menggunaka video jarak jauh.
Luar biasa memang dunia hari ini. Semua ada diujung jemari. Kita bisa kemana mana walaupun kita sedang berada di kamar mandi. Namun, untuk Indonesia ada sedikit kendala untuk semua ini, yaitu koneksi yang terhalang oleh lemahnya sinyal yang melekat pada frekwensi yang berseliweran di udara. Tak tahu kenapa. Apakah karena jumlah penggunanya yang berebutan dengan gelombang yang ada, atau memang kapasitas gelombangnya yang sudah tidak memadai.
Kenapa di negara lain akses internet tidak lelet, sedangkan di negeri ini aksesnya sangat ngeri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H