Mohon tunggu...
Martony Calvein Kakomole Kuada
Martony Calvein Kakomole Kuada Mohon Tunggu... Perawat - Motivissioner

Martony Calvein Kakomole Kuada Founder: Perawat Peduli Indonesia "Aku Bangga Jadi Perawat" Owner Copita Coffeeshop Owner: Copita CoffeeShop "The Legendary Coffee Taste"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Internet Lelet Otakpun Mampet, Bolak Balik Toilet

13 Februari 2015   03:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:18 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pribahasa ini yang lazim saya dengar dari dulu ketika berhadapan dengan internet. Semasa kuliah, setiap mencari warnet pastilah ke yang paling kencang koneksinya. Tak apalah sedikit mahal yang penting puas, daripada murah tapi hati jadi gerah. Saya paling sebal dengan internet yang lelet. Kadang kita ingin mengerjakan tugas yang sangat penting harus diselesaikan, sedangkan dalam waktu bersamaan kita harus juga menghadiri agenda lain yang tak kalah pentingnya. Maka, mau tak mau kita harus mengorbankan agenda lain hanya karena takut tugas gak kelar.

Kawan kawan selalu bilang, kalau ke warnet A, disana murah tapi sambil nunggu terkoneksi kita sempat pesan mie instan bahkan sempat mengeluarkannya kembali di Tolet baru koneksi yang kita harapkan tersambung. Saya kira hal ini hanya akan terjadi dijaman batu itu saja. Ternyata hal ini terulang kembali dijaman yang katanya serba canggih saat ini. Hari dimana internet menjadi kebutuhan, pada saat itu pula pemenuhan terhadapnya mengalami hambatan.

Sebenarnya apa yang membuat internet kita lelet?

Setahu saya salah satu pekerja yang paling tinggi gajinya adalah para pekerja dibidang Telekomunikasi. Tapi ternyata besarnya gaji ini tak berbanding lurus dengan kualitas layanan yang mereka berikan.

Kenapa gaji mereka harus mahal? Padahal resiko yang mereka alami jauh lebih rendah dibanding kuli kesehatan yang beresiko berbagai penyakit membahayakan. Kalau menurut saya, turunkan saja gajimereka agar anggarannya bisa dialokasikan untuk membeli frekwensi yang ada atau memperkuat infrastruktur yang dapat mendukung penguatan sinyal.

Sekarang ini bukan lagi saatnya bekerja untuk kemakmuran diri tapi kita semua bekerja harus berorientasi untuk kesejahteraan bersama. Haruslah seimbang antara yang didapatkan dan peningkatan kualitas kinerja kita. Hal ini dibuktikan dengan puasnya masyarakat yang menggunakan jasa dan layanan kita. Bukan karena masyarakat tak ada yang complain lantas dianggap tak ada masalah. Bisa jadi ini adalah bentuk apatisme mereka terhadap berbgai kebijakan yang tidak menguntungkan mereka.

Masyarakat sudah muak dengan janjijanji palsu para pembual yang membuat perut mereka mual. Bagaimana sebuah revolusi akan terjadi kalau pengembangan diri rakyat dihalangi?

Internet adalah salah satu media pembelajaran yang paling efektif saat ini. Banyak kemajuan dimasyarakat yang mereka dapatkan bukan dari bangku bangku formal melainkan dari genggaman mereka ketika duduk santai dan bercengkrama dengan dunia yang tiada batas. Belajar tak lagi mengenal waktu, menuntut ilmu tak lagi mengenal bangku. Semua sudah terbuka dan masuk kedalam segenggam dunia yang maya namun nyata.

Internet lelet???

Masih boleh gak ya???

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun