Pecinta Sepakbola tandah air pasti saat ini sangat familiar dengan sosok Egie Maulana Vikri. Seorang pemain muda berbakat yang tengah menjadi sorotan dunia dengan visi bermainnya yang sangat luar biasa. Lenggak-lenggoknya di tengah lapangan hijau menjadikannya idola baru persepakbolaan Indonesia. Dia adalah bintang yang sedang bersinar terang dan diharapkan mampu menjadi pelecut dikenalnya kembali persepakbolaan Indonesia di manacanegara.
Egie Maulana Vikri, saat kecil lebih dikenal dengan panggilan Si Bule. Dengan rambut dan kulit putihnya yang khas, dia memang terlihat sangat berbeda di tengah lapangan. Bukan hanya itu, dia juga terkenal karena keberadaannya dalam tim sangat menentukan kemenangan, sehingga tak jarang dia dan rekan satu tim nya mengangkat tropi bergengsi dalam setiap turnamen.
Dia anak Medan, yang sejak kecil ditempa di salah satu lapangan sepakbola dalam komplek perumahan mewah, komplek Tasbih namanya. Tasbih merupakan singkatan dari Taman Setia Budi Indah yang pengembangnya adalah keluarga Yoppie Sangkot Barubara.
Di lapangan inilah Egie Maulana Vikri kecil meliuk-liuk bak Lionel Messi menggiring bola. Di lapangan ini pula dia dilatih dan ditempah oleh orang-orang hebat nan luar biasa. Ayah beliau yang lebih dikenal dengan panggilan Onden. Dan, satu orang lain yang luput dari pemberitaan media selama ini, Oom Ayang sapaannya.
Saya pun tak tahu siapa nama panjangnya, namun kami biasa memanggilnya Oom Ayang. Dia selalu terngiang dan mengisahkan murid binaannya yang saat ini berprestasi di nasional. Bahkan, hasil didikan beliau dari SSB (Sekolah Sepakbola) Tasbih ini kerap dipantau oleh SSB lain untuk direkrut menjadi peserta latihnya. Maka, jangan heran kalau pemain muda berbakat di Kota Medan yang berprestasi hingga tingkat nasional sangat akrab dengan namanya.
Oom Ayang, beliau sempat sakit beberapa bulan yang lalu. Sehingga harus beristirahat dan hanya melihat saja anak latihnya berlatih. Saat ini beliau sudah mulai pulih dan melibatkan diri dalam kepelatihan.Â
Pria yang mengaku suka terharu ini,mengisahkan pula bagaimana dia melatih anak latihnya dengan bertahan. Menendang, tkehnik menendang, taktik permainan dan hal lainnya. Bahkan suatu ketika dia bertemu dengan salah seorang pelatih bule dan mengatakan bahwa dia adalah pelatih yang sesungguhnya. Padahal menurut pengakuan beliau, beliau tak pernah ikut pelatihan kepelatihan dan tak pernah bermain bola. Semua dikuasainya secara otodidak dan dari membaca buku tekhnik bermain bola. Apa yang dibacanya dari buku berbahasa asing tersebut diterpakannya di lapangan. sehingga hasilnya sangat luar biasa.
Generasi emas itu terus diasah hingga kelak mampu berkontribusi besar dalam persepakbolaan Indonesia. Semoga, dari tangan dinginnya akan terus lahir pemain berkelas internasional yang akan membersamai nama besar Egie Maulana Vikri dimasa yang akan datang.
Tulisan ini adalah sebuah coretan kecil saya, Martony Calvein Kakomole Kuada, yang anak saya saat ini juga tengah diasuh oleh Oom Ayang di lapangan SSB Tasbih sebagai penjaga gawang, Dzakwan Yasin Kakomole Kuada.
Wassalam.
Martony Calvein Kakomole Kuada